View Full Version
Rabu, 21 Jan 2015

Lagi, Belajar Dari Kecelakaan Airasia QZ8501 untuk Dakwah dan Jihad

Shahabat Voa Islam yang dirahmati Alloh,

Setelah rekaman Black Box pesawat Airasia QZ8501 yang mengalami kecelakaan beberapa waktu silam diputar, maka jatuhnya tersebut dipastikan bukan karena aksi teror. Demikian satu hal penting yang disampaikan oleh salah satu penyidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Andreas Hananto kepada BBC, Senin (19/1). KNKT menyatakan baru mendengarkan rekaman setengahnya yang berdurasi sekitar dua jam.

Hananto menyebut, berdasarkan rekaman tersebut, kemungkinan jatuhnya QZ 8501 karena faktor cuaca yang menempatkan pesawat pada kondisi sulit dikendalikan. Ia menyatakan hanya mendengar suara pilot yang sibuk mempertahankan ketinggian pesawat dan mengirim distress signal(sinyal marabahaya merupakan cara yang diakui secara internasional untuk memperoleh bantuan). 

Shahabat Voa Islam yang mulia, 

Pertama, kita ingin menggaris-bawahi satu hal diatas, yakni bahwa pesawat mengalami kecelakaan bukan karena perbuatan terror. Dengan mencoba memahami secara terbalik, berarti sejak awal penyelidikan ada sebuah mindset yang kurang tepat dan sejak peristiwa 911 telah dikumandangkan oleh George W Bush Junior tentang dimulainya era Crusade (Perang Salib) baru. (Al Harb Ash Sholibiyyah al Jaddidah)

Maklum saja, karena pada peristiwa 911, alat penghancur Menara Kembar WTC dan serangan ke Pentagon adalah pesawat penumpang komersial. Maka apabila ada kejadian terkait pesawat, yang pertama kali dan kecenderungan utamanya adalah segala perbuatan yang dikatagorikan sebagai terorisme. 

Dan karena GW Bush junior menyebut Crusade, jadi sangat logis dalam benak kaum munafik dan kuffar kalau kemudian mereka menuduh kaum musliminlah yang disebut sebagai pelaku terorisme. Tidak peduli, apakah perjuangan kaum muslimin dimana-mana justru merupakan bentuk perlawanan terhadap terror yang hakiki atau bukan ?

... ada seorang ‘Ustadz’ saat berceramah di kepolisian daerah tertentu membenarkan tindakan Densus 88 saat melakukan kesalahan membunuh terduga pelaku tindak pidana terror, bahkan katanya, anggota Densus 88 sebagai sang eksekutor lapangan kalaupun salah maka ia seperti mujtahid dalam Islam ...

Yang jelas, kini segala bentuk aktualisasi jihad kaum muslimin sudah terlanjur dengan kesewenang-wenangannya, mereka diidentikkan dengan terorisme. 

Dan karena yang disepakati bahwa terorisme adalah extra ordinary crime maka tindakan melampui batas-batas hukum dan HAM demi ‘mengamankan’ Negara dan masyarakat atas nama perang terhadap terorisme menjadi sesuatu yang boleh-boleh saja.

Itulah yang diterapkan Amerika Serikat dan para sekutunya, mulai dari penangkapan semena-mena, lalu penyiksaan keji dalam interogasi dan penahanan terhadap tertuduh pelaku terror hingga extra judicial killing-pun dibenarkan. Wallohul Musta’an!

Di sini kita mencatat, bahwa ada seorang ‘Ustadz’ saat berceramah di kepolisian daerah tertentu membenarkan tindakan Densus 88 saat melakukan kesalahan membunuh terduga pelaku tindak pidana terror, bahkan katanya, anggota Densus 88 sebagai sang eksekutor lapangan kalaupun salah maka ia seperti mujtahid dalam Islam yang mendapatkan pahala 1 dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Laa haula wa laa quwwata illa billah..!

Silahkan dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=j0YqQktMy8U dan perhatikan ucapannya yang sembrono bin ngawur pada kisaran waktu ke: 1 jam 21 menit 19 detik hingga selesai. Ustadz yang bernama Abu Yahya Badrussalam, Lc., yang berceramah di Bandar Lampung pada tanggal 11 Februari 2014. Bahkan dengan sangat pede-nya sang ustadz ini mengapresiasi keberadaan dan kerjanya Densus 88, wa’iyyadzubillah!

Shahabat Voa Islam yang sama-sama mengharap ampunan, rahmat dan jannah Alloh,

Kedua, dikatakan oleh penyelidik KNKT bahwa pilot dan co pilot sibuk berusaha mempertahankan ketinggian pesawat sambil berusaha menghidupkan distress signal. Yup, mempertahankan ketinggian….

...Ketinggian dalam dakwah dan jihad adalah dengan selalu memurnikan aqidah yang shohih, mengamalkan syari'at Islam secara benar dan berhias diri dengan kemuliaan akhlaq sebagaimana yang diajarkan nabi Muhammad sholallohu alahi wa sallam...

Ikhwatul Iman, sebagaimana pesawat yang amat membutuhkan stabilitas pada ketinggian maka begitupun dunia dakwah apalagi jihad. Kebutuhan akan ‘ketinggian’ terlihat pada momen dakwah jahriyah pertama kali Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam di Makkah, beliau menaiki bukit Shafa lalu memanggil-manggil orang-orang Quraisy dengan nama kabilahnya masing-masing. Dakwah membutuhkan tempat dan reputasi yang tinggi agar seruan didengar manusia.

Pada momen jihad, tepatnya pada perang Uhud, Rasululloh sholallohu alaihi wa sallam menempatkan pasukan panah pada bukit Uhud yang tinggi. Dimana seperti kita ketahui, beliau pernah menyebut bahwa kekuatan ada pada panahan (melempar) sebanyak 3 kali dalam sebuah ungkapan beliau.

Sehingga manakala pasukan panah tidak mematuhi perintah Rasululloh dan mereka meninggalkan posnya di ketinggian bukit itu, maka kemenangan yang semula didapat sekejap berubah menjadi musibah kekalahan yang amat dahsyat.

Disini amat jelas terlihat, hukum Alloh yang berlaku di alam semesta mestilah digali hikmahnya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kepentingan Risalah Ilahi. Jangan diabaikan apalagi dilawan.

Kita tidak pernah menyangsikan ketulusan dan kedekatan para Shahabat Nabi kepada Alloh dan RasulNya dalam memperjuangan perintah Rabbul ‘Alamiin dan Nabi Muhammad sholallohu alaihi wa sallam. Namun saat mereka sedikit saja khilaf atau menyelisihi perintah Nabi, maka bencana adalah balasannya.

Jadi jelaslah, sebagaimana pesawat terbang yang siap lalu take off dan bisa mempertahankan ketinggian serta mengelola peralatan dalam menyiasati cuaca hingga bisa landing dengan mulus dan aman. Maka begitupun saat kita berjuang menapaki thoriqoh iman – hijrah- jihad hingga Faaz (Jaya), yaitu terbebas dari jilatan api neraka dan dimasukkan Alloh Azza wa Jalla kedalam JannahNya, insya Alloh!

Ketinggian dalam dakwah dan jihad adalah dengan selalu memurnikan aqidah yang shohih, mengamalkan syari'at Islam secara benar dan berhias diri dengan kemuliaan akhlaq sebagaimana yang diajarkan nabi Muhammad sholallohu alahi wa sallam.

Intinya, kita wajib tamassuk (berpegang kuat) dengan sunnah NabiNya secara kuat hingga ajal menjemput seperti firman Alloh dalam Al Qur-an Surat Ali Imron ayat ke 31-32. Wallohu a'lam. (Abu Fatih/Voa Islam.com)


latestnews

View Full Version