BRUSSEL (voa-islam.com) - Benarkah Uni Eropa tanpa komunitas Yahudi akan suram? Seorang pejabat tinggi Uni Eropa memperingatkan Eropa menghadapi "tantangan besar" dalam mengajak warga Yahudi untuk tidak pindah terkait masalah anti-Yahudi.
Betapa pun komunitas Yahudi di Uni Eropa sudah tidak lagi merasa aman. Berbagai sentimen anti Yahudi atau anti Semit terus berkembang di daratan Eropa.
Ini bersamaan dengan penguasaan ekonomi oleh para 'baron' (konglomerat) Yahudi di berbagai sektor ekonomi di Uni Eropa. Sehingga, muncul gejolak anti Yahudi. Terutama dari kelompok sayap kanan, termasuk neo-Nazi.
Dengan serangan terhadap Charlie Hebdo dan swalayan Yahudi di Paris, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, menyerukan kepada komunitas Yahudi berimigrasi ke Irsrael.
Seruan Netanyahu ini menimbulkan kekawatiran bahwa ekonomi Eropa akan bangkrut . Padahal, rakyat Uni Eropa telah dihisap dan diperbudak oleh 'baron' Yahudi, selama beratus tahun sebagai buruh.
Sementara itu, Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans mengisyaratkan ini adalah masalah yang segenting masalah euro. "Di beberapa negara (Uni Eropa) sebagian besar masyarakat Yahudi tidak yakin apakah mereka memiliki masa depan di Eropa," katanya.
Prancis, yang memiliki masyarakat Yahudi terbesar di Eropa, mengumumkan sejumlah kebijakan anti terorisme setelah sejumlah serangan Islamis.
Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mengatakan akan merekrut 2.680 ahli dibidang keamanan diantaranya 1.100 polisi intelijen dalam tiga tahun.
Dia menjanjikan tambahan dana sebesar US$490 juta, dan mengatakan 3.000 orang diamati gerak-geriknya di Prancis. Selain itu, 7.500 pekerjaan pertahanan yang sebelumnya akan dipotong, sekarang dipertahankan.
Pada tanggal 9 Januari, seorang milisi Islamis menembak mati empat pria Yahudi dalam penyanderaan di sebuah toko serba ada di Paris. Yahudi sudah sangat paranoid, dan memilih meninggalkan Prancis, dan berimigrasi ke Israel. Tentu akan menggusur Muslim Palestina dari tanah kelahiran mereka. (dimas/dbs/voa-islam.com)