View Full Version
Sabtu, 16 May 2015

Amerika Serikat Bermuka Dua, dan Tetap Menggunakan Kartu Iran Menekan Arab

WASINGTON (voa-islam.com) - Presiden AS Barack Obama mengatakan sangat "luar biasa" menghormati Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz, dan menambahkan bahwa dia memiliki hubungan yang tak terhingga dengan almarhum Raja Abdullah, "yang tidak diungkapkan dengan kata apapun", tambahnya", Jum'at, 15/5/2015.

"Kami menghormati luar biasa bagi keagungannya dan kepemimpina Raja Salman bin Abdul Aziz. Saya memiliki hubungan yang tak terhingga dengan Raja Abdullah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata", kata presiden AS Barack Obama kepada koresponden Al Arabiya Nadia Bilbassy di Washington dalam sebuah wawancara eksklusif, Jum'at.

Obama juga dijelaskan Putera Mahkota Mohammad bin Nayef sebagai "mitra" dalam perang melawan terorisme, memuji putra mahkota yang telah menjabat menteri dalam negeri sejak 2012, yang diangkat menjadi putera mahkota Kerajaan Arab Saudi, sebagai  pewaris tahta kerajaan, bulan lalu.

Wawancara eksklusif Al Arabiya dengan Presiden AS Barack Obama, antara lain : "Mohamad bin Nayef telah menjadi mitra dengan kami dalam perang kontraterorisme dan kerja keamanan untuk waktu yang sangat lama," jelas Obama seperti  dikutip Al Arabiya.

"Kami memiliki kekaguman sangat besar terhadap Mohamad Nayef", tambahnya. Presiden AS Barack Obama bertemu dengan Putra Mahkota Mohammad bin Nayef dari Arab Saudi di Oval Office Gedung Putih di Washington 13 Mei 2015. Pernyataan Obama ini dikeluarkan sehari setelah pemimpin Amerika menegaskan dukungan Amerika Serikat kepada  sekutu negara GCC selama laporan penutupan KTT di Camp David.

Putra Mahkota Mohammad bin Nayef dan Deputi Putra Mahkota Salman bin Mohammad menghadiri KTT yang mewakili Raja Salman bin Abdul Aziz yang tidak hadir sebagai protes atas dukungan Amerika kepada program nuklir Iran. Presiden Obama menggambarkan Mohamad bin Salman  sebagai "bijaksana melampaui usianya, ucapnya.

"Ini adalah pertama kalinya kami memiliki kesempatan untuk bekerja erat dengan wakil putra mahkota dan ia memililki kemampuan yang sangat luas,dan  sangat cerdas," kata Obama mengomentari Menteri Pertahanan Mohamad bin Salman, yang baru berumur 33 tahun.

Menjawab pertanyaan tentang bagaimana KTT Camp David, Obama menggambarkan sebagai "keberhasilan." Sebelumnya pada hari Kamis, ia memuji apa yang ia sebut sebagai awal dari sebuah "era baru" dalam kerjasama dengan negara-negara GCC yang hadir dalam pertemuan KTT Camp David.

Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan puncak itu, Obama mengatakan bahwa dalam hal ancaman bagi negara-negara Teluk, Amerika Serikat akan mempertimbangkan untuk menggunakan kekuatan militer untuk pertahanan mereka.

"Tujuan dari kerjasama keamanan tidak untuk mengabadikan setiap konfrontasi jangka panjang dengan Iran atau bahkan meminggirkan Iran," tambah pemimpin AS.

Amerika Serikat tetap memainkan peran ganda, dan berada diantara Iran dengan negara GCC. Amerika Serikat memainkan kartu 'Iran', ketika menghadapi ISIS, dan ketika Arab Saudi marah, dan kemudian melakukan serangan ke Yaman, yang menjadi manifestasi invasi  Iran ke seluruh kawasan Teluk, Amerika mendekati negara GCC.

Kuncinya Arab Saudi dan Raja Salman, bisahkan mandiri tidak bergantung kepada Amerika Serikat, dan menjadi pelopor negara-negara Sunni menghadapi gerakan kekuatan Syi'ah yang sekarang ini ingin mencekeram seluruh Timur Tengah. Disinilah Amerika Serikat dengan Camp David, bermuka dua, dan ingin tetap mendapatkan keuntungan politik dari konflik ini. (gg/aby/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version