BAGDAD (voa-islam.com) - Lebih 3.000 milisi Syiah tiba di pangkalan militer di dekat Ramadi, dan Baghdad mengirim milisi Syi'ah merebut kembali Ramadi, yang sudah jatuh ke tangan ISIS, akhir pekan lalu, dan ini merupakan kekalahan terbesar bagi pemerintah sejak pertengahan 2014, Senin, 18/5/2015.
Sementara itu, milisi Syi'ah terus mendekati pusat markas ISIS dengan dukungan senjata berat, seperti kendaraan lapis baja dan rudal, ungkap seorang saksi dan perwira militer Irak.
Dibagian lain, pesawat-pesawat tempur dalam koalisi pimpinan AS meningkatkan serangan terhadap posisi ISIS, tidak kkurang 19 serangan di dekat Ramadi selama 72 jam terakhir atas permintaan pasukan keamanan Irak, kata seorang juru bicara koalisi.
Milisi Syiah, yang dikenal sebagai Hashid Shaabi atau populer Mobilisasi, diperintahkan untuk memobilisasi pasukannya menuju kota Ramadi, ibukota provinsi Anbar, Minggu, 17/5/2015.
Kedatangan milisi Syi'ah dapat menambah permusuhan sektarian di salah satu bagian paling kejam dari Irak. "Pasukan Hashid Shaabi mencapai Habbaniya dan sekarang siaga perang," kata kepala dewan provinsi Anbar, Sabah Karhout.
Seorang saksi mata menggambarkan kendaraan lapis baja dan truk dipasangi dengan senapan mesin dan roket, mengibarkan bendera kuning Kataib Hizbullah, salah satu faksi milisi, menuju pangkalan sekitar 30 km (20 mil) dari Ramadi.
Juru bicara kelompok milisi Syi'ah mengatakan pengintaian dan perencanaan untuk menuju "pertempuran Anbar", yang luas ;di tepi Sungai Efrat provinsi lembah berbatasan dengan Suriah, Yordania dan Arab Saudi, di mana pasukan ISIS menguasai kota-kota utama dan jalan. Ramadi didominasi oleh Muslim Sunni.
Perdana Menteri Haider al-Abadi, mengintruksikan penyebaran milisi Syiah mengambil kembali Ramadi. Ini akan menuju kubungan perang antara Sunni-Syi'ah yang paling berdarah. Sekitar 500 orang telah tewas dalam pertempuran memperebutkan Ramadi dalam beberapa hari terakhir dan 8.000 Ramadi telah melarikan diri, ungkgap juru bicara gubernur provinsi Anbar.
ISIS mengatakan telah menyita tank dan membunuh "puluhan orang murtad", sebutan pasukan keamanan Irak. Seorang saksi mata di Ramadi mengatakan mayat polisi dan tentara berbaring di hampir setiap jalan, dengan kendaraan militer terbakar di dekatnya.
Qassim al Fahdawi, seorang menteri pemerintah Irak, mengatakan pasukan Irak tidak memiliki profesionalisme. Sunni melihat milisi Syiah sebagai ancaman lebih buruk dari ISIS.
ISIS menggambarkan dirinya sebagai pembela kaum Sunni terhadap serangan milisi Syi'ah yang sangat kejam dan jahat yang didukung Iran.
Satu pemimpin suku, Sheikh Abu Majid al-Zoyan, mengatakan ia curiga milisi Syi'ah. Ali Akbar Velayati, seorang pejabat senior Iran, mengatakan Teheran siap untuk membantu menghadapi ISIS, dan ia yakin kota Ramadi akan "dibebaskan".
Perang antara Sunni-Syi'ah di Irak, Suriah, Yaman, dan sejumlah wilayah lainnya di Timur Tengah dan Teluk sebuah keniscayaan. Karena, Teheran ingin menguasai Timur Tengah, dan dengan menggunakan kekuatan militer dan senjata. Termasuk sekarang mengembangkan nuklir. (afgh/aby/voa-islam.com)