Sahabat VOA-Islam...
Bulan Juni ini di Indonesia, kaum Soekarnois memperingati kebesaran Soekarno. Baik kelahiran, pemikiran maupun kematiannya. Bahkan pejabat negara diboyong keluarga Megawati Soekarno untuk memperingati kebesaran Soekarno ini. Bagaimana kaum Muslim seharusnya menyikapi hal ini?
Soekarno memang bukan orang kecil. Sejak Soekarno berdebat dengan Mohammad Natsir tentang bentuk negara Indonesia ke depan, ia adalah orang besar. Kebesarannya makin terlihat ketika ia melawan penjajahan Belanda dan menggaungkan ide persatuan Indonesia.
Sayangnya ide persatuan Soekarno ini dilatari oleh pemikiran sekuler (sosialis). Beda dengan Natsir, Agus Salim dan kawan-kawan yang ide persatuan Indonesianya dilatari oleh pemikiran Islam.
Memperingati Soekarno secara besar-besaran di tanah air, sebenarnya kita telah memberhalakan Soekarno
Memperingati Soekarno secara besar-besaran di tanah air, sebenarnya kita telah memberhalakan Soekarno. Pemikiran Soekarno sebenarnya telah terbukti gagal, sejak ia dilengserkan oleh Jenderal Nasution (MPRS). Dimana Soekarno saat itu (1966) tidak mau membubarkan PKI yang menyebabkan kerusuhan 1965 terjadi di Indonesia.
Soekarno malah terkesan membela PKI dan memang Soekarno dan PKI telah terjadi simbiosis mutualisme sejak lama. Tahun 1959, ketika terjadi perdebatan tentang dasar negara Indonesia di Majelis Konstituante, Soekarno (PNI) telah bersekutu dengan PKI, untuk mempertahankan dasar negara yang sekuler.
Hingga tercapai kesepakatan tokoh-tokoh Islam dan Soekano, hingga lahir Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan Piagam Jakarta menjiwai UUD 45 dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pancasila yang dikatakan ide Soekarno juga keliru. Soekarno hanya mengajukan istilah Pancasila – bahkan istilah ini sempat diprotes Mohammad Yamin, karena ia merasa mengajukan lima dasar ini sebelum Soekarno (1 Juni). Sedangkan isi lima sila sekarang ini – yang banyak menggunakan istilah-istilah islam - diyakini usulannya datang dari tokoh-tokoh Islam.
Agus Salim, Kahar Muzakir, Abikusno Tjokrosuyoso atau Wachid Hasyim. Tapi masalahnya ternyata notulensi perdebatan tentang isi Pancasila ini hilang (dihilangkan), menurut Yamin. Sehingga sampai sekarang masih misteri siapa sebenarnya yang mengusulkan isi kelima sila itu.
Pemikiran sekuler Soekarno sebenarnya menginduk pada Mustafa Kemal Attaturk, tokoh sekuler Turki
Pemikiran sekuler Soekarno sebenarnya menginduk pada Mustafa Kemal Attaturk, tokoh sekuler Turki. Bahkan dalam perdebatannya dengan Natsir, Soekarno mengidolakan tokoh ini. Ia menganggap Kemal yang membuat Turki menjadi besar dan kuat, setelah sebelumnya negara ini sakit-sakitan (the sick man).
Memang kalau Soekarno diberhalakan di Indonesia, Kemal Attaturk diberhalakan di Turki. Puluhan tahun sejak 1924, Turki menganut faham sekuler yang kuat. Ketika Partai Islam tahun 80-90an memenangkan Pemilu, digagalkan oleh militer Turki yang sekuler. Partai Islam dianggap militer membahayakan negara, karena bisa mengganggu program sekulerisme di Turki.
Berhala Kemal mulai goyah ketika Erdogan menjadi Perdana Menteri dan Presiden saat ini. Erdogan terang-terangan menganggap Sultan Abdul Hamid lebih hebat daripada Kemal Attaturk. Bahkan Erdogan berani mengganti foto Kemal dengan foto Abdul Hamid. Erdogan juga terang-terangan melakukan Islamisasi dan melawan sekulerisasi di Turki. Kini Erdogan juga mengaplikasikan program Islamisasi ini di sekolah-sekolah, dengan pengajaran Islam dan bahasa Arab.
Bagaimana di Mesir? Salah satu yang menjadi berhala di Mesir adalah Gamal Abdul Nasser. Dalam sejarah Mesir, Nasser dianggap sebagai tokoh hebat dan pemersatu Arab di Mesir. Nasser dianggap sebagai pahlawan dan banyak jasanya di Mesir.
Jadi, Barat dan antek-anteknya sengaja membuat berhala-berhala di dunia Islam. Agar dunia Islam terus dapat dicengkeram karena menganut faham sekulerisme. Kapankah umat Islam sadar?
Ilmuwan sejarah Baratpun memuji Nasser habis-habisan. Perannya dalam Perang Arab-Israel (1967) dipuji habis mereka. Seolah-olah Nasser yang menyatukan bangsa Arab untuk melawan bangsa Mesir.
Padahal yang terjadi sebaliknya, justru Nasser yang menghentikan peperangan Arab melawan Israel, ketika tentara-tentara Ikhwanul Muslimin mencapai beberapa kemenangan dengan memukul mundur tentara Israel. Tapi karena Nasser ini pengkhianat, justru tentara-tentara Ikhwan banyak yang ditangkapi. Nasser lah yang juga menghukum mati Sayid Qutb dan kawan-kawan, padahal mereka tidak bersalah.
Jadi Barat dan antek-anteknya sengaja membuat berhala-berhala di dunia Islam. Agar dunia Islam terus dapat dicengkeram karena menganut faham sekulerisme. Kapankah umat Islam sadar? Wallahu alimun hakim. [nh/sharia/voa-islam.com]