View Full Version
Rabu, 09 Sep 2015

Berawal dari Badar (Bagian-1)

Oleh: Muntaha Bulqini

Sahabat VOA-Islam...

Ini adalah kafilah Quraisy yang membawa harta benda mereka, maka keluarlah menyongsongnya, semoga saja Allah menjadikannya harta rampasan bagi kalian.”  Itulah tawaran Sang Panglima Perang, Rasulullah saw., dalam memecah “kebuntuan” ekonomi di Madinah. Meskipun jumlah umat Islam semakin bertambah, semakin kuat dan teguh aqidah Islamnya, tetapi perekonomiannya semakin lemah. Solusinya hanya satu: merebut harta benda dari kaum kafir Quraisy di Mekah.

Ternyata kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan itu membawa harta yang melimpah milik penduduk Mekah, seribu ekor unta yang sarat dengan muatan bernilai kurang lebih 50.000 dinar emas. Ini momentum bagi tentara Islam untuk melancarkan pukulan telak terhadap perekonomian penduduk Mekah.

Sebagai penanggung jawab kafilah Quraisy, Abu Sufyan bergerak ekstra hati-hati  dan penuh waspada sebab jalan menuju Mekah amat rawan. Apalagi terdengar kabar bahwa Muhammad saw., sudah memobilisasi pasukannya untuk mencegat kafilah dagang Quraisy. Segera dia menyewa Dhamdham bin Amir al-Ghifari untuk menyeru orang-orang Quraisy agar menyusul kafilahnya.

Semua perangkat dan kondisi yang ada mendorong kedua pasukan ini ingin berperang walaupun keduanya enggan berperang. “… Sekiranya kamu mengadakan  persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu) tetapi Allah berkehendak melaksanakan satu urusan yang harus di laksanakan, yaitu agar orang-orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata, dan agar orang-orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh Allah Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 42) Di Badarlah kedua pasukan itu bertemu dan perangpun tidak terelakkan.

 

Aqidah Perang

Perang Badar merupakan pertarungan sengit antara dua aqidah: Islam dan Kafir. Kekuatan tentara Islam sebanyak 313 orang laki-laki ( 82 dari kaum Muhajirin dan 170 kaum Anshar) berhadapan dengan pasukan Kafir Quraisy sekitar 1300 tentara bersamanya 100 kuda dan 600 perisai dan ratusan unta. Sebuah pertarungan yang tidak seimbang di setiap peperangan sepanjang sejarah.

Namun, persenjataan, organisasi ketentaraan, jumlah personal yang bagus tidaklah cukup untuk meraih kemenangan selama prajurit-prajuritnya tidak memiliki aqidah qitaliyah yang kuat dan  akhlaq juang  yang tinggi. Sebab, tentara manapun sekalipun ia Kafir, pasti memiliki aqidah qitaliyah (keyakin yang berhubungan dengan perang yang ia lakukan). Berakar dari aqidah qitaliyah  inilah tentara itu memerangi orang lain. (Syeikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz, Al-Umdah fi I’dadil ‘Uddah, Rambu-Rambu Jihad, 2009,11).

Begitu kuat aqidah perang  para mujahid Badar, mereka berperang untuk mencurahkan satu tujuan yaitu menegakkan kebenaran bersama Allah dan Rasul-Nya

Lihat respon ahli Badar, Al-Miqdad bin Amr, “Wahai Rasulullah, teruslah maju, kami selalu bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu sebagaimana yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, “Pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” Akan tetapi, pergilah engkau bersama Rabbmu dan berperanglah. Sesungguhnya kami akan berperang bersama kamu berdua.” (Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, 2012, 302).  

Begitu kuat aqidah perang  para mujahid Badar, mereka berperang untuk mencurahkan satu tujuan yaitu menegakkan kebenaran bersama Allah dan Rasul-Nya. Mereka yakin bahwa mereka benar-benar di atas satu kebenaran, sedangkan musuh-musuhnya berada di atas kebathilan sehingga wajib untuk diperangi. Kemudian Rasulullah menegaskan kembali aqidah perang-nya, “Berjalanlah kalian dan bergembiralah. Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku (kemenangan atas ) salah satu dari dua kelompok ( kafilah dagang Abu Sufyan atau pasukan perang Abu Jahal). Demi Allah, seakan aku tengah menyaksikan kematian musuh.”

Akibat amaliyah istisyhad para ahli Badar abad lima belas terhadap hancurnya WTC, maka pada 16 September 2001, fir’aun Amerika George Walker Bush laknatullah ‘alaih mengumandangkan aqidah perang-nya, “This Crusade, This war on terrorism is going to take a long time.” Inilah perang Salib, perang melawan terorisme yang memakan waktu lama.  

Dilanjutkan oleh Menlu Perancis, Juppe Allen pada 24 Maret 2011, “Kita akan membombardir kaum Muslimin di Arab Saudi dari Suriah sebagaimana Libya. Perang Salib di Libya harus menjadi contoh bagi Arab Saudi, Suriah dan Negara-negara Islam lain.”  Dan Libya pun pernah dibombardir oleh fir’aun Amerika Barack Obama dengan sandi operasi odyssey dawn.

Aqidah perang  ketiga fir’aun tersebut, bukan tanpa kritik. Justru banyak menuai kritik tajam dari sesama kaum kafir. Paul B. Farrel pernah membuka kedok fir’aun Amerika dalam tulisannya, America’s Outrageous War Economy, edisi 18/08/2008. “Ekonomi Amerika adalah ekonomi perang. Bukan ekonomi manufacturing, bukan ekonomi pertanian, bukan ekonomi jasa, bukan pula ekonomi konsumen. Mari kita jujur dan secara resmi menyebutnya “ekonomi perang” Amerika yang kasar. Akui saja, jauh di dalam hati kita, kita suka perang, kita menginginkan perang. Kita membutuhkan perang, menikmati dan tumbuh dari perang. Perang ada dalam benak kita. Perang merangsang benak ekonomi kita. Perang mendorong semangat kewirausahaan kita . kita memiliki masalah cinta dengan perang. Dan 54 % dari pajak orang Amerika bersedia diserahkan untuk mesin perang.” (jecahyono.wordpress.com/2011/02/08/ekonomi-perang-Amerika)

Ada benarnya nasihat asysyahid kama nahsabuhu Syeikh Usamah bin Laden, “Sungguh musuh kita benar walaupun dia pendusta, ketika ia mengajarkan pada anak-anaknya, “Kamu berperang berarti kamu hidup.” Inilah hakikat yang diajarkan orang-orang kafir kepada anak-anak mereka dan mengirimkan kepada kita pemahaman sebaliknya. (Syeikh Usamah bin Laden, At-Taujihat Al-Manhajiyyah 3, Idha’at ala Thariqil Jihad).

Sebuah keyakinan yang bersandar pada firman Allah bahwa Salibis-Zionis menyandarkan kebenaran aqidah perang  mereka pada bisikan-bisikan syetan, “Tidakkah kamu lihat bahwasanya Kami telah mengirim syetan-syetan itu kepada orang-orang kafir mengusung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh. (QS. Maryam: 83).


latestnews

View Full Version