DAMASKUS (voa-islam.com) - Seruan permintaan bantuan dan dukungan militer rezim Bashar al-Assad kepada Kremlin menyembunyikan sisi rahasia beberapa indikasi. Sisi yang bakal menimpa rezim Bashar al-Assad, kehancurannya.
Tidak ada yang menyakini Bashar al-Assad dapat terus bertahan diatas kekuasaan, dan bertumpu kepada kekejaman dan pembantaian. Singgasana kekuassaan Bashar al-Assad berada diatas genangann darah rakyatnya.
Majalah Jerman, Der Spiegel, yang sebagian besar laporan yang bersumer dari sumber informasi dari sumber intelijen yang akurat, menerbitkan lapaoran beberapa hari lalu, tentang sebuah wawancara dengan seorang diplomat Rusia, bertugas di kedutaan Rusia di Damaskus.
Diplomat Rusia itu membuat pernyataan sangat mengejutkan dengan mengatakan bahwa permintaan bantuan Assad, tidak hanya karena kemajuan oposisi dan melemahnya tentara rezim Assad, tapi itu bertujuan untuk memperluas pengaruh Iran. Di mana Bashar al-Assad jatuh kepada lingkaran yang lebih sempit, yaitu cengkeraman Iran secaa total.
Iran, menurut kesaksian dari diplomat Rusia itu, negeri para mullah Syiah itu menginginkan yang lebih dari sekedar peran militer dalam sistem politik Suriah, dan ingin mendapatkan kesempatan menjalankan negara berdasarkan kebijakan Iran.
Jadi Bashar al-Assad, hanyalah akan menjadi 'boneka' Iran. Para sekutu dan musuh Bashar al-Assad memiliki kekawatiran yang sama, tentang pengaruh Iran, dan kekuasaan yang akan dibangun di Irak dan Suriah.
Adakah ada kemungkinan korelasi tewasnya tiga orang jenderal Iran, yang memimpin Garda Republik dan Garda Revolusi Iran di Suriah. Mungkinkah Bashar al-Assad, sendiri yang membocorkan informasi kepada ISIS, yang mengepung Aleppo, dan kemudian membunuh tiga orang jenderal Iran itu. Bashar tidak ingin Iran terlalu dalam melakukan campur tangan di Suriah.
Kemanangan Iran di Suriah dengan menggunakan tangna Rusia, akan membentuk segitiga kekuatan 'The triangle power', yaitu Irak, Iran dan Suriah akan menjadi kekuatan Syiah “Rafidhoh” di Timur Tengah, dan pasti akan menghancurkan kekuatan Sunni, termasuk Saudi.
Apalagi, Iran mendapatkan dukungan enam negara utama, termasuk Amerika dalam perjanjian nuklir, di Wina, Austria. Ini semakin menambah ancaman bagi masa depan Timur Tengah secara nyata. (mashadi/voa-islam.com)