View Full Version
Senin, 20 Jun 2016

Selain Ideologi Islam itu Pedih, Jendral! (Bagian-1)

Oleh: Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)

Di tengah bangsa ini mencari keluar dari krisis multidimensi. Isu wacana seputar ideologi berbahaya menjadi perbincangan di kalangan penyelenggara negara. Mereka kini menguji empat pilar yang selama ini diugemi untuk mampu mempertahankan kedaulatan negeri. Nyatanya, wacana ideologi dan perebutan tempat bermacam ideologi menjadi perbincangan hangat. Beragam wacana ideologi mulai dari kebangkitan Komunis Gaya Baru, Neo Liberalisme-Kapitalisme, hingga ideologi Islam.

Menarik ketika mencermati wacana yang telah dilontarkan para jendral. Di antaranya Kivlan Zein, Luhut B. Panjaitan, dan Gatot Nurmantyo. Wacana ketiganya seolah menandakan PERANG BINTANG ANTAR-JENDRAL. Bagaimana tidak, meski berasal dari doktrin militer yang sama, namun berbeda dalam penyikapan: mana ideologi yang benar dan mana yang salah?

Untuk itu kajian analisa wacana menjadi menarik, demi menguji eksistensi pernyataannya di media massa. Serta untuk mengetahui apa motif di balik pernyataannya? Dan merumuskan kembali ideologi yang sahih untuk mengatur kehidupan di dunia ini?

=====================

Pernyataan demi Pernyataan

Sejak menjabat KSAD dan Panglima TNI, Jendral TNI Gatot Nurmantyo lantang menyuarakan ide-ide yang mengancam Indonesia. Di antara pernyataan itu antara lain:

1) Gatot Nurmantyo mengumpulkan aktivis BEM se-Indonesia di Lapangan Tembak Ksatria, Makokopassus, Cijantung. Dia mengingatkan adanya intervensi pihak asing ke Indonesia. Mengawali acara diskusi, dia bercerita sosok Dr Soetomo sebagai kaum pemuda di eranya  yang bisa menaklukan Belanda tanpa senjata. “Dia bisa menaklukan belanda, saat itu di hadapan polisi Belanda dia mengatakan ini merupakan lagu kebangsaan kami bagi yang tidak menghormati berarti kalian kerbau,” uajr Gatot menirukan perkataan Dr Soetomo yang diikuti gelak tawa mahasiswa. (http://www.voa-islam.com/read/military/2014/09/30/33138/ksad-kumpulkan-aktivis-bem-di-markas-kopassus-ingatkan-intervensi-asing/)

2) Perang yang akan segera dihadapi bangsa ini yaitu perang energi. Berbagai gejala sudah mulai tampak, salah satunya melalui perang proxy (proxy war). Proxy waradalah perang dengan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti perang secara langsung untuk menghindari resiko kehancuran fatal. KSAD menyontohkan bahwa lepasnya Timor Timur dari Indonesia karena Australia membantunya dengan harapan menguasai cadangan minyak yang melimpah. Xanana Gusmao mengonfirmasi kebenaran itu (pikiranrakyat.com, 7/4/2015).

3) Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki bangsa Indonesia justru bisa menjadi bumerang. Pasalnya, kekayaan Indonesia berpotensi dilirik oleh negara asing sebagai lahan eksploitasi. Hal itu disampaikan di Malang, Selasa 7 April 2015 (beritajatim.com).

4) Usai memberi ceramah pada simposium mewaspadai PKI, Gatot menyampaikan ada yang lebih berbahaya dari PKI, yakni neo liberalisme dan neo kapitalisme. (http://news.detik.com/berita/3223776/panglima-tni-neo-kapitalisme-dan-neo-liberalisme-lebih-berbahaya-dari-pki)

5) Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan sikap pemerintah yang tidak akan meminta maaf terkait peristiwa '65 lalu. Gatot juga menyampaikan, Presiden Jokowi juga tak akan minta maaf.(https://news.detik.com/berita/3223759/panglima-tni-ini-final-pemerintah-tak-akan-minta-maaf-terkait-65)

Eks Kakostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen merupakan tokoh yang dekat dengan kelompok dan gerakan anti komunis. Kehadirannya di beragam diskusi, seminar, dan simposium anti-komuni tidak dapat dianggap remeh. Kivlan Zen pun melontarkan bahaya komunis gaya baru, di antaranya:

1) PKI sudah membentuk struktur dan akan deklarasi. https://news.detik.com/berita/3223759/panglima-tni-ini-final-pemerintah-tak-akan-minta-maaf-terkait-65

2) "Saya bukannya menakut-nakuti pemerintah, saya cinta pemerintah, cinta Indonesia. Saya hanya ingin Jokowi waspada," ujar Kivlan saat berorasi di apel siaga Selamatkan Indonesia Dari Bahaya Komunisme di Bundaran Gladag, Minggu (5/6). www.merdeka.com/peristiwa/sebut-pki-bangkit-kivlan-zen-tak-ingin-menakuti.html

3) Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen tak memedulikan pihak-pihak yang membantah pernyataannya terkait kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Salah satu bantahan diucapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan. "Nanti lihatlah sama saya, ikut sama saya, biar saya yang mengajari Luhut. Mau saya ajari biar dia tahu," ujar Kivlan saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (2/6/2016). www.nasional.kompas.com/read/2016/06/02/18240131/kivlan.zen.biar.saya.ajari.luhut.soal.pki

4) “Tahun 2017 mereka akan memplokamirkan Republik Cina-Indonesia, saya punya intelejen disana. Ini benar, kalau komunis bangkit mereka memulai kita lawan, siap ta, Solo ini sumbunya. Jangan kita memulai, tapi tetap waspada pasang telinga, mata kalo mereka gerak kita sambut kita lawan” tegasnya. http://www.pos-metro.com/2016/05/kivlan-zen-saya-punya-intelijen-tahun.html

Sementara itu, Jendral Luhut Binsar Panjaitan menanggapi persoalan ideologi ini dengan nada berbeda. Beberapa pernyataannya di antaranya:

1) Luhut sebelumnya memastikan bahwa ideologi komunis tak akan bisa hidup lagi di Indonesia. Menurut dia, ada parameter regulasi yang sudah menjadi pegangan bersama.Masyarakat juga diminta Luhut untuk tak terbawa arus pembicaraan di lingkungan sekitar. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan , disebut sebagai salah satu pihak yang memfasilitasi kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Terkait tudingan tersebut, Luhut enggan menanggapi banyak. "Tanya saja sama yang ngomong. Mereka yang mau simposium, kenapa saya yang salah," ujar Luhut di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (1/6/2016). http://nasional.kompas.com/read/2016/06/01/20501811/dituding.fasilitasi.kebangkitan.pki.ini.tanggapan.luhut?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=khiprd

2) Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut menjadi sponsor pembiayaan atas dua simposium untuk membahas soal Partai Komunis Indonesia (PKI). "Saya yang bayarin dua-duanya. Saya minta hasilmu (Tragedi 1965). Hasil dia (simposium tandingan). Hasil Kejaksaan Agung," kata Luhut di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat 15 Jakarta Pusat, Senin 6 Juni 2016.

Pertama, yakni simposium nasional Tragedi 1965, digelar 18-19 April lalu di Aryaduta Hotel, Jakarta. Lalu yang kedua, Simposium Nasional bertajuk Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis Indonesia dan Ideologi Lain, digelar 1-2 Juni 2016 di Balai Kartini, Jakarta. Acara tersebut diselenggarakan oleh lebih dari 70 organisasi masyarakat (ormas). Ormas itu di antaranya adalah Gerakan Bela Negara, Organisasi Purnawirawan TNI-Polri, ormas-ormas berlandaskan Pancasila, dan berbagai ormas Islam. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/781662-luhut-mengaku-biayai-dua-simposium-bahas-pki

Beragam pernyataan dari ketiga jendral itu memberikan sinyal bahwa negeri ini dalam ANCAMAN. Meski sudut pandang mereka berbeda terkait siapa yang mengancam? Dan dalam bentuk apa ancamannya? Perbedaan ini berangkat dari kepentingan pribadi tiap jendral. Karena sikap dan ucapan bisa berbeda. Bergantung duduk di kursi mana. Jika duduk di koridor lingkaran kekuasaan, maka pernyataanya akan berhati-hati. Karena tidak enak “menyinggung hati” presiden Jokowi. Berbeda ketika di luar kekuasaan, tanpa ‘tendeng aling-aling’ melancarkan serangan sebagai peringatan dini (early warning) kepada pemerintah. Ada pula yang bersikap ‘pertengahan’ ketika duduk di kekuasaan. Alasannya tidak ingin tersisihkan atau terlempar dari kepentingan kekuasaan.

Selain itu, ketidaksepahaman terhadap ancaman negeri ini dikarenakan negeri ini berada dalam beragam DARURAT. Ada darurat narkoba, darurat korupsi, darurat kejahatan seksual, dan terorisme. Sementara itu, kepentingan politik dan ekonomi asing begitu gencar menyerbu Indonesia demi menancapkan pengaruh dengan bermacam dalih.

Sebenarnya tujuannya satu, menjadikan Indonesia masih dalam keadaan terjajah secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Lantas, bagaimana peranan militer baik ketika aktif atau purna agar berkontribusi positif bagi negeri ini? Dan sesungguhnya ancaman itu apa? Serta memberikan solusi di tengah kemelut persoalan negeri ini! Simak di analisa berikutnya! Bersambung... [syahid/voa-islam.com]

ilustrasi: google


latestnews

View Full Version