Oleh: Umar Syarifudin (Pengamat Politik Internasional)
Israel pada Ahad (17/7) menembakkan rudal ke arah drone yang terbang dari Suriah yang memasuki wilayah udara yang dikontrol Israel. Demikian pernyataan militer setempat. Dua bulan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah melancarkan puluhan serangan di Suriah.
Menelisik kembali artikel yang ditulis politisi Yossi Beilin di surat kabar “Israel Today” 2012 menyoroti situasi di Suriah, seperti yang diceritakan oleh David Ignazios yang bekerja di “Washington Post” mengatakan: “Seiring waktu, akan semakin besar rasa takut ketika “Tentara Pembebasan Suriah” menjadi tentara Suriah setelah Basyar al-Assad.”
Bahwa gambaran yang digambarkan oleh laporan Ignazios dan sejumlah laporan lainnya, harus mengkhawatirkan semua orang yang takut akan lenyapnya kekuatan nasionalis—otoriter—sekularisme di Suriah menyusul berbagai kerusuhan dan solusi kekuasaan ekstrimis Islam untuk menggantikan tempatnya. Dan salah satu metode yang paling kecil kerumitannya untuk mencegah semua itu adalah memindahkan berbagai sarana yang dibutuhkan kepada pasukan yang pro-Barat, karena hanya inilah langkah minimum yang diperlukan.
Isreal memastikan dirinya berjalan mengikuti langkah Amerika di Suriah. Sejak lama rekayasa politik dan hegemoni yang dilancarkan AS di Asia Tengah dan Timur Tengah selain motif perang ideologi juga ditujukan untuk mendapatkan kendali atas lebih dari 60 persen cadangan minyak bumi dan gas alam di dunia tersebut. Para pemain migas global berusaha untuk mendapatkan kendali atas rute jalur pipa minyak bumi dan gas keluar dari kedua kawasan tersebut.
Sasaran strategis AS adalah untuk menguasai kepemilikan korporasi atas kekayaan minyak yang sangat melimpah ruah di di kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah. Seraya menerapkan swastanisasi perusahaan-peruahaan milik negara di bawah skema International Monetary Fund dan Bank Dunia. Serta pengalihan aset ekonomi negara-negara tersebut ke tangan asing.
Nampaknya, Rusia kini berhasil membaca agenda tersembunyi AS-NATO-Israel. Sehingga secara tiba-tiba, Rusia bermanuver memutuskan untuk terlibat secara aktif memberikan bantuan militer kepada pemerintahan Assad. Sehingga ketika kemudian Rusia dan pasukan militer pro pemerintahan Assad berhasil menguasai kembali beberapa wilayah Suriah Utara itu, maka rencana AS dan sekutu-sekutu baratnya termasuk Israel dan Turki untuk melakukan Balkanisasi Suriah, akan mendapatkan ganjalan.
Sebagai tambahan informasi, negara-negara berpenduduk Muslim seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Yaman, Libya, Nigeria, Kazakhstan, Azerbaijan, Malaysia, Indonesia, dan Brunei memiliki 66,2 persen hingga 75,9 persen total cadangan minyak. Sedangkan negara-negara cadangan minyak besar non-Muslim di dunia adalah Venezuela, Rusia, Meksiko, Cina dan Brazil.
Dengan demikian, bagian terbesar cadangan minyak terbesar di dunia terletak di daerah yang membentang dari ujung Yaman hingga cekungan Laut Kaspia (di utara) hingga garis pantai Mediterania Timur hingga Teluk Parsi(di Timur). Dengan kata lain, Kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah ini masuk dalam prioritas geopolitik AS.
Saat ini negara-negara yang berada dalam lingkup Asia Tengah dan Timur Tengah itu dikelilingi oleh kapal perang-kapal perang NATO yang ditempatkan di Mediterania Timur dengan dalih sebagai bagian dari Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Sedangkan Satuan Serang Pengangkut dan Skuadron Penghancur AS diluncurkan di Teluk Parsi dan Laut Arab dengan dalih untuk Perang Melawan Terorisme.
Padahal sasaran sesungguhnya adalah menggabungkan aksi militer, operasi intelijen tersembunyi dan propaganda perang, dalam mentransformasikan negara-negara Timur Tengah menjadi zona yang tunduk pada AS, dimana sumberdaya alam dapat dieksploitasi dan dikuasai di bawah skema “neoliberalisme.”
Kembali menggarisbawahi kesimpulan selain faktor minyak, sesungguhnya yang mereka takuti dari revolusi Syam ini adalah berdirinya Khilafah. Untuk itu, mereka melakukan penambahan kata-kata yang buruk dan keji terkait Khilafah, seperti Khilafah teroris. Pensifatan buruk terhadap Khilafah ini, jelas merupakan propanda yang menunjukkan ketakutan mereka berdirinya Khilafah ala Minhajin Nubuwah sejati di Syam.
Padahal semuanya sudah paham, Amerika, Inggris, Rusia, dan anggota koalisi lainnya, yang merupakan teroris sejati. Mereka pula yang menjadi pendukung utama penguasa-penguasa diktator di negeri Islam yang melakukan aksi terorisme terhadap rakyatnya sendiri.