View Full Version
Rabu, 21 Sep 2016

CIIA: Pendekatan Preventif Penting Cegah Potensi Penyanderaan

JAKARTA (voa-islam.com)—Pemerhati Kontra-Terorisme, Harits Abu Ulya mengatakan pembebasan tiga sandera dari kelompok Abu Sayyaf patut diapresiasi.

“Upaya yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil, meski membutuhkan waktu yang relatif lama dibanding pembebasan sandera sebelumnya,” kata Harits kepada Voa-Islam, Selasa (20/9/2016).

Namun, lanjut Harits, potensi penyanderaan bisa terulang kembali, bila meninjau aspek konstelasi politik dan keamanan di Filipina terutama di wilayah selatan.

“Targetnya adalah personal yang bisa diambil keuntungan finansialnya,” ungkapnya.

Saran Harits, pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Filipina sebaiknya lebih fokus dalam upaya preventif untuk meminimalisir perompakan dan penyanderaan di wilayah rawan kelompok bersenjata di Filipina Selatan. Di antaranya, pembangunan ekonomi untuk kawasan Filipina Selatan yang terlupakan oleh pemerintahnya.

“Alternatif pendekatan pembangunan ekonomi berkesinambungan untuk wilayah Filipina Selatan juga perlu mendapat perhatian serius, karena faktor kemiskinan menjadi salah satu pemicu tindakan kriminal," tandas Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini.

Sekadar diketahui, tiga orang anak buah kapal (ABK) WNI dan seorang warga Norwegia diserahkan pada utusan pemerintah Filipina setelah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf, pada Minggu (18/09).

Warga Norwegia Kjartan Sekkingstad dan tiga orang ABK Indonesia, diserahkan kepada utusan pemerintah Filipina di kota Indanan, Pulau Jojo di kamp kelompok pemberontak lain yang dipimpin Nur Misuari dengan pengawalan yang ketat.

Tiga warga Indonesia yang dibebaskan itu Lorens Koten, Teodurus Kufung dan Emmanuel, seperti diberitakan media Filipina Philstar.Ketiganya diiculik pada 9 Juli lalu di perairan Malaysia Lahad Datu, Sabah dan dibawa ke Sulu dan dijadikan sandera kelompok Abu Sayyaf. * [Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version