View Full Version
Senin, 26 Sep 2016

Antara Parmusi dan Nokia

 

Oleh Ibnu Syafaat

 

KETIKA pertama kali mendengar tagline baru Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) yakni Connecting Moslem, pikiran penulis langsung mengingat sebuah perusahaan ponsel internasional Nokia. Seperti diketahui, Nokia yang sempat jaya di bisnis ponsel bertahun-tahun memiliki tagline Connecting People. Tagline baru ini akan disosialisasikan bertepatan dengan Milad ke 17 Parmusi

Kalau dilihat dari maksudnya, antara tagline Parmusi dan Nokia ada kesamaan. Yakni sama-sama berupaya menghubungkan (koneksi) manusia atau orang dalam satu wadah. Namun Parmusi lebih spesifik lagi yang disasar, yaitu manusia muslim Indonesia.

Syahdan, jika ditelisik dari kajian ilmu organisasi antara Parmusi dan Nokia adalah termasuk jenis organisasi. Parmusi organisasi sosial, sementara Nokia organisasi niaga. Berbicara tentang organisasi, baik itu organisasi sosial atau organisasi niaga tentunya ada prinsip-prinsip atau dasar-dasar yang harus dijejakan menuju organisasi maju dan modern.

Untuk menjadi organisasi maju dan modern, Parmusi bisa belajar dari Nokia saat meraih kejayaannya. Serta belajar pula dari perusahaan ponsel yang berbasis di Finlandia itu tentang keterpurukan yang dialaminya hingga kemudian dimerger oleh perusahaan lain.

 

Mengubah Orientasi

Nokia memiliki sejarah yang panjang. Nokia berdiri sejak 1865 sebagai perusahaan karet. Kemudian berubah menjadi perusahaan bubur kayu dan kertas. Pada 1950-an manajemen Nokia melihat usaha bubur kayu dan kertas suatu saat akan mengalami keterbatasan, hingga kemudian Nokia membuka divisi elektronik. Dari sinilah bisnis ponsel Nokia dimulai dan terus berkembang.

Jika melihat sejarah Parmusi, maka tak jauh berbeda dengan yang dialami Nokia. Parmusi pernah mengubah orientasi. Seperti diketahui, Parmusi pada dekade 1960-1970-an sempat menjadi organisasi partai politik. Hingga akhirnya pemerintah Orde Baru menyatukan partai-partai Islam seperti Partai NU, PSII, Perti, termasuk Parmusi dilebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Kendati telah dilebur, Parmusi tidak begitu saja bubar jalan. Parmusi kemudian mengubah orientasi, dari organisasi parpol menjadi organisasi massa Islam. Hingga sekarang Parmusi pun masih bersatatus ormas Islam atau organisasi sosial.

Kejayaan sebuah organisasi dapat ditentukan oleh kepemimpinan yang kuat dan visioner. Kemampuan melihat tantangan dan peluang massa depan kemudian dijadikan orientasi organisasi harus dimiliki pemimpin Parmusi. Paradigma baru Connecting Moslem Parmusi tentunya perlu diapresiasi sebagai wujud menjawab tantangan zaman kedepan.

Tagline Connecting Moslem Parmusi telah disepakati berbasis dakwah, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dari empat bidang garap ini, dapat dipastikan Parmusi tidak akan berorientasi pada politik memiliki niatan untuk kembali menjadi partai politik. Menurut penulis, disaat tingkat kepercayaan masyarakat kepada partai politik mengalami penurunan, langkah Parmusi ini sudah tepat.

Mengubah orientasi adalah hal yang biasa dalam sebuah organisasi. Sejatinya, perubahan orientasi dari partai politik menjadi ormas yang terjadi ditubuh Parmusi menjadi nilai plus di tengah masyarakat. Sebab, kita saksikan ada ormas-ormas yang dulunya berorientasi sosial, kini berubah menjadi organisasi politik atau partai politik. Kemudian pandangan sebagian masyarakat terhadap organisasi-organisasi tersebut menjadi negatif.

 

Mengembangkan Jaringan

Salah satu kesuksesan Nokia adalah inovasi pengembangan jaringan. Pada awal tahun 1990-an, Nokia membuat gebrakan baru menciptakan ponsel tanpa kabel. Dengan teknologi GSM (Global System for Mobile Communication). Seperti kita ketahui, bahwa saat itu alat komunikasi masih terbatas pada jaringan telepon rumah. Kehadiran ponsel GSM ala Nokia ini membuat komunikasi bisa dilakukan dari mana saja. Ini kemudian menjadi tren di tengah masyarakat.

Kalau kita amati, inovasi jaringan GSM yang dilakukan Nokia ini adalah dalam upaya menarik sebanyak-banyakan pelanggan. Tentunya langkah ini juga bisa dilakukan Parmusi. Menentukan formulasi tak lazim untuk menarik kader atau anggota baru adalah tantangan bagi pengurus Parmusi.

Dalam dunia bisnis, kita mengenal istilah direct selling (penjualan langsung), multilevel marketing (MLM). Cara penjualan produk ini juga diadposi beberapa ormas Islam. Misalnya ada komunitas Islam yang melakukan dakwah dari pintu ke pintu rumah (direct selling). Ada juga yang menggunakan cara MLM atau kita mengenalnya dengan sistem sel untuk merekrut kader baru.

Parmusi bisa memodifikasi cara-cara perekrutan anggota baru dari ormas-ormas Islam yang sudah ada. Ibarat kata, ATM (amati, tiru, modifikasi). Banyaknya alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) yang bergabung di Parmusi tentunya akan mempermudah menentukan pola rekrutmen anggota baru.

Tagline Connecting Moslem yang diusung Parmusi ini harus menjadi spirit bagi pengurus untuk menyentuh akar rumput. Program-program yang bersentuhan dengan akar rumput pun harus menjadi prioritas. Misalnya bukan tidak mungkin Parmusi menjembatani umat Islam yang masih menganggur untuk mendapat pekerjaan dengan menggelar pameran lowongan kerja.

Seperti kita ketahui, banyak kader atau pengurus Parmusi yang menjadi pengusaha atau memiliki koneksi dengan pengusaha. Dengan pameran kerja ini, Parmusi akan dikenal dan ‘dicap’ peduli oleh umat Islam. Tautan hati masyarakat muslim pun akan semakin klik dengan Parmusi.

 

Memperhatikan Gaya

Salah satu faktor jayanya Nokia adalah selalu memperbaharui tampilan ponsel. Hal ini dilakukan guna membangun loyalitas pelanggan agar tetap menggunakan produk-produk Nokia. Parmusi pun bisa melakukan langkah tersebut guna membangun loyalitas anggota.

Peluncuran kartu anggota yang dapat berfungsi sebagai kartu ATM salah satu bank adalah inovasi gaya dari Parmusi. Ini patut diacungkan jempol. Namun, inovasi jangan berhenti hanya di situ saja. Kartu anggota itu misalnya dikembangkan menjadi kartu diskon yang dapat digunakan pada pembelian produk barang atau jasa rekanan Parmusi.

Membangun loyalitas anggota, Parmusi harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan anggota. Pengurus harus jeli melihat kebutuhan-kebutuhan anggota yang kemudian diimplementasikan dalam program-program.

 

Menjalin Kerjasama

Menurut pendapat banyak analis, salah satu faktor keterpurukan Nokia adalah keengganan bekerjasama dengan sistem Android. Nokia lebih memilih memakai sistem operasi Symbian yang pada akhirnya mereka buang. Seandainya Nokia tidak gengsi menolak google dengan OS Androidnya, mungkin saja Nokia hingga kini tetap jadi market share global terbesar pasar ponsel dunia.

Untuk mencapai target atau tujuan organisasi, menjalin kerjasama dengan pihak lain adalah suatu keharusan. Belajar kasus di atas, Parmusi mesti membuka pintu kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama. Ketika suatu kelompok Islam menutup diri bekerjasama dengan pihak lain serta merasa kelompoknya yang paling hebat maka di situlah virus ashabiyah (ekslusifitas) bersemayam.Tagline Connecting Moslem ini tentu diharapkan tidak hanya sebatas dibibir saja. Dengan tagline ini, inklusifitas harus selalu dikibarkan dalam setiap gerak langkah Parmusi.

 

Jangan Lupakan Masjid

Masjid adalah pusat peradaban umat Islam. Pada zaman Rasulullah, masjid menjadi pusat berbagai kegiatan. Dakwah Rasulullah pun diawali dengan membangun masjid.

Di Indonesia, terdapat ribuan masjid yang tersebar di lingkungan lapisan masyarakat. Ada masjid di perumahan, ada masjid kampus, ada masjid di lingkungan sekolah, ada masjid di pasar, masjid di mal, masjid di perkantoran, dan lain sebagainya.

Parmusi yang tengah fokus dalam bidang garap dakwah, sosial, ekonomi, dan pendidikan bisa menjadikan masjid yang tersebar di berbagai segmen masyarakat tersebut sebagai tempat kegiatan. Tinggal bagaimana Parmusi memetakan sasaran target. Jika targetnya adalah generasi muda terpelajar, masjid sekolah dan masjid kampus adalah tempat yang tepat untuk menggelar program-program. Program pendidikan untuk generasi terpelajar bisa diadakan latihan kepemimpinan Islam.

Atau ketika Parmusi ingin menarget sasaran pedagang, maka masjid pasar bisa dijadikan basis kegiatan Parmusi. Dengan menjadikan masjid sebagai basis kegiatan, maka dengan sendirinya Parmusi membangun jaringan antar masjid. Sehingga Parmusi pun tidak hanya ber-tagline Connecting Moslem tetapi juga Connecting Mosque. *Wartawan dan pemerhati gerakan Islam


latestnews

View Full Version