Voa-Islam.Com - Rusia pada hari Sabtu (8/10/2016) berhasil menggagalkan upaya untuk menghentikan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil Suriah dengan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut diakhirinya serangan udara atas kota Aleppo.
Resolusi PBB yang disusun Prancis tersebut telah menyerukan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan di seluruh Suriah.
Rusia, sekutu rezim Assad yang telah mendukungnya dengan kampanye udara selama setahun terhadap pejuang oposisi Suriah, memveto resolusi tersebut, berasalan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil Aleppo sebagai kampanye sangat penting untuk menghilangkan "teroris".
Dengan Veto tersebut, Rusia dan juga rezim Assad dapat kembali melanjutkan pembantaian terhadap warga sipil Sunni Suriah, khususnya di Aleppo, dengan dalih memerangi "teroris" tanpa khawatir dihentikan atau dikenai sanksi oleh oleh PBB, yang disebut sebagai badan dunia yang mewakili seluruh negara.
Ini merupakan veto ke lima Rusia terkait Suriah yang mereka gunakan untuk menyelamatkan sekutu strategis sejak era sovyet tersebut.
Rancangan resolusi ini muncul di tengah intensifnya serangan udara Rusia dan Suriah di kota Aleppo, di mana ratusan warga sipil telah tewas selama beberapa pekan terakhir.
Juga, pesawat perang Rusia membom sebuah perusahaan farmasi besar di Aleppo. Menurut sumber setempat, sebuah bangunan milik Perusahaan Farmasi ElSaad dihantam dengan enam roket pada Rabu. "Bangunan itu hancur sepenuhnya, meninggalkan kota dengan kekurangan obat akut," aktivis hak asasi manusia Zakariya Hamdo mengatakan kepada ARA News.
Aktivis melaporkan bahwa sementara pemerintah Rusia dan Suriah mengklaim menargetkan ekstremis, "serangan udara di Aleppo justru sengaja menargetkan dan menghancurkan pemukiman sipil, rumah sakit dan sekolah." bukan markas-markas "teroris".
Duta Besar Rusia untuk Inggris, Alexander Yakovenko, menegaskan bahwa pemerintah Suriah dan Rusia sengaja mengebom rumah sakit. "Sebagian besar rumah sakit merupakan fasilitas lapangan tak bertanda pemberontak. Menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia adalah taktik teroris terkenal," klaim Duta Besar.
Bagaimapanun, kebohongan duta besar Rusia untuk PBB itu dibantah oleh para aktivis Suriah yang mengatakan bahwa seluruh rumah sakit yang telah dihancurkan teroris Rusia dan Assad adalah benar-benar merupakan fasilitas medis bukan markas oposisi.
PBB sekali lagi menunjukkan bahwa badan dunia hanya milik 5 anggota pendirinya, AS, Rusia, Cina, Inggris dan Prancis. Kemandulan badan dunia ini telah berkali-kali terbukti dimana saat sebuah rancanangan resolusi diajukan namun itu "merugikan" kepentingan salah satu pendiri atau sekutunya, maka mereka memiliki hak untuk membatalkan resolusi tersebut dan sebagai akibatnya semua akan berakhir tanpa ada solusi apapun kecuali hanya sebuah rancangan atau koar-koar di atas mimbar. (an/ARA)