Sahabat VOA-Islam...
Sejak awal tahun 2016, Indonesia diserbu demam Bollywood. Beberapa tayangan televisi Indonesia, kini sering menampilkan drama, sinetron, bahkan acara-acara "galau" dengan bintang film/artis asal India. Beberapa judul drama series ini pun tak asing lagi bagi telinga kita, semisal Mahabharata, Uttaran, Jodha Akbar, Ashoka, dan lain sebagainya.
Daya tarik dari serial ini adalah selain para aktor dan aktris yang rupawan, juga menyuguhkan budaya India dengan pakaian sareenya, gemerlap perhiasan yang dipakai, serta gaya hidup yang ditampilkan dari masing-masing serial yang mayoritas menengah ke atas, dan beberapa hal lainnya.
Berbicara mengenai India, sebagai umat Islam tentunya kita pernah mendengar daerah bernama Kashmir. Tatkala kita search di mesin pencari otomatis, maka akan muncul mengenai keindahan alam yang luar biasa. Akan tetapi, jika kita mencari lebih dalam apa yang terjadi pada Kashmir terkini, akan kita dapatkan informasi mengenai konflik tidak berkesudahan yang terjadi di sana, perebutan wilayah antara India dan Pakistan. Korban meninggal dan luka-luka dari masyarakat Kashmir akibat penganiayaan dari tentara India menunjukkan grafik yang terus menanjak semenjak terbunuhnya Burhan Wani, aktivis kemerdekaan Kashmir pada tanggal 8 Juli 2016 oleh tentara India. Tidak hanya kaum pria, kaum wanita juga menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh para tentara India tersebut.
Dulunya, India termasuk wilayah di bawah kekuasaan Khilafah Islamiyyah. Setelah Khilafah berhasil dibubarkan dan penjajahan Inggris mencaplok wilayah tersebut dan menyerahkannya kepada kaum Hindu India, kaum Muslim terusir dan terzalimi.
Penderitaan yang dialami oleh Muslim Kashmir sejak pendudukan India 27 Oktober 1947 belum selesai. Pelbagai persoalan meliputi perlakuan politik, pemerataan ekonomi, krisis sosial, dan budaya masih menjadi menu sehari-hari warga Kashmir. India telah melakukan segala cara untuk menguasai Islam dan menghapus identitas muslim di Kashmir, diantaranya :
Dilansir dari cnnindonesia.com tertanggal 2 November 2016, ratusan sekolah di kawasan Kashmir ditutup tanpa batas waktu sebagai buntut dari serangkaian kekerasan oleh pasukan keamanan India, yang telah menewaskan 14 warga. Pihak berwenang di wilayah Kashmir yang dikuasai India menyatakan hampir 300 sekolah diperintahkan ditutup dari Rabu (2/11) pagi, menyusul kematian delapan warga sipil dalam serangan mortir di sepanjang perbatasan di wilayah Jammu dan Kashmir.
"Hampir 300 sekolah, baik yang dikelola swasta maupun pemerintah di Jammu, Samba, dan Kathua diminta untuk tutup," ujar Pawan Kotwal, pejabat tinggi pemerintahan sipil di Jammu.
Kembali merujuk kepada sejarah, Kashmir adalah tanah Islam, yang ditaklukkan Muslim dan Islam memasukinya di akhir abad pertama Hijriah. Otoritas Islam berlanjut dan seluruh anak benua itu, yang kini dikenal sebagai India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir adalah bagian darinya. Kemudian Inggris menginvasi anak benua India tahun 1819, dan mendapat perlawanan kuat dari kaum Muslim.
Setelah itu, Inggris mampu memperluas otoritasnya di seluruh wilayah tersebut, dan membaginya menjadi tiga bagian: Inggris langsung memerintah salah satu bagian wilayah itu, di mana kaum muslimin adalah mayoritas di dalamnya. Inggris memerintah bagian lain melalui para gubernur provinsi termasuk orang Hindu dan Muslim. Bagian ketiga, yakni Kashmir, disewakan oleh Inggris kepada seorang feodal Hindu untuk 100 tahun, sesuai dengan kontrak sewa yang ditanda tangani di (Amristar), dan kemudian dikenal menjadi Perjanjian Amritsar. Sehingga Kashmir, tanah kaum Muslim tersebut diperintah oleh orang Hindu sesuai dengan perjanjian kontrak sewa yang disebutkan itu.
Pemerkosaan, penculikan, dan pembunuhan massal adalah pekerjaan sehari-hari militer India di lembah pendudukan Kashmir. Berbagai kisah tragis tentang itu semua diceritakan oleh Mujahid asal India Esa Al Hindi dalam bukunya Army Madinah in Kashmir. Bahkan India melakukan pembunuhan massal di Kashmir pada tahun 1989 yang mengakibatkan syahidnya 25 ribu orang; yang kemudian diikuti dengan pembunuhan massal pada tahun-tahun berikutnya.
Dilansir di arrahmah.com, sebuah penyelidikan oleh tim investigasi Komisi Hak Asasi Manusia Jammu dan Kashmir di tahun 2008 telah menemukan 2.730 mayat yang dibuang di kuburan tanpa tanda di empat bagian dari 14 tempat. Di situs lain, juga menyebutkan Pembantaian atas Muslim Kashmir oleh ekstrimis India mulai terjadi sejak tahun 1947, lebih dari 70.000 orang telah syahid karenanya. Kuburan-kuburan itu ditemukan di 55 desa dekat Garis Pengawasan, yang memisahkan wilayah-wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, kata kelompok Pengadilan Rakyat Internasional mengenai Hak Asasi Manusia dan Keadilan di Kashmir India (IPTK) .
Penderitaan yang dialami oleh Muslim Kashmir sejak pendudukan India 27 Oktober 1947 belum selesai. Pelbagai persoalan meliputi perlakuan politik, pemerataan ekonomi, krisis sosial, dan budaya masih menjadi menu sehari-hari warga Kashmir. India telah melakukan segala cara untuk menguasai Islam dan menghapus identitas muslim di Kashmir
“Kuburan-kuburan yang diselidiki IPTK berisikan mayat orang-orang yang tewas dalam bentrokan dan pembunuhan yang seolah-olah bentrokan antara 1990-2009,” kata pejabat IPTK Angana P. Chatterji pada jumpa pers, menunjuk pada kurun waktu pembantaian tentara India atas Muslim Kashmir.
India bersiteguh untuk menggunakan cara-cara yang berbeda di Kashmir yakni dengan menjadikan generasi-generasi berikutnya terlepas dari agama mereka, atau bodoh dalam pemahaman yang benar akan Islam. Hal ini karena negara itu percaya bisa menghapuskan Islam dari Kashmir setelah beberapa tahun. Namun, hasilnya jauh dari apa yang mereka kehendaki. Kaum Muslim meningkatkan ketaatanya pada Islam, dan loyalitas pada Islam semakin kuat setelah setiap serangan ganas otoritas India terhadap Muslim, apakah serangan itu melalui penindasan, penyiksaan atau dengan gaya lain dengan pemutar balikkan fakta dan pencitraan yang salah.
Ini merupakan bagian dari penindasan dan penyiksaan yang dilakukan oleh pihak berkuasa India di Kashmir. Mengenai gaya yang lain dari pemutar balikkan fakta dan penipuan, pihak berwenang mengeluarkan gagasan untuk menghentikan pembelajaran Quran Suci dan bahasa Arab di sekolah-sekolah negeri, selain memperkenalkan bahasa Hindi sebagai bahasa wajib. Kemudian mereka menggunakan media untuk melaksanakan kampanye intensif melawan nilai-nilai Islam dalam keluarga dan pakaian wanita.
Hal ini dilakukan dengan cara memperkenalkan alkohol di Kashmir dan undang-undang perkawinan campuran antara Muslim dan Hindu, diikuti dengan pelaksanaan keluarga berencana dengan menggunakan operasi pembedahan karena diketahui bahwa provinsi Kashmir dikenal dengan mayoritas Muslim dan telah memenangkan medali tertinggi dalam kontrol kelahiran.
Inilah Kashmir yang menderita dan masih menderita atas kekejaman barbar yang dilakukan oleh tentara India dan polisinya terhadap Muslim di sana. Masalah ini terlihat sama dengan masalah di Palestina. Orang-orang Hindu menduduki Kashmir pada saat yang sama ketika orang-orang Yahudi dan Palestina menduduki Palestina dan mendirikan sebuah negara di sana. Penguasa-penguasa Pakistan telah mengabaikan Kashmir dari segi perlindungan dan kemerdekaan wilayah itu dengan cara yang sama yang dilakukan oleh para pemimpin Arab disekitar Palestina atas negeri Palestina.
Dahulu, India termasuk dalam wilayah kekuasaan Khilafah Islam. Kemudian penjajah Inggris berhasil membubarkan wilayah tersebut dan justru menyerahkannya kepada kaum Hindu di India, yang menyebabkan kaum muslim terusir dan teraniaya. Sedangkan Pakistan, memang beberapa kali terjadi bentrok dengan India, namun usaha tersebut tidaklah cukup untuk memerdekakan Kashmir dari kekuasaan India. PBB pun diam tak melakukan apa-apa, dan OKI (Organisasi Konferensi Islam) pun tidak bisa berbuat banyak. Lalu apa solusi bagi masyarakat muslim di Kashmir ?
Derita kaum Muslim India belum juga berakhir hingga hari ini. Tanpa Khilafah, sebuah institusi penjaga dan pelindung umat, kaum Muslim terus terhina-dinakan tanpa kemuliaan. Sementara, penjajah Barat telah berhasil memecah belah kaum Muslim dengan batas-batas semu nasionalisme. Para penguasa negeri-negeri Muslim pun diam, sedangkan tentara-tentaranya hanya dijadikan sebagai hiasan, tak sedikit pun mereka tergerak untuk membebaskan segera saudara mereka dari cengkraman penjajah. [syahid/voa-islam.com]
Oleh: Retno Esthi Utami
(Aktivis Muslimah HTI Div. Litbang Muslimah Voice)