View Full Version
Selasa, 13 Dec 2016

Bom Panci di Bekasi dalam Catatan ISAC

SOLO (voa-islam.com)--The Islamic Study and Action Center (ISAC) menilai ada keganjilan dalam sejumlah aksi terorisme yang terjadi pada beberapa waktu lalu. Termasuk, bom panci seberat 3 Kg di tempat tinggal Dian Yulia Novi di daerah Bekasi.

"Bom berdaya ledak tinggi ditargetkan di Istana Merdeka oleh kelompok yang diduga Jaringan Bahrun Naim. Ada beberapa catatan dan pertanyaan ISAC terkait Bom Bekasi ini," kata Ketua ISAC, HM.Kurniawan BW dalam keterangan persnya, Senin (12/12/2016).

Berikut catatan ISAC terkait bom panci di Bekasi;

Pertama, bom Bekasi dengan daya ledak tinggi belum meledak,  masih didalam tempat tinggal Dian Yulia Novi

Kedua, jika diledakan radius 300 meter akan hancur dan jika dinyalakan kecepatannya 4000 Km/jam. Dalam perhitungan matematika bahwa radius diartikan jari jari, luas lingkaran adalah,  L = 3,14 x r x r yaitu 3,14 x 300 m x 300 m = 282600 meter persegi. 

Ketiga, targetnya adalah Istana Merdeka maka sasaran aksi adalah presiden dan atau kantor kepresidenan. "Perlu penjelasan dari Polri mengapa pelaku menarget presiden dan atau kantor keprisedenan. Siapa yang akan diuntungkan jika bomeledak di Istana Merdeka dan Presiden Jokowi ada disana?" tanyanya.

Keempat, tidak ada kerusakan fisik,  korban jiwa kecuali penangkapan terduga pemilik, perakit maupun pihak pihak yang terkait dengan kasus terorisme

Kelima, mencuatnya bom  Bekasi pada tanggal 10 Desember 2016 artinya 3 hari menjelang sidang Penistaan Agama oleh  Ahok dan sekitar 2 pekan menjelang perayaan Natal.

"Dalam catatan dan pertanyaan ISAC bahwa mengapa target terorisme akhir akhir ini cenderung tidak menguntungkan pelaku justru merugikan dirinya sendiri?"kata Kurniawan.

Dalam catatan ISAC juga,  ada kasus terorisme yang justru korbannya dirinya sendiri atau bisa dikatakan target operasi kurang signifikan,  yaitu:

Pertama, kasus pelemparan molotof di Banjarmasin dengan memakai kaos yang bertuliskan Jihad,  Isykarima Aumut Syajidan ( hidup mulia atau mati sahid) yang pada akhirnya pelaku ditangkap,  dan ada korban 1 anak meninggal dunia

Kedua, kasus penusukan anggota polisi di Tangerang  dengan pelaku akhirnya meninggal dunia,  ada korban luka.

Ketiga, kasus pelemparan bom molotof di sebuah gereja Medan dimana pelakunya ditangkap,  terdapat luka pada korban dan kerusakan kecil.

Keempat, bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta pelaku meninggal dunia dan 1 polisi luka.

Kelima, bom Thamrin di Jakarta yang meledakan pos polisi dengan pelaku meninggal dan beberapa korban luka dan meninggal dunia

Keenam, bom Kepunton di Solo dimana pelaku meninggal dunia dan tidak ada kerusakan,  tidak ada korban jiwa
Ketujuh, Bom Cirebon dimana pelakunya meninggal dunia beberapa korban luka.

Kedelapan,  pelemparan Molotov di Gereja di Klaten, tidak terbakar pelaku berhasil ditangkap

Kesembilan, bom di Mapolsek Pasar Kliwon yang tidak meledak dan pelaku berhasil ditangkap tidak ada kerusakan dan korban

"Kasus Terorisme di Indonesia termasuk dalam kategori Extra Ordinary Crime (kejahatan luar biasa) namun,  mengapa kasus terorisme dalam data ISAC tersebut justru pelaku tertangkap atau meninggal dunia tanpa ada efek yang signifikan?" ucap Kurniawan.

ISAC juga meragukan kasus Bom Bekasi terkait dengan Bahrun Naim,  perlu didalami keterlibatannya,  penjelasan maupun perannya. 

"Korelasi Bom Bekasi dan Bahrun Naim perlu perlu data, fakta dan bukti maupun saksi yang nantinya akan dibuktikan di pengadilan," tandas Kurniawan.  * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version