Oleh: Umar Syarifudin (Pengamat Politik Internasional)
Dalam mendokumentasikan sejauh mana kesengsaraan yang menimpa manusia akibat diterapkannya Kapitalisme. Terlepas dari klaim yang menyatakan bahwa produksi pangan dunia cukup untuk dua kali lipat penduduk dunia. Menurut angka yang dikeluarkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), bahwa jumlah orang yang kelaparan di dunia mencapai sekitar satu miliar orang, yang sebagian besar mereka adalah anak-anak di Afrika dan Asia.
Setiap diskusi tentang Afrika, selalu diidentikkan dengan kemiskinan, kekurangan makanan, kelaparan, dan perang saudara. Sejak Afrika diperebutkan pada abad ke-20 untuk mendapatkan mineral dan sumber daya oleh para kolonialis Eropa, benua Afrika dikerat-kerat hanya sebagai jalur pasokan sebagai usaha mereka untuk membangun koloni jajahan. Bagi para kolonialis Barat dan kini Cina, Afrika adalah mahkota permata yang terlalu mahal untuk diserahkan.
Adapun di antara 25 negara yang menurut laporan itu sedang dalam bencana kelaparan adalah Madagaskar. Ke depan, lebih banyak lagi orang yang akan menanggung masalah kemiskinan dan beban hidup di bawah himpitan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Kapitalisme, yang menjadikan makanan dan kebutuhan pokok sebagai komoditas yang diperebutkan di pasar modal untuk meraup keuntungan dengan mengabaikan ratusan juta manusia. Krisis pangan yang terjadi saat ini bukan karena jumlah pangan tidak mencukupi kebutuhan manusia, melainkan karena sistem distribusi yang buruk, akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Seberapa pun produksi pangan bisa ditingkatkan, jika sistem distribusinya buruk.
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, perekonomian Madagaskar sangat bergantung pada pertanian, pertambangan, perikanan, dan produksi pakaian. Salah satu produk paling terkenal dari Madagaskar adalah vanilla, yang berasal dari anggrek dan digunakan sebagai penyedap rasa makanan. Rempah vanilla minimal membutuhkan waktu dua tahun untuk tumbuh hingga mempunyai nilai jual yang cukup mahal.
Sentimen anti-Cina di Madagaskar pun menyeruak. Barang-barang Cina menyerbu masuk ke pasaran. "Madagaskar milik Madagaskan (sebutan untuk warga Madagaskar), bukan milik Cina atau negara lain," ujar Fenohasina, murid lokal kepadal AFP seperti dilansir Channel News Asia. Kehadiran investor Cina telah memicu ketegangan. Tambang emas belum juga dibuka. Namun rakyat Madagaskar telah disulut kemarahan. Selama beberapa bulan warga di Soamahamina, Madagaskar tengah resah dengan kehadiran perusahaan tambang emas Cina, Jiuxing. Setiap Kamis, warga turun ke jalanan di pusat kota untuk menentang Jiuxing yang kini telah memegang izin penambangan selama 40 tahun di atas 7.500 hektar lahan.
Selama ini pemerintah Madagaskar selalu berupaya untuk meningkatkan investasi asing, dengan alasan bahwa peningkatan investasi asing akan meningkatkan perekonomian Madagaskar yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Faktanya, para Investor dengan prinsip kapitalis yaitu meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya telah mengakibatkan Kerusakan ekosistem dan lingkungan alam serta lingkungan sosial. Oleh karena itulah investasi asing termasuk Cina sebenarnya adalah kedok baru bagi imperilisme di bidang ekonomi. Dalam kasus Madagaskar bisa kita saksikan kehidupan para kapitalis tampak gemerlap, akan tetapi kontras dengan tingkat kemiskinan di Madagaskar.
Bahaya lainnya, Eropa dan AS sadar betul untuk menjadikan benua hitam ini sebagai investasi masa kini dan depan. Di seluruh dunia, dominasi politik, militer, dan ekonomi AS menjadi strategi utama untuk mengeksploitasi manfaat-manfaat material dan menyebarkan kapitalisme pada banyak bidang. Termasuk dalam upaya untuk membendung pengaruh ideologi lawan yakni Islam.
Kolonialisme oleh bangsa Perancis menyebabkan ekonomi sangat bergantung pada perambahan sumber daya alam (penebangan kayu, pertambangan, dan penangkapan ikan) yang seringkali tidak memberikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang oleh karena kehabisan sumber daya alam. Kurangnya infrastruktur, terutama jalan raya, menyebabkan para petani kesulitan membawa hasil pertanian mereka ke pasar, dan kondisi geografi Madagaskar yang terisolasi di dunia mengakibatkan mahalnya ongkos perdagangan. Semua produk Madagaskar yang akan dijual atau kebutuhan yang akan dibeli ke dan dari negara lain harus diangkut menggunakan pesawat atau kapal. Sistem pendidikan yang lemah menyulitkan kaum muda Malagasy mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian dan sangat sedikit penduduk Madagaskar yang memiliki akses teknologi atau internet. Pada akhirnya, kerusakan lingkungan mengurangi kemampuan para petani Madagaskar untuk menghasilkan makanan dalam jumlah banyak. Faktor-faktor ini menjadi indikator kemiskinan Madagaskar.
Sedangkan penancapan neoimperialisme AS masih menggunakan upaya klasik, melalui penguasaan sumber energi minyak dan gas selain perdagangan dan investasi. Dengan dalih untuk menyerap tenaga kerja mereka tetap memobilisasi tenaga kerja murah yang ikut melibatkan perempuan melalui isu pemberdayaan perempuan. Kebutuhan SDM akan mereka cukupi melalui program wajib sekolah sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Program ini selaras dengan program kesetaraan gender yang mewajibkan anak-anak perempuan mengecap bangku sekolah. Tujuannya, agar mereka memiliki ketrampilan yang siap dieksploitasi dalam industri dan program-program pemberdayaan ekonomi. Bahkan kemampuan AS dalam berinovasi terhadap teknologi, mensyaratkan kemampuan pasar untuk menyerap produknya.
Hari ini, Madagaskar dan seluruh Afrika umumnya adalah sebuah benua yang jauh berbeda dari keadaan di masa lalu. Perebutan pertama atas Afrika dimulai ketika Henry Stanley menyatakan Kongo River Valley adalah untuk Belgia. Perancis kemudian menginvasi Mesir dan membangun Terusan Suez. Inggris menginvasi Mesir untuk mengontrol terusan itu, yang penting bagi rute pelayaran mereka. Inggris dan Mesir kemudian mengambil kendali Sudan. Perancis mulai menjajah Tunisia dan Maroko. Italia mengambil Libya. Inggris berperang dan mengalahkan koloni Belanda (Boer) dalam rangka mendapatkan kontrol sumber daya Afrika Selatan yang kaya.
Cecil Rhodes menjadi kaya karena berlian Kimberly, yang menghasilkan 90% berlian dunia pada saat itu. Pada awal 1900-an sebagian besar Afrika dikuasai oleh kolonialis Eropa. Hari ini, kekuasaan politik telah kembali terjadi di Afrika, Amerika yang kini sebagai kekuatan dunia terkemuka menggantikan pengaruh bangsa Eropa. Sementara kontrol atas sumber daya dunia telah jatuh ke tangan orang-orang yang berbeda, namun tujuan mereka tidak berubah.
Sebaliknya, sistem Khilafah Islam yang terintegrasi dengan rakyat dan negeri-negeri itu diperintah oleh para negarawan dalam sistim Khilafah dengan berbaurnya dengan penduduk asli. Penyebaran Islam ke Afrika tidak didorong oleh keuntungan materi, namun tujuannya adalah menyebarkan pesan-pesan Islam dan nilai-nilai Islam yang mulia. Sistem ekonomi Islam memfasilitasi kesejahteraan penduduk Afrika melalui distribusi kekayaan. Perintah-perintah yang tegas dalam Islam untuk memastikan kekayaan agar tidak hanya berada di tangan orang kaya menyebabkan kekayaan mengalir ke seluruh masyarakat.
Kompetisi internasional saat ini antara AS, Uni Eropa dan Cina pada perebutan lading-ladang minyak Afrika yang sangat besar dan sumber daya mineral lainnya adalah yang menyebabkan perlu kembalinya Khilafah Rasyidah yang kedua kalinya ke Afrika untuk menyejahterakan penduduknya. [syahid/voa-islam.com]