View Full Version
Kamis, 09 Feb 2017

Ternyata Indonesiaku Terluka, Kawan!

Sahabat VOA-Islam...

Terjajah dan terperangkap dalam imperialisme modern. Itulah Indonesia kita. Betapa tidak, Indonesia dulu terkenal dengan jamrud khatulistiwa kini terjerat hutang luar negeri yang cukup tinggi. Nominal utang luar negeri Indonesia periosde akhir november 2016 mencapai 316.000.000.000 dollar Amerika. (www.cnnindonesia.com/16-1-2017).

Jika dirupiahkan dengan kurs Rp.13.000/dollar adalah Rp. 4.108.000.000.000.000. Artinya jika masyarakat indonesia berjumlah 300.000.000 jiwa, berarti setiap jiwa menanggung beban hutang sebesar Rp. 13.693.000. Sungguh ini adalah beban hutang yang sangat besar. Sesungguhnya hutang adalah sebuah perangkap/jebakan politik untuk menguasai suatu negeri yang berakibat semua kebijakan politik berpihak pada pemilik modal/asing dan kebanyakan pemilik modal adalah negara-negara maju atau perusahaan-perusahaan besar dunia.

Siapapun tidak bisa membantah fakta bahwa negeri ini sungguh dikaruniai oleh Allah SWT kekayaan alam yang berlimpah-ruah. Sayangnya, limpahan kekayaan alam itu sampai kini belum dapat dinikmati oleh mayoritas rakyat Indonesia. Meski diliputi oleh limpahan kekayaan alam, puluhan juta rakyat negeri ini tergolong miskin. Mayoritas rakyat di negeri ini justru hidup dalam kondisi yang tertindas dan sengsara. Negeri ini juga dilanda aneka masalah di segala bidang: ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dsb. Mengapa hal ini bisa terjadi dan apa yang harus dilakukan?

Siapapun tidak bisa membantah fakta bahwa negeri ini sungguh dikaruniai oleh Allah SWT kekayaan alam yang berlimpah-ruah. Sayangnya, limpahan kekayaan alam itu sampai kini belum dapat dinikmati oleh mayoritas rakyat Indonesia

 

Luka yang Dipelihara

Sungguh ini semua merupakan buah atau akibat dari diterapkannya sistem demokrasi. Demokrasi yang dipercaya sebagai sistem politik terbaik, yang akan mewadahi aspirasi rakyat, pada kenyataannya bohong belaka. Rakyat hanya diperhatikan saat kampanye atau sebelum Pemilu. Setelah terpilih, anggota legislatif, kepala daerah dan bahkan presiden, lebih memperhatikan para penyokongnya. Lahirnya UU-UU liberal, juga lembeknya Pemerintah di hadapan perusahaan asing seperti PT Freeport, misanya, adalah bukti nyata bahwa aspirasi rakyat diabaikan dan Pemerintah tunduk pada kekuatan para cukong di dalam dan luar negeri. Jadi, dalam demokrasi tidak ada yang namanya kedaulatan rakyat. Yang ada adalah kedaulatan para pemilik modal.

Dalam sistem demokrasi apapun boleh dilakukan.  Apakah halal atau haram, tercela atau terpuji semua boleh asal disepakati bersama. Mengapa hutang indonesia setiap tahun bertambah walau setiap tahun diangsur? Jawabannya karena hutangnya senantiasa berbunga. APBN akhirnya tersedot untuk membayar pokok hutang dan bunganya. Jelas pula hutang merupakan jerat dan perangkap negara kafir penjajah. Padahal dalam islam sudah jelas, hutang luar negeri dan bunga hutang hukumnya haram.

Penguasa tampaknya sudah mati gaya. Hutang diibaratkan suplai darah segar demi membiayai pembangunan. Jika diperhatikan secara seksama, hutang itulah yang akan membawa Indonesia pada jurang kehancuran. Megah bangunan infrastrukturnya, namun keropos ekonominya. Masihkah sistem seperti ini dipertahankan ? Maka tidak ada cara lain untuk menyelamatkan indonesia dari kerusakan ini kecuali dengan islam. Hanya islamlah yang dapat mengatasi semua problematikan manusia.

 

Obati Luka

Indonesia kita jelas sekali harus segera diselamatkan. Ini adalah tanggung jawab kita, umat Islam, tanpa kecuali. Untuk menyelamatkan negeri ini umat Islam harus memiliki setidaknya dua macam kesadaran.

Pertama: kesadaran atas akar persoalan yang terjadi; yakni bahwa penyebab utama semua persoalan di atas adalah penerapan ideologi Kapitalisme sekular beserta turunannya: demokrasi, liberalisme, dsb. Dengan kata lain, semua problem di atas adalah akibat penerapan sistem dan hukum yang menyimpang dari sistem dan hukum Islam. Allah SWT berfirman:

]وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا[

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).

Kedua: Kesadaan atas solusi yang hakiki, yaitu bahwa solusi yang benar untuk menyelesaikan berbagai problem yang melanda negeri ini adalah dengan kembali pada al-Quran. Allah SWT berfirman:

]ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ[

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusi, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Ali ash-Shabuni di dalam Shafwah at-Tafâsîr menjelaskan, “bima kasabat aydinnâs yakni disebabkan oleh berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa mereka.” Kemaksiatan yang menyebabkan negeri ini dicengkeram oleh neoimperialisme dan neoliberalisme adalah kemaksiatan dalam bentuk kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya yang menyalahi syariah; yaitu kemaksiatan berupa penerapan ideologi, sistem dan hukum selain Islam.

Karena itu solusinya, menurut Imam asy-Syaukani di dalam Fathu al-Qadîr, adalah “la’allahum yarji’ûn” (agar mereka kembali) dari berbagai kemaksiatan mereka dan bertobat kepada Allah SWT.” Dalam konteks ini, bangsa ini harus segera bertobat dari kemaksiatan ideologis, sistemik dan hukum sekular itu; lalu kembali pada ideologi, sistem dan hukum Islam, yakni dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam semua aspek kehidupan di bawah sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Inilah proyek dan agenda utama dan vital untuk menyelamatkan negeri ini.

Proyek ini sudah sangat mendesak untuk segera diwujudkan. Ini menjadi tanggung jawab keimanan dan tanggung jawab sejarah kita, umat Islam. [syahid/voa-islam.com]

Penulis: Abdul Latif (Syabab Hizbut Tahrir Indonesia di Gresik)


latestnews

View Full Version