View Full Version
Rabu, 22 Feb 2017

Kriminalisasi Ulama dan Islam di Negeri Demokrasi

Oleh: Ummu Naflah

(Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Wilayah Cikupa)

Kriminalisasi terhadap ulama masih saja berlanjut hingga hari ini. Dikutip dari Republika.co.id, 23/1, berbagai ormas memadati halaman depan Gedung Polda Metro Jaya untuk mengawal pemeriksaan motor Aksi Bela Islam, Habib Rizieq Shihab. Pemanggilan Habib Rizieq terkait kasus dugaan penodaan terhadap mata uang rupiah yang baru.

Sementara di dunia maya Cyber Muslim Army gencar melakukan serangan dengan satu komando hashtag #umatmenjagaulama sebagai Aksi Bela Ulama. Mahasiswa dan pemuda Islam pun tak ketinggalan ikut dalam Aksi Bela Ulama dengan mengeluarkan resolusi siap berada di garda terdepan menjaga ulama dan agama walaupun mereka yang menjadi tumbal

Sungguh luar biasa, di hari yang sama setiap komponen umat ini tak mau ketinggalan berada di garis depan sebagai benteng pelindung ulama dan agama yang sedang menjadi korban kriminalisasi oleh penguasa. Suatu sinyal kemunduran bagi negeri ini jika para ulamanya menjadi sasaran kriminalisasi, padahal seharusnya mereka ditempatkan diposisi yang mulia sebagai pewaris para nabi.

Sinyal kemunduran semakin kuat terlihat dengan ditangkapnya Nuruf Fahmi pengibar bendera Merah Putih bertuliskan kalimat tauhid pada Aksi Bela Ulama di depan Mabes Polri pada Senin, 17/1. Nurul Fahmi ditangkap pada Kamis malam 19/1 oleh Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan (Liputan6.com). Walaupun akhirnya dibebaskan dengan jaminan Ustaz Arifin Ilham.

Setelah para ulama menjadi sasaran kriminalisasi, rezim ini sedang mengarahkan bidikannya pada ajaran Islam yang suci. Kasus Nurul Fahmi menjadi bukti sungguh begitu sensitifnya rezim ini terhadap segala hal yang berbau Islam sampai kalimat tauhid pun mau mereka kriminalisasi. Sebaliknya kasus pencoretan bendera Merah Putih dengan kalimat yang bernada negatif, melecehkan dan menghina malah dibiarkan saja.

Rezim seperti alergi dan phobia dengan segala hal yang berbau Islam, padahal Islam adalah agama dan ajaran yang tinggi dan suci. Ulamanya adalah orang-orang yang hanif dan lurus yang senantiasa menyampaikan kebenaran meskipun nyawa taruhannya. Umatnya adalah umat yang luar biasa yang senantiasa satu barisan dalam membela agamanya, ulamanya dan kepentingan umat ini.

Penguasa seolah-olah kembali ke masa silam, era di mana ulama dan Islam selalu dicari-cari kesalahannya untuk dikriminalisasi. Tidak menjadi masalah jika tindakan yang sama dilakukan oleh kelompok selain Islam, tapi menjadi masalah ketika Islam dan para ulama yang melakukannya.

Benar apa yang disampaikan sastrawan senior Taufik Ismail ketika berorasi pada aksi kontra Ahok di sidang ketujuh kasus penistaan agama di Gedung Kementan, Jalan RM Harsono, Jakarta Selatan, Selasa (24/1). “ Apa yang kita alami sekarang, sama dengan 50 tahun lalu saat PKI turun ingin merebut negara. Tapi kita menang. Kali ini kita akan kembali menang," seru Taufik di hadapan massa kontra Ahok (Rmol.co, 24/1).

Jika 50 tahun yang lalu Islam telah menjadi korban fitnah berikut para ulamanya dikriminalisasi bahkan disiksa dan dianiaya karena membongkar kebobrokan ideologi sosialisme komunisme yang merongrong bangsa ini. Kini Islam, ulamanya dan umatnya sedang menjadi tumbal bagi ideologi sekularisme kapitalisme dan juga mungkin menjadi kambing hitam bagi sosialisme komunisme yang gejala kebangkitannya mulai kita rasakan.

Islam dan ulamanya menjadi ancaman bagi eksistensi ideologi kapitalisme yang mereka emban, sehingga rezim ini mulai bertindak represif. Mereka berkeras hati mempertahankan sistem ekonomi kapitalisme yang bathil, sistem politik lewat demokrasi yang cacat, dan liberalisme yang merusak. Sementara sikap kritis ulama dan umat Islam tidak dipandang sebagai masukan/kritik menuju perbaikan tapi dianggap sebagai ancaman atas kekuasaannya yang makin lemah dukungan dan makin tampak kebobrokannya. Sejatinya bukan Islam dan para ulama yang menjadi ancaman bagi negeri ini.

Kapitalismelah yang menjadi malapetaka bagi bangsa ini. Negara telah berjudi dengan keuangan negara yang membuat kolaps perekonomian rakyat. Jumlah rakyat miskin semakin meningkat akibat negara mencabut subsidi bagi rakyat. Sistem ekonomi yang berdasarkan riba dan privatisasi SDA milik publik telah membuat kenyang kaum kaya dan membuat kaum miskin kelaparan. Lewat pasar bebas, kapitalisme dengan harga murah telah membeli rasa hormat seorang perempuan untuk dieksploitasi tubuhnya sebagai iklan, hiburan dan industri seks.

Liberalisme telah mencetak generasi negeri ini sebagai pribadi yang individualistik, menolak budaya sopan santun dan mengagung-agungkan gaya hidup bebas gaya barat yang akan menghantarkan negeri ini pada lost generation akibat maraknya seks bebas, aborsi dan LGBT. Liberalisme pula yang berhasil mencetak pribadi yang tak bertanggung jawab yang telah mnyebabkan mewabahnya kerusakan keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran anak, dan tingginya tingkat perceraian yang mengancam rapuhnya ketahanan keluarga.

Demokrasi yang diagung-agungkan oleh rezim ini justru menjadi bencana bagi kaum Muslimin. Sinyal intoleransi telah nyata ditunjukkan rezim ini kepada Islam dan ulamanya. Hak umat Islam untuk berbicara walaupun sesuai tuntutan agamanya dikekang dengan regulasi ujaran kebencian. Kalimat tauhid yang tinggi dan suci dikriminalisasi dengan alasan penghinaan dan pelecehan terhadap lambang negara. Padahal adakah di dunia ini kalimat yang lebih tinggi dan suci dari kalimat Laa ilaha IlalLah Muhammadar RasululLah?

Demokrasi juga telah menempatkan negeri ini menjadi negara sarang koruptor dan suap menyuap. Demokrasi pula yang membuat penguasa negeri ini buta dengan penderitaan saudara-saudara kita di Aleppo, Rohingya, Palestina, Pattani dan di belahan bumi yang lain.

Tampak jelas bahwa kapitalisme, demokrasi dan liberalisme tidak akan pernah membawa kemajuan, keadilan dan kemakmuran bagi negeri ini.  Sebaliknya telah membuat negeri ini dalam kondisi carut marut dan menggiring negeri ini ke jurang kehancuran.

Rezim ini sedang berupaya dan berkeras mempertahankan ideologi tersebut kepada umat. Mereka melihat Islam sebagai sebuah ancaman besar bagi mereka. Karena jika syariah Islam diterapkan secara kaaffah dalam sebuah institusi negara yaitu Khilafah minhajin nubuwwah maka hegemoni kapitalisme terhadap negeri ini akan dicabut sampai ke akar-akarnya.

Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang didasarkan pada ketulusan untuk menjaga kebutuhan rakyat dan peduli bagi kesejahteraan umat manusia. Sistem ini akan menjadi penghalang dan penantang bagi masuknya campur tangan asing, aseng dan asong terhadap kebijakan yang mengeksploitasi SDA milik rakyat. Khilafah yang akan menjamin tercukupinya kebutuhan setiap keluarga sehingga tak lagi ada tugas ibu sebagai tulang punggung keluarga kecuali mengurus anak-anaknya dan mengatur rumah tangganya. Tidak ada lagi eksploitasi terhadap perempuan karena negara akan menempatkan perempuan sebagai sosok yang mulia dan dijaga kehormatannya.

Khilafah juga akan membangun dinding tebal bagi masuknya budaya dan gaya hidup bebas yang bukan berasal dari Islam sehingga terjaga akal, jiwa dan pikiran generasi umat ini. Keluarga menjadi kuat karena negara berperan sebagai soko guru ketahanan keluarga.

Khilafah yang akan menghentikan berbagai kriminalisasi terhadap ulama dan umat Islam serta menindak tegas pelaku penistaan Al-Qur’an dengan penegakan hukum dan peradilan yang independen berdasarkan hukum-hukum Islam. Selain itu, sistem Islam menyediakan berbagai jalur di mana individu dapat mengekspresikan kritik atau ketidakpuasan pada tindakan penguasa, serta menghilangkan ketidakstabilan yang disebabkan oleh kezaliman penguasa.

Khilafah juga tidak akan tinggal diam terhadap berbagai kezaliman dan penderitaan yang menimpa kaum Muslimin di berbagai belahan dunia. Karena Khalifah selain sebagai kepala negara dan pemerintah, Khalifah juga panglima tertinggi dalam Khilafah yang akan mengirimkan pasukan terbaiknya untuk mengakhiri berbagai penindasan terhadap kaum Muslimin di penjuru dunia dan membebaskannya dari tirani rezim yang zalim. Bukan hanya membebaskan kaum Muslimin saja tapi seluruh manusia yang masih terbelenggu akibat diterapkannya sistem bobrok buatan manusia.

Khilafah yang menerapkan syariah Islam inilah yang akan menjadikan Nusantara menjadi negara super power dan #IslamRahmatanLilAlamin pun akan terwujud. Dan semua itu hanya akan menjadi sebuah angan jika sampai sekarang kita hanya diam dan hanya menyaksikannya tanpa ikut memperjuangkannya bersama para pembela-pembela Islam dan ulama. Wa ma tawfiq ilalLah. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version