Oleh: Rutin, SEI
Sudah sejak tahun 2015 Yaman bergejolak hingga sekarang. Perang telah membuat sekitar 10 ribu orang tewas dan 3 juta orang mengungsi. Ditambah lagi, 500.000 warga Yaman terinfeksi kolera dan hampir 2.000 orang meninggal akibat penyakit itu (media Indonesia.com)
Berdasar pantauan penulis melaui media timur tengah, semua hal tersebut diatas adalah akibat serangan koalisi Arab terhadap sistem sanitasi dan pengolahan air, serta rumah sakit. Sekolah-sekolah pun jadi sasaran. Sementara itu, bantuan kemanusiaan internasional sulit mencapai wilayah konflik.
Alhasil, kehidupan di Yaman semakin memprihatinkan akibat hancurnya ekonomi negeri. Untuk menyelesaikan masalah Yaman, pada April 2016 PBB mensponsori perundingan perdamaian di Kuwait. Sayang, perundingan selama tiga bulan itu tidak membuahkan hasil. Lantas kepada siapa Yaman harus mengharap uluran tangan? Sementara mata dunia pura-pura buta dan tuli akan pemberitaan Yaman.
Bagaimana tidak, media-media saat ini lebih memilih bungkam meski hati mereka pun teriris mengetahui tindakan yang tidak berperikemanusiaan tersebut. Tapi mereka, kita tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan peperangan yang tak berperikemanusiaan itu. Karena kita tidak punya kekuasaan, negara lah yang punya kuasa menerjunkan tentara militernya untuk membantu saudara kita di Yaman. Namun, negeri- negeri muslim yang sudah jelas punya kuasa pun hanya bisa diam menonton kebiadaban Arab Saudi.
...kepada siapa Yaman harus mengharap uluran tangan? Sementara mata dunia pura-pura buta dan tuli akan pemberitaan Yaman...
Mereka tak berkutik sedikitpun karena takut dengan AS sebagai biang masalah ini. Betapa tidak, Sultan Oman Qaboos Bin Said Al-Said dalam suratnya belum lama ini mengingatkan Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi bahwa serangan Saudi ke Yaman merupakan jebakan Amerika Serikat (AS) untuk memecah Saudi, dan karena itu Sultan Qaboos meminta Raja Salman supaya menghentikan serangan itu. Demikian dikatakan seorang narasumber di Riyadh, sebagaimana dilaporkan al-Ittihad Press.
“Dalam surat itu Sultan Oman menyarankan supaya perang terhadap Yaman dihentikan, sebab ini juga merupakan jebakan AS yang sasarannya adalah seluruh kawasan,” imbuh sumber tersebut.
Sumber itu juga menyebutkan bahwa sebelumnya, milyarder Saudi Pangeran Walid bin Talal bin Abdulaziz juga meminta serangan itu dihentikan sembari menyebut para pelakunya sebagai orang-orang yang tidak berpikir jauh dan telah bermain-main dengan masa depan dan keamanan Saudi. Walid mengatakan bahwa lampu hijau yang dinyalakan AS untuk serangan ke Yaman adalah jebakan berbahaya untuk melemahkan dan memecah belah Saudi.
Pangeran Mut’ab bin Abdullah juga menentang invasi koalisi pimpinan Saudi ke Yaman. Dia bahkan menyatakan bahwa “Garda Kepresidenan Arab Saudi” akan melakukan tindakan untuk menghentikan “petualangan berbahaya” Saudi di Yaman.
Meskipun banyak yang protes atas sikap Raja Arab Saudi, tetap saja perang tak kunjung dihentikan. Semua ini karena ada sesuatu di balik sesuatu. Inilah cengkeraman Kapitalisme yang mudah membuat seseorang lupa segalanya. Lupa sifat berperikemanusiaan, lupa sesama muslim bersaudara. Dimana ada untung, disana dia akan berpihak.
Masihkah kita berharap dengan sistem Kapitalis ini? Sistem yang membuat Yaman menangis tiada henti. Sistem yang membuat kita tak berkutik melihat saudara kita di Yaman dibombardir. Sudah saatnya sistem Islam menggantikan. Hanya itulah satu- satunya solusi untuk keamanan umat manusia di seluruh penjuru dunia. Karena Islam adalah Rahmatan Lil 'Alamiin. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google