View Full Version
Jum'at, 22 Sep 2017

Mengakhiri Derita Rohingya

Oleh : Sitti Aisyah Al-Fatih, SE*

Kaum muslim kembali dikagetkan dengan tragedi  pembantaian dan pembunuhan massal yang terjadi di Rohingya yang dilakukan oleh kalangan militer Myanmar. Ribuan orang tewas dan puluhan ribu muslim Rohingya mengungsi  ke Bangladesh  untuk menyelamatkan diri  dari kebiadaban tentara Myanmar.

Berdasarkan  situs  Al Jazeera Net (31/8) lebih dari 26 ribu kaum Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan di Myanmar selama seminggu terakhir. Sementara sekitar 20 ribu lainnya terdampar di perbatasan antara kedua negara. Sedang di Bangladesh mereka dihadang oleh tentara, dan setidaknya ada tujuh kapal dipulangkan kembali.

Ditemukan dua puluh mayat wanita dan anak-anak akibat kapal mereka yang terbalik pada saat melarikan diri dari Myanmar. Al Jazeera juga mengumumkan bahwa hanya dalam 3 hari, antara 2000 dan 3000 kaum Muslim dibantai dalam serangan tentara Myanmar di Arakan.

Sontak kejadian ini mengundang reaksi  kemarahan kaum Muslim Dunia. Bentuk kemarahan kaum muslim adalah dengan melakukan aksi  solidaritas, penggalangan dana, dan doa bersama untuk Rohingya seperti yang dilansir CNN Indonesia. Ratusan perempuan menggelar aksi solidaritas di depan Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta, Senin (4/9).

Massa yang menamai dirinya Sahabat Muslim Rohingnya ini mengutuk kekerasan yang menimpa ribuan etnis Rohingya. "Hentikan pembantaian, selamatkan Muslim Rohingya," kata Sarah, salah satu panitia aksi itu. Sarah mengklaim massa yang akan mengikuti aksi ini mencapai 1.000. Dia menyebut, 1000 orang tersebut memang dikhususkan untuk perempuan dari berbagai Majelis Taklim dan ormas di Jabodetabek.

Aksi solidaritas yang sama juga dilaksanakan oleh masyarakat kota Kendari. Harianamanah.com merilis “Ratusan umat Muslim yang tergabung dalam Aliansi Muslim Peduli Rohingya (Ampera) Sulawesi Tenggara (Sultra) ikuti Aksi Peduli Rohingya di depan Masjid Raya Al-Kautsar, Sabtu (9/9/2017). Dalam aksi tersebut, pihaknya meminta dan berharap agar pemerintah secara aktif menyelesaikan kedzaliman Rezim Myanmar.

Fokus pada Sebab Bukan Akibat

Pembantaian yang terjadi di Rohingya mampu membangkitkan jiwa persaudaraan pada kaum muslim. Terbukti dengan maraknya aksi solidaritas dan doa bersama yang dihadiri ribuan muslim di negera-negara muslim dan daerah-daerah dimana mereka berada. Penggalangan dana berhasil mencapai milyaran dalam waktu yang terbilang cukup singkat seperti yang terjadi di kota Bogor.

Aksi kaum muslim dunia merupakan aplikasi dari perintah Rasulullah SAW atas hak muslim terhadap muslim lainnya, Rasullullah SAW bersabda:

Kaum muslim merupakan saudara bagi muslim lainya dan ibaratkan layaknya satu tubuh seperti dalam Sabda Rasullullah SAW :Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi Muslim yang lain dan tidak boleh menyerahkan dirinya kepada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya niscaya Allah memenuhi kebutuhannya. Siapa saja yang meringankan kesulitan seorang Muslim niscaya Allah meringankan dari dia satu kesulitan di antara banyak kesulitan pada Hari Kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah menutupi aibnya pada Hari Kiamat” (HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad).

Sebab kaum muslim adalah bersaudara atas muslim lainnya tanpa dibatasi dengan warna kulit dan state-skate Nasionalisme. Wujud dari semua itu adalah tolong menolong jika satu di antaranya mengalami kedzaliman. Reaksi dan solusi kaum muslim terhadap muslim yang terkena kedzaliman itu seharusnya tidak hanya fokus pada akibat seperti memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.

Melihat kasus Rohingya yang mengalami pembantaian, pengusiran, penyiksaan yang berujung pada pembunuhan massal oleh para pembenci muslim, apakah cukup dengan bantuan logistik? jika saudara kita diusir apakah pantas jika hanya memberikan obat dan makanan tanpa menghilangkan penyebabnya? Jika saudara kita dibantai secara massal apakah cukup dengan mengirimkan doa tanpa ada perlawanan dari saudaranya?  Terlepas dari itu jika menyaksikan pemberitaan bantuan logistik untuk Rohingya tidaklah mudah untuk sampai ke tangan-tangan mereka. Agar bantuan itu bisa sampai harus dengan izin pemerintah Myanmar.

Selayaknya kaum muslim tidak hanya fokus pada akibat namun fokus pula pada apa yang menjadi penyebab muslim Myanmar, Palestina, Irak, Suriah, dll begitu mudah nyawa mereka melayang. Tidak lain penyebabnya adalah kaum muslim tidak lagi bersatu dalam satu kepemimpinan umum dan  telah terpecah oleh sekat-sekat nasionalisme sehingga jika saudaranya mengalami kedzoliman sangat sulit untuk melakukan perlawanan.

Mengakhiri Derita Rohingya

Kedzoliman yang terorganisir harus dilawan dengan perlawanan yang terorganisir pula. Apa yang terjadi pada sebagian kaum muslim di negeri-negeri muslim khususnya Rohingya merupakan kedzaliman yang menggunakan kekuasaan besar yakni negara. Untuk itu perlawanan yang harusnya dilakukan adalah perlawanan kekuasaan dengan mendesak para penguasa negeri-negeri muslim untuk mengirimkan pasukannya.

Selayaknya pula kaum muslim dan penguasa negeri-negeri muslim membentuk sebuah kepemimpinan umum seluruh dunia  yang mewajibkan perlindungan bagi seluruh muslim tanpa terkecuali. Sebagaimana kasus yang menimpa kaum muslim saat ini, hal ini pernah juga terjadi pada masa kaum muslim masih saat bersatu di bawah satu kepemimpinan yang dikepalai oleh Al-Mu’tashim Billah. Beliau pada saat itu mendengar permintaan tolong dari seorang muslimah yang dilecehkan oleh pasukan Romawi di Amuria.

Pemimpin al-Mu’tashim Billah tak tanggung-tanggung mengerahkan puluhan ribu pasukan yang ujungnya telah tiba di Amuria, sementara ekornya masih berada di Baghdad. Dengan izin Allah, Amuria ditaklukkan oleh para pasukan muslimin pada saat itu sehingga tidak ada yang berani lagi melakukan pelecehan terhadap kaum muslim.

Kejadian semacam ini pernah juga terjadi pada masa Rasulullah SAW. Bentuk perlawanan yang dilakukan Rasullah SAW ketika terjadi  ancaman yang di lakukan oleh pasukan Romawi terhadap kaum Muslim yang ada di wilayah Tabuk. Rasul SAW. menggunakan kekuasaan dan kekuatan beliau sebagai kepala negara bersama pasukan kaum muslim. Beliau memimpin sendiri pasukan kaum muslim menuju Tabuk dengan menempuh jarak sekitar 700 km dan memenangkan perlawanan.

Sikap pemimpin Al- Mu’tasim Billah dan apa yang telah di contohkan Rasullullah SAW saharusnya kaum muslim mengikutinya. Namun, semua itu bisa terlaksana jika seluruh ummat muslim kembali bersatu dibawah satu kepemimpinan sebab jika kaum muslim tidak bersatu musuh-musuh Islam begitu mudahnya menghilangkan nyawa kaum muslim. Wallahu’alam bi Ash-shawab. (riafariana/voa-islam.com)

*(Alumnus Universitas Muhammadiyah Kendari)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version