View Full Version
Selasa, 03 Oct 2017

Teror Kekerasan Bersenjata di Amerika dalam Sebuah Perspektif

Oleh: Umar Syarifudin

Pada hari Senin tanggal Minggu 1 Oktober, peristiwa penembakan terjadi di tengah konser musik Route 91 Harvest concert dilakukan dari lantai 32 Mandalay Bay. Penembakan di dekat Mandalay Bay Hotel and Casino di  Las Vegas Strip. Ini merupakan salah satu kasus penembakan dengan korban yang banyak. Las Vegas Metro Police Sheriff Joseph Lombardo mengatakan, pria bersenjata yang merupakan tersangka telah tewas di tangan polisi tepatnya di  lantai 32 Mandalay Bay.

 Pelaku penembakan mematikan di Las Vegas, Stephen Paddock, pria berusia 64 tahun ini diketahui merupakan mantan akuntan yang kaya raya. Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters, ada alasan untuk percaya Paddock memiliki sejarah masalah psikologis.

The Real Terror in America

Kekerasan penembakan di Amerika merupakan persoalan akut melanda negeri demokrasi ini. Tingkat insiden pembunuhan senjata api tetap stabil. Pada tahun 2016,  15.078 meninggal karena insiden yang berhubungan dengan senjata api dimana 385 korbannya adalah kasus penembakan massal. Statistik budaya senjata api di Amerika cukup memprihatinkan.

Begitu banyak orang meninggal setiap tahun akibat tembakan di AS sehingga jumlah korban tewas antara tahun 1968 sampai 2011 melebihi semua perang yang pernah dilakukan oleh negara tersebut. Menurut penelitian oleh Politifact, ada sekitar 1,4 juta kematian insiden penembakan pada periode itu, dibandingkan dengan 1,2 juta kematian di Amerika Serikat dalam setiap konflik dari Perang Kemerdekaan sampai Irak.

Diperkirakan ada sekitar 300 juta senjata di AS, yang dipegang oleh sekitar sepertiga dari populasi. Menurut data dari Departemen Kehakiman AS dan Dewan Urusan Luar Negeri, 11.385 orang meninggal rata-rata setiap tahun dalam insiden senjata api di AS antara tahun 2001 dan 2011. Pada periode yang sama, rata-rata 517 orang terbunuh setiap tahun karena insiden teror.

Inilah kondisi Amerika Serikat, yang berparade ke seluruh dunia sebagai pendukung kedamaian dengan teror-teror global, namun kondisi di dalam negerinya, dimana masyarakat dicekam kecemasan akan perilaku teror akibat budaya senjata api yang dilindungi Undang-undang mereka sendiri.

Fakta ini memberikan gambaran yang lebih terang kepada publik betapa berbahayanya hidup di AS saat ini. Perang paling mahal di tingkat manusia dalam sejarah AS adalah Perang Saudara dengan 525.000 kematian yang diikuti oleh Perang Dunia Kedua 405.399 kematian, namun ini masih merupakan sebagian kecil dari jumlah korban yang terbunuh di AS dengan senjata di luar perang. BBC pernah menulis bahwa "begitu banyak orang meninggal setiap tahun akibat tembakan di AS sehingga jumlah korban tewas antara tahun 1968 dan 2011 menggoncang semua perang yang pernah dilakukan oleh negara ini".

The National Rifle Association sebagai pusat lobi senjata Amerika, yang menyerukan akses gratis ke semua bentuk senjata mematikan, menerima jutaan dolar setiap tahun dari produsen senapan Amerika. Hal ini mengindikasikan adanya ancaman yang mematikan dalam demokrasi mereka sendiri, karena orang kaya dan hebat memanipulasi proses politik untuk menghasilkan undang-undang yang menguntungkan dirinya sendiri dengan mengesampingkan keselamatan yang lain.

...Paham kebebasan tidak membantu masyarakat menyelesaikan masalah dengan nyata, melainkan hanya sebuah slogan yang digunakan orang untuk mencoba membela pendapat mereka sendiri...

Di Sebuah Titik

Peristiwa ini menyibak bahaya atas paham liberal sebagai nilai mutlak kebenaran dan sebagai standar atas perbuatan  telah melumpuhkan AS untuk melindungi hak yang seharusnya dilakukan oleh setiap warga negara Amerika untuk memiliki dan membawa senjata secara legal terlepas dari fakta bahwa sekitar banyaknya jumlah warga Amerika terbunuh atau terluka oleh senjata ini setiap tahun, dan bahkan anak-anak bisa membunuh atau terbunuh oleh senjata ini.

Paham kebebasan tidak membantu masyarakat menyelesaikan masalah dengan nyata, melainkan hanya sebuah slogan yang digunakan orang untuk mencoba membela pendapat mereka sendiri. Ini tidak membantu masyarakat, tapi presiden Amerika menggunakannya sebagai pembenaran untuk mengumumkan perang dan membunuh secara acak dengan korban sipil yang signifikan.

Pembunuhan ini didorong oleh karakter labil dan kosong, dan pembantaian mengerikan di berbagai tempat di AS dianggap sebagai indikasi bahwa ideologi yang Amerika anut dan coba untuk paksakan ke seluruh dunia, adalah sebuah ideologi hampa yang tidak mampu memberikan ketenangan.

Pada titik inilah, Amerika Serikat dengan demokrasinya telah gagal, mereka gagal menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan dan tidak mampu memberikan standar hidup yang lebih tinggi. AS mengalihkan semua energinya dalam perang melawan Islam dan mencemarkan nama baik kaum muslim untuk menutupi kelemahan dan kegagalannya dalam mengklaim kepemimpinan sejati di dunia, sementara Islam adalah ideologi sejati perdamaian dan keamanan bagi dunia.

Sistem Islam sebuah konsep yang mampu menyediakan tata kelola yang efektif dan efisien tanpa melepaskan hak rakyat untuk menolak jika dianggap menindas dan tidak adil. Hal ini didukung oleh sistem masyarakat sipil yang kuat berdasarkan keluarga ideal yang bertujuan untuk mendukung pendidikan anak-anak pada lingkungan budaya yang kuat. Apa yang melindungi orang dari penindasan politik dan budaya kriminal adalah kenyataan bahwa pemerintah harus  taat kepada oleh Al Qur'an dan Sunnah dan tidak dapat mengesahkan kebijakan menurut hawa nafsunya sendiri, pendapat mayoritas atau pendapat dari mitra bisnisnya. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version