View Full Version
Kamis, 02 Nov 2017

Mewaspadai Sosialisme-Komunisme Gaya Baru

Oleh: Yusra Dahnia ST (Pemerhati Sosial Politik)

Gerakan 30 September PKI 1965 atau yang akrab disingkat G-30 S/PKI kembali menjadi perbincangan hangat di lini masa pada September lalu. Hangatnya perbincangan ini bukan tanpa sebab, menurut Ketua Presidium Alumni 212, Slamet Ma'arif, “Indikasi kebangkitan PKI semakin menguat dan nyata di Indonesia. Indikasi ini dapat dilihat dengan fakta banyaknya seminar, workshop, temu alumni, dan artikel yang mengandung paham komunis dan pro-PKI."

PKI (Partai Komunis Indonesia), sebelumnya dikenal dengan nama Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia (Indiskhe Sociaal Democratiskhe Vereniging – ISDV), yang berdiri pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang, atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet. Tujuannya ialah untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan Rakyat Indonesia. Barulah pada tahun 1924, berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Lahirnya paham sosialisme akibat terjadinya kondisi buruk dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan setelah terjadinya revolusi industri. Aliran sosialisme sangat menentang hadirnya para kapitalis yang dianggap membawa kesengsaraan bagi rakyat. Para penganut sosialis memimpikan terbangunnya suatu masyarakat tanpa kelas, sehingga semua manusia dapat menikmati kesejahteraan secara bersama.

Karl Heinrich Marx (1818-1883),mencetuskan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya monumental Karl Marx “Das Kapital” menyebut bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar. Karl Marx lalu menyebut ajarannya itu sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis.

Istilah komunisme sendiri sebenarnya bukan ciptaan Karl Marx, melainkan ciptaan sosialis Prancis, Cabet. Kata “komunis” itu berasal dari bahasa Latin “communio” yang artinya milik bersama. Komunisme memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur tanpa kelas. Semua orang sama, sama rata sama rasa. Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambilalihan alat-alat produksi dan harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata melalui peran Partai Komunis.

Dalam penggunaan keseharian, istilah “sosialisme” sering dicampuradukkan dengan “komunisme”. Oleh karena itu, kedua istilah tersebut pada akhirnya dianggap sama. Tidak salah jika ada yang menyatakan bahwa sosialisme “sepaket” dengan “komunisme” karena kesamaan ide dasarnya.

Negara pertama di dunia yang menerapkan ideologi sosialisme adalah Uni Soviet. Namun, Uni soviet berumur pendek, negara ini runtuh pada tahun 1991.Korea Utara juga menganut sistem ekonomi sosialis. Negara ini pernah mengalami beberapa hal yang terburuk dalam sejarahnya, terutama bencana kelaparan yang melanda rakyatnya. Penerapan sistem ekonomi sosialis di Korea Utara bisa dibilang tidak cukup sukses.Sampai sekarang, pertumbuhan ekonominya mengalami kemunduran dan tidak lebih baik dari tetangganya, Korea Selatan.Sampai saat ini masih ada beberapa negara yang tercatat sebagai negara yang menerapkan ideologi sosialis-komunis, seperti China, Kuba, Vietnam, Laos, dan Transnistia.

Seperti telah dijelaskan di atas, Sosialisme muncul sebagai reaksi terhadap kapitalisme pada abad ke-19. Kemunculannya tidak lepas dari efek Revolusi Industri pada tahun 1750-1840 di Inggris. Dampak paling mencolok dari revolusi industri ini adalah kesenjangan antara kaum buruh dan kaum borjuis.Nasib kaum buruh (proletar) tidak dipedulikan majikannya.Mereka harus hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan dan diekploitasi.Dalam sehari, jam kerja mereka bisa mencapai lebih dari 12 jam, tetapi mereka tetap miskin.

Revolusi Industri juga mengakibatkan melimpahnya hasil industri di tengah kurangnya bahan mentah. Untuk menjual hasil industri, para pemilik modal membuat jaringan perdagangan, yaitu perdagangan bebas yang melahirkan konsep liberalisme. Sementara itu, untuk mengatasi kekurangan bahan mentah, Inggris kemudian mencari kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia untuk dimanfaatkan demi kepentingan industri mereka. Inilah faktor utama pendorong lahirnya imperialisme modern yang dimotori oleh Inggris. Sehingga, jajahan Inggris di Asia dan Afrika semakin luas dan banyak.

Kehadiran sosialisme termasuk di dalamnya komunisme, yang mengusung “masyarakat tanpa kelas”disambut dengan suka cita, khususnya oleh kalangan buruh dan tani. Pada masa penjajahan, paham sosialisme-komunisme banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi yang terjajah. Sosialisme-komunisme semakin berpengaruh setelah konsep ini digunakan sebagai salah satu senjata menghadapi imperialisme. Wajar jika banyak pemimpin di Asia-Afrika tertarik dengan sosialisme yang anti kapitalisme.

Meskipun negara utama pengusung sosialisme-komunisme telah runtuh, sebagai sebuah ideologi sosialisme-komunisme tidak akan pernah mati. Hingga saat ini masih saja ada masyarakat yang tergiur (termasuk kaum muslim) dengan sosialisme-komunisme gaya baru. Saat ini, penyebaran idenya dilakukan secara halus, tetapi menyusup ke mana-mana. Wajar jika bermunculan aktivis, tokoh, politisi, akademisi, bahkan “ulama”, yang sadar atau tanpa sadar mendukung kebangkitannya.

Sosialisme-komunisme gaya baru dijajakan dengan berbagai pendekatan, yang dimulai dengan pendangkalan akidah Islam di kalangan kaum muda muslim melalui berbagai sarana, seperti film, buku, novel, dan grup-grup sosial media. Mereka menyebarkan ide-idenya dengan membonceng isu HAM, demokrasi, hak-hak buruh, dan anti SARA. Tidak sedikit anak muda muslim yang tergiur. Mereka melihat solusi atas berbagai persoalan yang tengah mendera masyarakat di dalam ide-ide ini. Sebaliknya, mereka menilai bahwa Islam sudah tidak relevan lagi dalam menjawab tantangan zaman kekinian.

Padahal, ide-ide yang diusung oleh ideologi ini sangat berbahaya karena beberapa alasan. Pertama, bagi kaum muslim, sosialisme-komunisme merupakan ideologi kufur yang bertentangan dengan Islam. Secara umum, sosialisme berlandaskan pada teori Materialisme Dialektika bahwamateri adalah satu-satunya substansi.Paham ini tidak mengakui adanya pencipta (atheis) serta menganggap agama (termasuk Islam) dan hal-hal berbau “akhirat” sebagai candu masyarakat.Pandangan seperti ini dapat mengeluarkan seorang muslim dari Islam. Pasalnya, ciri utama keislaman seseorang adalah pengakuan (iman) terhadap adanya Allah Swt sebagai pencipta dan ketundukannyapada hukum syariat.

Kedua, menghilangkan hak milik individu. Sosialisme-komunisme menghilangkan hak milik individu. Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik negara atau masyarakat secara keseluruhan. Jelas hal ini bertentangan dengan fitrah manusia yang punya naluri mempertahankan diri. Dalam hal ini, Islam telah mengatur masalah kepemilikan dengan sangat jelas, ada kepemilikan negara, kepemilikan umum, dan kepemilikan individu. Jadi, setiap individu boleh memiliki harta (termasuk aset), asal melalui sebab-sebab kepemilikan yang dibenarkan syariat.

Ketiga, jauh dari keadilan yang hakiki. Sosialisme termasuk di dalamnya komunismeberusaha mewujudkan persamaan secara mutlak di antara individu.Persamaan seperti ini jelas mustahil diwujudkan.Menyamaratakan manusia – padahal kenyataannya terdapat ragam perbedaan kemampuan di antara mereka– justru jauh dari keadilan yang hakiki. Padahal konon keadilan itulah yang terus berupaya diwujudkan oleh orang-orang sosialis.Dalam Islam, setiap individu dipandang secara pribadi, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Islam menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer setiap orang secara menyeluruh, dengan kemungkinan pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sesuai kemampuannya.

Keempat, rawan konflik sosial. Marx menekankanbahwa kunci perubahan dari masyarakat kapitalis ke komunis ada di tangan kaum proletar itu sendiri. Perubahan itu hanya akan terjadi dengan cara perebutan paksa melalui revolusi sosialhingga terbangunnya masyarakat baru, yaitu masyarakat komunis. Sejarah menunjukkan bahwa revolusi  sosial selalu melibatkan kekerasan dan jatuhnya korban. Revolusi  Prancis, Revolusi Jerman, termasuk Revolusi Rusia telah memakan banyak korban.Di Indonesia, sepak terjang penganut sosialisme-komunisme penuh dengan catatan kebiadaban, seperti pelecehan, pembantaian, dan penghinaan terhadap al-Qur’an.

Itulah beberapa pemikiran pokok sosialisme termasuk di dalamnya komunisme. Sebenarnya masih banyak pemikiran lainnya yang dapat dikritisi. Namun, dari pemaparan di atas cukup untuk sampai pada kesimpulan bahwa sosialisme-komunisme merupakan ideologi kufur yang lahir dari manusia.  Kebobrokan dan bahaya pemikiran-pemikiran itu sudah sangat nyata. Oleh karena itu, kita wajib menolak ideologi kufur dan sesat tersebut.

Islam adalah ajaran yang sempurna, selain sebagai agama yang mengatur masalah keyakinan, ritual, aspek moralitas, dan keluarga, Islam juga merupakan ideologi yang mengatur masalah pemerintahan, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem pergaulan pria dan wanita, sistem hubungan internasional, dan lain sebagainya. Islam berasal dari pencipta manusia. Oleh Karena itu, aturan-aturannya tidak memihak kepada kepentingan golongan tertentu, baik kaum borjuis-kapitalis maupun kaum buruh. Islam mewujudkan keadilan yang sesuai dengan fitrah penciptaan manusia.

Dengan penerapan syariat Islam secara kaffah, umat Islam akan kembali pada kehidupan yang adil, sejahtera, dan mulia.IdeologiIslam juga diyakini dapat menyelesaikan masalah secara tuntas dan adil. Maka sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk kembali pada pengamalan seluruh ajaran Islam, bukan hanya dalam ibadah ritual saja. Oleh karena itu, mari kita perjuangkan Islam tanpa pernah lelah dan tanpa kata menyerah sampai kerahmatan Islam dapat dirasakan oleh seluruh dunia. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version