View Full Version
Selasa, 14 Nov 2017

Radikalisme: Alat Untuk Membidik Umat Muslim

Oleh: Eka Rahmi Maulidiyah

(Mahasiswi Sastra Inggris, Universitas Airlangga)            

Kata Radikalisme sudah terbiasa terdengar di rezim saat ini. Ya, memang itulah isu yang membidik Umat Muslim saat ini setelah isu terrorisme gagal mematikan geliat umat Islam. Semenjak negara adidaya (Amerika) yang memimpin dunia memiliki presiden baru (Donald Trump), semenjak itulah Global war of Radicalism dimulai.

Donald Trump sudah tidak lagi menutupi permusuhannya terhadap Islam. Tidak seperti presiden sebelum-sebelumnya, mereka masih menggunakan isu Global war of Terrorism sebagai alat untuk membidik Umat Muslim. Namun, cara tersebut dirasa kurang efektif dalam membidik Umat Islam secara luas. Maka digunakanlah isu baru: Global war of Radicalism.

Agenda Amerika ini diawali dari melangsungkan Arab Islamic America Summit atau KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Arab Islam Amerika yang dilaksanakan di Riyadh, Arab Saudi pada bulan Mei 2017 yang lalu. Agenda tersebut diikuti oleh 55 pemimpin negeri Muslim dan Amerika yang membahas mengenai pemberantasan terorisme dan radikalisme. Melalui agenda tersebut, para pemimpin negeri Muslim diminta untuk bekerjasama dalam memberantas terorisme dan radikalisme.

Agenda tersebut berdampak besar bagi kelangsungan Umat Muslim di dunia. Dengan keloyalannya terhadap Amerika, Arab Saudi bahkan memecat ribuan Imam Masjid yang terindikasi memiliki pemahaman radikal. Mereka menunjukkan bahwa seolah-olah kata radikal memiliki makna negatif yang hanya bisa ditujukan kepada kaum Muslim. Padahal, menurut KBBI kata radikal merupakan segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai ke akarnya atau sampai pada prinsipnya. Berdasarkan definisi tersebut, muslim radikal berarti orang Islam yang melasanakan ajaran Islam kaffah (menyeluruh). Sebutan Islam radikal hanya ditujukan kepada Umat Muslim yang taat terhadap syari’at Islam. Tidak ada yang salah dengan istilah ini, sejatinya.

Pemerintah Indonesia juga tak kalah dalam memerangi paham radikalisme. Hal tersebut dilakukan melalui pertemuan rektor yang diadakan di seluruh Indonesia untuk memberantas paham radikalisme di kampus. Aksi kebangsaan yang dilaksanakan bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda juga digelar di berbagai Universitas di Indonesia. Semua agenda dilakukan untuk menangkal radikalisme dan Intoleransi yang disebut sebagai masalah besar yang ada di Indonesia.

Cara yang diambil pemerintah dalam menangkal radikalisme dengan target utama melalui pendidikan dan pemuda akan berpengaruh besar bagi bangsa Indonesia. Pemikiran yang di dapat melalui proses pendidikan akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Sedangkan pemuda merupakan tonggak bangsa untuk melanjutkan kehidupan bernegara di masa depan. Dua hal tersebut diperkirakan sukses untuk menjadi agen dalam rangka memberantas radikalisme dan intoleransi yang ada. Tentu saja semua hal tersebut merupakan bukti loyalnya pemerintah Indonesia terhadap pemimpin tertingginya, Amerika.

Memang benar bahwa orang-orang kafir akan terus memusuhi Islam dengan apapun caranya, termasuk melalui pemimpin-pemimpin Muslim yang sepakat menjadi agen untuk membungkam Umat Muslim sendiri. Mereka senang jika Umat Muslim jauh dari agamanya. Hal tersebut telah diberitakan oleh Allah dalam beberapa firmannya, salah satunya melalui surat As-Shaff ayat 8 yang berbunyi:

“Mereka (orang-orang kafir) bermaksud memadamkan cahaya agama ALLAH dengan perkataan-perkataan mereka, tapi ALLAH (justru) menyempurnakan cahaya (agama)-Nya walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya..”

Semua isu radikalisme dan intoleransi ini semata-mata hanya akan menjauhkan Umat Islam dari agamanya sendiri, sehingga kita akan takut menjalankan Syari’at sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diperintahkan oleh Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur Alam Semesta ini. Nyatanya, mereka yang menggelontorkan isu ini sangat takut akan kebangkitan Umat Islam yang akan meruntuhkan kekuasaan mereka di muka bumi seperti pada masa kekhalifahan yang wilayahnya 1/3 dunia.

Padahal, bangkitnya umat Islam justru akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya umat Islam, non Islam dan alam semesta pun akan merasakan kebaikan saat Syari’at Allah yang sempurna ini diterapkan secara mengakar, menyeluruh tanpa terkecuali. Inilah perubahan radikal yang akan menyelamatkan negeri ini, dunia dan akhirat. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version