Oleh: Rahmah Zahira
Pada beberapa kolom artikel di media massa saya hampir selalu menemukan tema “Muslim Bela Negara” atau yang serupa dengannya. Yang kemudian dipaparkan secara gamblang oleh berbagai kalangan.
Bagi Saya tema semacam ini terkesan mempertanyakan kepada umat muslim Indonesia tentang kesetiaanya terhadap negara ini. Sehingga harus menjawab untuk mematahkan stigma negatif terhadap muslim dalam perannya menjaga NKRI dari berbagai ancaman yang ada.
Sebagai penganut agama Islam tentu tema semacam ini sangat mengganggu pikiran Saya selama ini. Seakan-akan carut-marut politik akhir-akhir ini disebabkan oleh ulah umat muslim yang melakukan berbagai aksi untuk menunjukan sikap kritis mereka terhadap penguasa.
Seperti aksi tolak pemimpin kafir, aksi bela Islam yang berjilid-jilid dan aksi-aksi yang lainnya dianggap suatu perbuatan melawan negara, bahkan banyak aktivis dan para ulama diciduk untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka. Dan yang paling tidak masuk akal adalah tuduhan terhadap berbagai ormas Islam akan melakukan makar sehingga mereka membubarkan organisasi tersebut dengan alasan kegentingan yang memaksa.
Atas landasan ini pula lah, berbagai pihak seolah-olah menuding umat Islam telah luntur sikap kesetiaan terhadap negara dan Pancasila, sehingga dianggap perlu melakukan upaya khusus untuk menumbuhkan kembali sikap bela negara dalam diri umat Islam.
Padahal dalam ajaran Islam sikap bela negara adalah suatu kewajiban mutlak bagi pemeluknya. Dalam catatan sejarah negeri ini pun terbukti umat Islam adalah umat yang konsisten dan terdepan mempertahankan Indonesia dari jajahan hingga sekarang. Saat asing-aseng mengeruk kekayaan sumber daya alam Indonesia maka ormas Islam lah yang paling terdepan berkoar-koar mengingatkan penguasa akan bahayanya manuver politik-ekonomi asing dan aseng terhadap negeri ini.
Begitu pula saat penguasa menyetujui perpanjangan kontrak Freeport hingga tahun 2041 jauh hari umat Islam menasehati penguasa agar segera mengakhiri kontrak tersebut demi kesejahteraan rakyat Papua dan Indonesia umumnya. Belum lagi LGBT yang mengancam generasi bangsa, berbagai ormas Islam malah melakukan berbagai upaya untuk membangun pertahanan benteng yang kuat bagi generasi melalui penguatan aqidah dan berbagai upaya preventif lainnya.
Bahkan umat Islam pun mengingatkan penguasa akan bahayanya mega proyek Taipan yang bercokol atas tanah dan laut nusantara seperti Meikarta dan Reklamasi pulau di Jakarta yang pada akhirnya akan menggusur penduduk asli dan mematikan sumber pencaharian warga sekitar. Dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan umat Islam dalam mempertahankan negara ini dari berbagai bentuk jajahan asing dan aseng.
Dalam hal ini juga umat Islam tidak sekedar menasehati dan mengingatkan penguasa tanpa memberi solusi yang tepat. Dari setiap problematika umat dan negara, umat Islam terus memberi masukan dan solusi atas kondisi Indonesia yang nyaris tenggelam ini dengan cara meninggalkan sistem kufur kapitalis dan kembali kepada sistem Islam yang jelas mampu menyelesaikan persoalan bangsa dan mengakhiri penjajahan terhadap negara ini.
Selagi negeri ini masih menghamba pada sistem kapitalis maka kesengsaraan demi kesengsaraan akan terus dialami negeri ini, sebab kapitalis pada dasarnya menghisap darah lawannya hingga tak berdaya, setelah ketidakberdayaan tersebut maka mereka pun akan memperbudak negara tersebut hingga menjadi negara paling hina.
Beda halnya dengan Islam, Islam sejak keberadaannya telah mampu memberi rahmat bagi sekalian alam. Islam juga telah mengakhiri kajahiliyahan menuju cahaya yang terang benderang, hanya Islam yang mampu menumpas penjajahan dimuka bumi dan mengakhiri hegemoni negara-negara penjajah.
Hanya Islam harapan satu-satunya bagi negeri ini yang mampu membela negara dari cengkraman asing dan aseng. Wallahu ‘alaam. [syahid/voa-islam.com]