Oleh: Kurnia Wardani
Sebuah media kontra Islam pada awal Minggu ini menurunkan berita nyinyir dan lebay tentang rencana Reuni Alumni 212. Mereka mengatakan sebagai aksi genit menjaga eksistensi. Media tersebut mengutip pendapat Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai lewat acara Reuni Alumni 212, para tokoh 212 tengah berupaya memelihara eksistensinya.
“Itulah kenapa mereka belum mau membubarkan diri meski Ahok sudah di penjara,” tutur Adi kepada CNNIndonesia.com Minggu (26/11) malam. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu berasumsi, upaya menjaga eksistensi juga terlihat dari aksi-aksi lain yang digelar Alumni 212 seperti aksi tolak Perppu Ormas, dukungan terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), hingga demonstrasi menuntut kader Partai NasDem Viktor Laiskodat segera ditangkap karena diduga menodai agama Islam.
Selamanya, musuh Islam adalah kekafiran dan kemunafikan. Alih-alih memahami kebenaran Islam kebenaran Islam, mereka tertutupi hatinya oleh kedengkian dan kesombongan.
Aksi 212 dalam Kenangan
Masih lekat dalam ingatan akan Aksi Bela Islam Jilid III yang digelar 2 Desember 2016 di Monas. Jutaan umat Islam dengan tertib berorasi menuntut keadilan terhadap penista Al Qur’an yang saat itu masih menjabat Gubernur Jakarta. Tidak akan pernah lekang dalam benak, aksi heroik santri-santri Ciamis yang melakukan longmarch karena keberangkatan mereka menggunakan alat transportasi dipersulit aparat.
Aksi mereka menginspirasi ribuan Muslim lainnya untuk melakukan aksi serupatatkala aparat kepolisian menghalang-halangi kedatangan mereka ke Jakarta. Aksi mereka menumbuhkan solidaritas umat Islam di sepanjang perjalanan menuju Jakarta. Ya, ibu-ibu dan bapak-bapak yang tidak bisa turut serta, mereka berebut untuk memberikan satu dua bungkus nasi, satu dua gelas air kemasan kepada peserta aksi. Mereka pun ingin juga dicatat sebagai Muslim yang membela Islam.
Setahun lalu bukan waktu yang sebentar. Ada 365 hari yang terlewati dengan jutaan peristiwa melintasi. Namun, air mata masih menderas tanpa kompromi saat kenangan pada hari itu berputar di memori. Gambaran ukhuwah Islamiyyah demikian nyata. Panji Islam raksasa berwarna hitam bertulis dua kalimat syahadat berkeliling menyapa peserta aksi.
...Momen 212 adalah aksi heroik umat Islam membela kemuliaan Al Qur’an, Islam, dan ulama. Adalah wajar jika para alumni 212 tidak ingin aksi setahun lalu menjadi legenda.
Kerinduan akan persatuan umat membuncah. Seolah terjawab pada hari itu. Sholat Jumat di bawah guyuran langit Jakarta menambah kekhusyukan dan keyakinan mendalam bahwa Allah akan kabulkan pinta tulus mereka. Allahumma shoyyiban nafi’an.
Umat Islam dari berbagai elemen dan ORMAS menyuarakan aspirasi yang sama. Ada tiga tuntutan yang disampaikan, yaitu meminta terdakwa penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok agar ditahan. Kedua, meminta kepada Menteri Dalam Negeri (Tjahjo Kumolo) agar segera memberhentikan Ahok, karena statusnya sebagai terdakwa, dan ketiga, meminta kepada DPR dan penegak hukum untuk menyetop kriminalisasi terhadap ulama.
Setelah melalui proses panjang, dua tuntutan pertama dikabulkan meski tidak memuaskan umat Islam. Sedangkan tuntutan ketiga tidak digubris. Para ulama tetap dikriminalisasi, tetap dipersekusi, bahkan ORMAS yang lantang menyerukan kebenaran dihadang oleh UU ORMAS.
Aksi 212 bukan sekadar Legenda
Momen 212 adalah aksi heroik umat Islam membela kemuliaan Al Qur’an, Islam, dan ulama. Adalah wajar jika para alumni 212 tidak ingin aksi setahun lalu menjadi legenda. Malah jika perlu, reuni alumni 212 ini menjadi agenda tahunan. Selain sebagai ajang silaturahmi memperkokoh ukhuwah Islamiyyah juga menjadi sarana memperkuat visi dan misi keumatan.
Umat tidak boleh terbawa dengan opini yang coba dibangun oleh kubu kontra Islam bahwa aksi ini selain demi melangsungkan eksistensi alumni 212 juga sarat muatan politik –dukung-mendukung calon untuk pesta demokrasi 2019. Umat seharusnya sadar bahwa forum ini harus menjadi ajang memikirkan dan mencari solusi atas beragam persoalan yang menimpa umat.
Sebut saja kriminalisasi simbol Islam liwa rayah, kriminalisasi ulama, pembubaran ormas islam, persekusi pengajian, dan hilangnya ukhuwah antar. Lima persoalan ini saja perlu dicarikan solusinya dan rencana Reuni Alumni 212 bisa menjadi jembatan mempertemukan para tokoh umat. Demikian juga dengan persoalan-persoalan lainnya yang mendera umat Islam butuh jalan keluar yang sempurna dan paripurna. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google