View Full Version
Sabtu, 02 Dec 2017

Negeri yang Tak Terberkahi

Oleh: Dwi Aminingsih, S.Pd

(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Allah SWT berfirman dalam surat Al A'raaf: 96

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. "

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia negeri yang kaya raya. Sumber daya alamnya sangat luar biasa, seperti tambang emas, minyak bumi, batu bara, tembaga, hasil laut, hutan, dll. Indonesia punya semuanya. Tapi apa yang terjadi?? Sumber daya alam tersebut tidak dikelola dengan benar oleh penguasa-penguasa negeri ini. Astaghfirullahal'adzim.

Mari kita lihat fakta yang terjadi pada tambang emas yang ada di Papua. Kita ketahui bersama, tambang emas yang ada di Papua telah dikuasai oleh asing. Perusahaan freeport milik Amerika Serikat yang selama ini mengeruk emas di Papua justru diberi perpanjangan kontrak hingga tahun 2041.
Bahkan menurut Penyelidikan Mineral Logam Pusat Sumber Daya Geologi, potensi dan cadangan emas di Papua ini sangatlah besar. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk bisa mengeksploitasi seluruh cadangan emas yang ada di Papua.

Begitupun menurut Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Mimika juga mengaku telah menemukan potensi kandungan logam mulia termasuk emas. Potensi kandungan logam mulia tersebut ditemukan di beberapa daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Distrik Mimika Barat Tengah seperti di antaranya di wilayah Jera, Iape, Wamuka dan Murpurka.

Tapi sungguh sangat mengenaskan, candangan emas yang melimpah yang ada di Papua, tidak mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat Papua. Masyarakat Papua masih harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup di tanah yang memiliki sumber daya yang sangat melimpah. Mereka masih berkutat dengan kehidupan mereka yang jauh dari kata berkecukupan.

Fakta berikutnya terkait proyek reklamasi teluk Jakarta. Untuk siapakah sebenarnya reklamasi ini? Benarkah reklamasi ini untuk rakyat? Tapi mengapa hanya orang-orang "tertentu" saja yg boleh masuk ke wilayah reklamasi ini? Para nelayan dan warga sekitar teluk telah diusir dari area reklamasi. Merekapun telah kehilangan mata pencahariannya karena pembangunan reklamasi.

Sungguh masalah freeport dan reklamasi hanya secuil fakta yang terjadi di negeri yang kaya sumber daya alam ini. Masih banyak SDA yang hakikatnya milik rakyat tapi justru pengelolaannya diserahkan ke asing ataupun diprivatisasi.

Dalam Islam, batas-batas kepemilikan itu sangat jelas. Ada kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Tambang emas, minyak bumi, batu bara, tembaga, laut, danau, pantai, kawasan pesisir, dll, adalah milik rakyat secara umum. Harta milik umum itu dalam ketentuan syariah tidak boleh dikuasai atau dikuasakan kepada individu, kelompok individu atau korporasi.

Menurut syariah, negara dengan pengaturan tertentu harus memberikan jalan kepada seluruh rakyat untuk bisa memanfaatkan atau mendapatkan manfaat dari harta milik umum. Negara juga harus mengelola langsung harta milik umum dan hasil pengelolaan itu seluruhnya dikembalikan kepada rakyat baik secara langsung atau dalam bentuk berbagai pelayanan. Dengan pengelolaan yang baik oleh negara maka SDA akan mampu menyejahterakan kehidupan rakyat.

Termasuk SDA yang dimiliki oleh negeri ini sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat Indonesia jika dikelola dengan baik dan benar oleh negara sehingga kehidupan rakyat menjadi makmur dan sejahtera. Tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya, karena kebijakan salah yang diambil oleh penguasa negeri ini, menjadikan kehidupan rakyat sangat jauh dari kesejahteraan. Dan menjadi sangat ironis, Indonesia negeri yang kaya raya tapi rakyatnya banyak yang miskin.

Kekayaan negeri tidak bisa dirasakan oleh rakyatnya karena kesalahan dan kedzoliman penguasa negeri ini. Kekayaannya menjadi tidak berkah karena berada dalam pengaturan orang-orang yang tidak mau menerapkan hukum Allah.

Jika merujuk pada surat Al-A'raaf ayat 96, sebuah negeri akan mendapat berkah dari Allah dan berkah akan dilimpahkan dari langit dan bumi jika penduduk negerinya, baik pemimpin maupun rakyatnya beriman dan bertakwa kepada Allah. Pemimpin yang beriman dan bertakwa adalah pemimpin yang mau menerapkan aturan Allah yakni aturan Islam secara kaaffah di negeri yang dipimpinnya. Rakyat yang beriman dan bertakwa adalah rakyat yang mau diatur dengan aturan Allah yakni aturan Islam secara kaffah serta menjadikan hukum-hukum Allah sebagai solusi bagi persoalannya.

Namun yang terjadi pada negeri ini sungguh aneh tapi nyata. Ketika ada dakwah atau seruan untuk memahamkan dan mengajak penduduk negeri ini baik pemimpinnya maupun rakyatnya agar kembali kepada aturan Allah, rezim yang ada ini justru berupaya menghentikan dakwah tersebut. Berbagai cara ditempuh oleh rezim saat ini agar dakwah yang memahamkan umat tentang syariat Islam dan Khilafah bisa berhenti. Kelompok yang menyerukannya pun telah dibubarkan dengan Undang-Undang Ormas.

Sesungguhnya pemimpin negara bertanggungjawab kepada rakyatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa-apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Ibn Umar r.a berkata : saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda:

"Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.

Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya" (HR. Bukhari Muslim). [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version