Oleh: Alga Biru
Akankah suatu hari kelak generasi yang akan datang tidak hanya mengenal laki-laki dan perempuan sebagai jenis kelamin yang ada? Belum lagi kecenderungan terhadap lawan jenis, akankah terjadi kebingungan di antaranya? Ngeri!
Sungguhkah memang masa itu telah datang? Coba kita lihat, Thailand tak hanya mengenal dua melainkan delapan belas identitas gender. Anda tidak salah baca, delapan belas jumlahnya!
Sebut saja Tom: seorang wanita yang berpakaian seperti seorang pria dan menyukai wanita atau dees. Apalah pula itu dees? Ia adalah seorang wanita yang menyukai perempuan macho atau toms. Kita perlu mengenal Samyaan. Oh, apa lagi itu? Ia merupakan seorang wanita yang suka Toms, lesbian, perempuan dan juga bisa menjadi salah satu dari mereka.
Awas, Saat Masa Ngeri Itu Tiba!
Sudah tibakah masa dimana anak-anak kita pulang ke rumah dan berkata telah ditaksir oleh rekan sesama jenisnya? Lalu anak-anak kita menuduh kita berbohong bahwa hasrat itu tidak harus kepada lawan jenisnya. Yang secara alami, perlahan, ketika semua ini dibiarkan, bukan tidak mungkin anak kita sendiri akan menjadi salah satunya. Jujur saja, kita perlu waspada.
Jika bukan karena pertalian laki-laki dan perempuan, tolong diakui seada-adanya, yakinlah manusia tidak akan pernah lahir ke dunia. Ya benar, kemajuan teknologi telah mencapai puncak kegemilangan dimana sepasang gay bisa memiliki anak dari kloning bayi mereka. Tapi itu tidak alami, seperti kehomoseksualan mereka yang di-klaim alami alias bawaan.
Jangan sebut fenomena homoseksualitas dan turunannya ini kealamiahan jika dalam kehidupan sehari-hari pun kita melihat lompatan orientasi. Seseorang yang tadinya straight secara alami, melompat kuadran untuk kemudian juga suka pada sesama jenis. Mereka bisa tampil sebagai homoseksual atau biseksual, atau kombinasi lainnya. Atau setidaknya, mereka mendukung yang tadinya dia tolak. Ada kebanggaan untuk merasa lebih berwarna.
Duh, semakin rumit hidup ini. Bukan tidak mungkin kelak Anda bersuami atau beristri dan kembali bertanya apa sebenarnya orientasi seksual pasangan Anda sendiri. Tidak usah menunggu, fenomena ini sudah jamak terjadi.
Salah Satu Biang Keladi
Sidang ke tujuh uji material Mahkamah Konstitusi telah berlangsung Selasa (30/08), dengan mendengar pandangan pihak-pihak yang diajukan para pemohon perubahan KUHP.
Ada tiga pasal KUHP yang dimohon untuk diuji oleh Mahkamah Konstitusi.
1. Pasal 284 tentang perzinahan, yang tadinya terbatas dalam kaitan pernikahan dimohonkan unruk diperluas ke konteks diluar pernikahan.
2. Pasal 285 tentang perkosaan, yang tadinya terbatas laki-laki terhadap perempuan, dimintakan untuk diperluas dari laki-laki ke laki-laki ataupun perempuan ke laki-laki.
3. Pasal 292 tentang percabulan anak, yang asalnya sesama jenis laki-laki dewasa terhadap yang belum dewasa dimintakan untuk dihilangkan batasan umurnya. Hasilnya? Empat hakim konstitusi setuju LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) masuk KUHP, sedangkan lima hakim lainnya menolak gugatan tersebut. Kalau ini perkara voting, jelas kalah.
Sebagian pengamat ‘mengkhawatirkan’ adanya over-criminalization jika KUHP ini disahkan. Secara tersirat, kekhawatiran ini menghilangkan misi dan peran negara menjamin keselamatan warganya, alih-alih bersembunyi di balik kebebasan individu. Upaya anti diskriminasi LGBT, yang secara tidak langsung menindaklanjuti orang-orang yang menolak ini, semacam menghunus balik arah mata pisau.
“Love is love”, begitu salah seorang artis berpendapat soal fenomena ini. “Cuma orang bodoh yang nggak nerima perbedaan orientasi seksual”, cuit penggemarnya yang terilhami kata-kata indah tersebut. Kalau perluasan dan pembelaan LGBT ini diterima, alias meladeni sikap playing victimisasi mereka, sia-siap Anda akan dikriminalisasi balik. Penetrasi melalui badan hukum terus dilakukan. Aksi budaya dan sosial terus digelar.
Waspadalah!
Perempuan mirip laki-laki, laki-laki mirip perempuan, cinta sesama jenis atau lintas orientasi, boleh dicek di media sosial, banyak sekali menu dan pilihannya. Ranah pendidikan dan kesehatan semakin membela. Ketika para pakar menggalakkan riset kelainan genetik untuk disembuhkan, di sisi lain orientasi seksual (homoseksualitas) ini dibela dan diterima. Seolah tak memiliki jalan keluar selain legalitasnya.
“Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian?” [Al-A’raaf: 80].
“Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas.” [Al-A’raaf: 81]
Wahai para orang tua, siapkah Anda kelak mempertanggungjawab diri di hadapan Allah Swt jika anak-anak kita ‘terinfeksi’ tren sosial ini? Maukah Anda terlihat ‘aneh’ diantara ‘keluarbiasaan’ nafsu manusia yang melampaui ambang batas. Kaum Luth menjelma dengan perwajahan baru. Ingatlah, hanya sedikit umat Nabi Luth yang menerima risalah kenabiannya. Bahkan istri dan keluarga nabi termasuk yang meremehkan seruan wahyu dari Rabbnya.
Penolakan kita bukan perkara tren atau tidak ngetren. Bukan juga soal pendukung siapa yang paling banyak. Bukan sekadar apakah negara mengesahkan atau tidak mengesahkannya. Tidak peduli, apakah Amerika, Inggris, Australia merasa paling maju dengan pandangannya. Hari ini, Rusia dan Indonesia setara dalam kategori ‘pelarangan promosi LGBT’. Yang bukan tidak mungkin, gugatan dan pergeseran ini kian meruncing hari demi hari.
Kencangkan sabuk keamanan Anda wahai orang tua. Tidak ada yang melindungi Anda selain diri Anda sendiri. Tidak ada yang melindungi anak Anda selain si anak sendiri. Dan ini, bukanlah pertanda baik. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google