View Full Version
Rabu, 31 Jan 2018

Dicari: Sosok Islam Moderat (?)

Oleh: Ummu Adiib

Istilah ‘Islam moderat’ kembali menjadi sorotan pasca moment 411 dan 212, serta moment lainnya yang telah menggetarkan panggung politik para politikus praktis. Hal ini terlihat saat mulai bermunculan wacana ‘pertimbangan pendamping’ Jokowi periode II mendatang harus dari kalangan Islam moderat. Kenapa harus moderat?

"Di tengah suasana batin kebangsaan yang gaduh karena isu komunis serta massifikasi gerakan Islam, sebaiknya Jokowi mempertimbangkan dukungan kalangan Islam," kata Adi Prayitno, Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah  Jakarta, dalam keterangan tertulis, Senin 16 Oktober 2017. (RMOL, 16/10/2017)

Dukungan kalangan Islam yang dimaksud adalah hanya memprioritaskan kalangan Islam moderat. Islam yang digambarkan lebih toleran, pluralis, ramah, damai, dan anti-kekerasan. Sementara, disisi lain Islam yang menyerukan syariah Islam, menginginkan keadilan, membela agamanya, dibranding dengan sebutan radikal, fundamental, atau ekstrem.

Umat Islam harus jeli, tidak terjebak pada branding istilah yang diberikan Barat. Karena sejatinya, istilah radikal dan moderat ini diciptakan untuk memposisikan siapa yang pro terhadap ideologi Barat, dan sebaliknya. Islam radikal dan moderat sesungguhnya telah terdistorsi sejalan dengan tujuan-tujuan Barat. Istilah Islam radikal lahir pasca ‘peristiwa WTC 11/09/2011’ dengan kampanye ‘War On Terrorism’. Maka, Islam moderat diciptakan untuk melabeli mereka yang turut dalam satu visi melawan kekerasan atas nama agama.

Jika lebih dikaji dengan cemerlang, maka kita menarik satu benang merah bahwa Islam moderat adalah mereka yang tidak anti Barat. Mendukung ideologi sekulerisme-kapitalisme, mau mengkampanyekan dan mengembannya dalam ranah kehidupan.

Sehingga, siapa pun yang anti Barat akan dianggap sebagai radikal, fundamentalis, dan ekstrem. Maka, tidak salah jika istilah-istilah tersebut sebenarnya adalah istilah politik (political words) yang digunakan untuk membungkam lawan politiknya.

Akhirnya, tanpa disadari umat mulai memposisikan diri pada masing-masing kubu Islam moderat, liberal, radikal, fundamentalis. Dan secara kasat mata, kita melihat bagaimana opini yang bergulir dalam menanggapi sebuah fenomena LGBT, nikah sejenis, diakomodasinya penghayat aliran kepercayaan ddi KTP, dll, dilakoni oleh kubu-kubu tadi. Umat bak pion yang dikendalikan oleh tuannya dalam percaturan politik dunia. Mereka tinggal memainkan politik belah bambu dan menyulut amarah untuk melancarkan aksi 'rusaknya tatanan kehidupan sosial' masyarakat mayoritas Muslim.

 

Islam Moderat Memukul Mati Gerakan Islam Politik

Ideologi Kapitalisme-Sekulerisme yang diusung oleh Barat sejatinya ingin melawan arus kebangkitan Ideologi Islam. Barat cukup ketakutan atas bangkitnya "singa yg sedang tertidur", maka berbagai cara dilakukan termasuk memberi obat tidur (nasionalisme), racun mematikan (kapitalisme-demokrasi) , bahkan virus-virus ganas (liberalisme-imperialisme).

Namun, seberapa hebat pun Barat menjual istilah "Islam moderat" untuk memuluskan aksinya, akan selalu menemui titik buntu. Karena singa-singa itu kian terusik, ia mulai mengaum. Bobroknya peradaban yang dibangun tanpa pondasi yang kokoh kian terlihat jelas. Katakanlah tentang "persekusi ulama" dan "kriminalisasi ulama" jelas telah menampakkan wajah aslinya. Dan gelombang itulah yang mengubah haluan suasana politik umat. Bahwa, yang sesungguhnya yang selama ini merepresentasikan "wajah moderat" justru bak macan yang siap menerkam siapa pun yang menghalangi tujuan politiknya.

Semakin benderang, bahwa sejatinya musuh Barat adalah para penyeru Islam politik. Yaitu mereka yang menyatakan bahwa Islam bukan hanya agama ruhiyah, tetapi agama siyasah untuk ri'ayah su'uunil ummah (mengurusi urusan umat). Urusan umat dalam muamalah, sosial budaya, politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan peradilan.  Ini seebuah ancaman serius bagi ideologi yang diemban Barat. Karenanya, Barat berharap jika misinya berhasil mencetak kader-kader 'moderat' maka akan mampu menjadi tameng untuk meredam gelombang kebangkitan Islam politik. Harapan terbesarnya kalangan moderat mampu memukul mundur gerakan Islam politik. Namun sayang, umat kian cerdas, umat mulai melek politik. Umat mulai bisa memilah berpihak pada kemana.

Optimisme menemukan calon pendamping moderat bisa jadi terwujud, namun itu adalah langkah jangka pendek. Sementara, proyek besar menyonsong kehadiran kembali khilafah 'ala manhaj nubuwwah adalah proyek jangka panjang yang mulai menemukan pola dakwahnya.

Sekuat apa pun Barat memukul mati gerakan Islam politik, sekuat itu pula pukulan balik yang akan menghantamnya. Karena Muslim yang ikhlas berjuang lillah, dibacking langsung oleh Allah. Allah menjamin itu di dalam firman-Nya :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong Allah) yakni agama-Nya dan Rasul-Nya (niscaya Dia menolong kalian) atas musuh-musuh kalian (dan meneguhkan telapak kaki kalian) di dalam medan perang." (QS. Muhammad 47 : 7)

Sungguh, janji Allah ibarat seteguk air di tengah dahaga siang yang terik. Setiap Muslim meyakininya dan tiada satu pun yang bisa menolaknya sekali pun mereka mengerahkan seluruh kekuatannya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version