Sahabat VOA-Islam...
“Jadi islam jangan terlalu ekstrim.” “aku islam yang biasa-biasa aja deh”. Mungkin itu kata-kata yang sering terucap atau kita dengar saat ngobrol sehari-hari atau bahkan saat mencoba merespon fakta politik dengan sudut pandang Islam. Betul apa betul?
Cara pikir seperti ini tidak ujug-ujug datang lho, melainkan secara sadar atau tidak hal itu dipengaruhi oleh opini umum yang sedang santer-santernya diaruskan pemerintah lewat pendidikan maupun media massa dengan sebuah jargon memperteguh jiwa Islam moderat sebagai corak islam di Indonesia. Islam moderat kemudian disebut sebagai islam jalan tengah, islam yang tidak “kaku”, Islam damai, islam toleran, dll.
Islam moderat sendiri kemudian di-lawan kata-kan dengan Islam radikal. Mendengar kata radikal, yang terbayang adalah islam yang keras, terlalu “kaku” dalam menjalankan syariat, bahkan melakukan tindakan kekerasan dan terorisme untuk mencapai tujuan mendirikan negara Islam. lalu ketika negara islam tegak maka seluruh manusia dipaksa menjadi islam dan menolak keberagaman. Wih, serem pokoknya.
Jika kita mau merunut pengkotak-kotakan dan pembagian islam moderat, islam liberal, islam radikal, dan sejenisnya ini baru muncul pasca ditabuhnya genderang War on Terorism oleh George W. Bush pasca pemboman WTC 9/11. Untuk menghentikan radikalisme dengan umat Islam sebagai tertuduh, RAND Corporation -sebuah lembaga riset kebijakan global yang berbasis di AS- merilis kajiannya bertajuk ”Civil Democratic Islam” pada tahun 2003 yang secara terbuka membagi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok: Fundamentalis, Tradisionalis, Modernis, dan Sekularis.
Selanjutanya pada tahun 2007 RAND corporation mengeluarkan laporan yang berjudul “Building Moderate Muslim Network” yang berisi langkah-langkah untuk mengatasi fundamentalisme-radikalisme. Rand menganalisis adanya ketidakseimbangan kekuatan antara Muslim Radikal-Fundamentalis dengan Muslim Moderat-Liberal. Untuk mengatasi hal ini, maka Rand merekomendasikan untuk mendukung kalangan muslim moderat-liberal-sekuler untuk ‘menyerang’ kalangan Muslim yang ingin menegakkan Islam secara kaffah, yang disebut kalangan radikal-fundamentalis. Ada upaya adu domba??
Islam moderat pada dasarnya dijiwai oleh paham sekuler, yang menghendaki agar agama tidak perlu menjadi dibawa ke ranah publik, cukuplah hanya di aspek individu ritual semata. Misalnya dalam hal keharaman memilih pemimpin kafir dalam aspek pemerintahan. Maka kaum muslimin tidak boleh terlalu kaku dan dituntut untuk menerima siapa saja pemimpinnya atas nama toleransi. Terhadap kaum LGBT, seorang muslim moderat juga harus mengakui keberadaan mereka sebagai sebuah ekspresi atas HAM, termasuk penerimaan terhadap Syiah, Ahmadiyah, dll.
Ketika menyikapi penjajahan atas umat Islam di Palestina dan pengambilan paksa Al-Quds, umat Islam tidak boleh berpikir terlalu kaku dan meminta negara utuk bersikap tegas mengirim pasukan mengusir Israel dari bumi Palestina. Sebaliknya seorang muslim moderat harus menerima keberadaan Israel sebagai sebuah negara. Jika betentangan dengan itu semua, maka siap-siap lah dicap radikal, anti damai, intoleran, dan sebagainya.
Mari kita berpikir, apakah pengkotak-kotakkan Islam ini pernah ada dalam ajaran islam? tidak ada! Islam hanya satu, sebuah diin yang dibawa rasulullah dengan kesempurnaan syariatnya. Allah hanya meminta kita untuk menjadi seorang muslim yang menerima dengan taslim (ikhlas sepenuh hati) setiap petunjuk dalam al-qur’an dan as-sunnah secara kaffah. Karena Allah telah menyempurnaan Islam (QS Al-Maidah:3), sehingga tidak ada satupun problematika manusia yang tidak ada jawabannya dalam Islam.
“Dan Kami turunkan kepadamu kitab (Al-Qur-an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)
Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual semata, melainkan juga mengatur masalah makanan, minuman, pakaian, sistem politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, peradilan, kesehatan, dll. Maka terhadap kesempurnaan ini, Allah SWT menyeru kepada setiap jiwa yang telah berikrar sebagai muslim untuk mengambil Islam secara kaffah(QS Al-Baqarah : 208).
Sehingga sebenarnya identitas seorang muslim itu hanya satu, yaitu Islam Kaffah saja, bukan yang lain. Menjalankan Islam kaffah ini pula yang menjadi rahasia terwujudnya rahmat bagi seluruh alam. Buktinya sejarah telah mencatat saat rasulullah menerapkan Islam kaffah dalam kehidupan terwujud peradaban Islam yang gemilang yang diteruskan oleh para khulafaur rasyidin dan para Khalifah setelahnya selama 1300 tahun!
Sepanjang masa itu, umat Islam benar-benar tampak sebagai umat terbaik, negaranya maju, akhlaqnya mulia, kesejahteraan dirasa oleh semua, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, banyak ilmuwan yang faqih fiddin dilahirkan. Meski rakyatnya plural, tidak ada satupun yang terdiskriminasi, semua hidup berdampingan dengan damai meski mereka di-riyah dengan Islam. Bahkan saat eropa menjadi bagian dari daulah Islam, Cordoba menjadi pusat pendidikan tersohor di dunia.
Seorang sejarawan Barat, William Drapper pernah menggambarkan : “Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.Masya Allah..
Sungguh setiap upaya monsterisasi Islam sesungguhnya menjauhkan jati diri islam kaffah dalam benak kaum muslimin dan menanamkan bercokolnya paham sekuler dibalik jargon islam moderat. Sekulerisme inilah yang menjadi penyebab hancurnya Islam dan dimulainya penjajahan kapitalisme atas dunia. Hal yang paling menakutkan Barat adalah tertancapnya pemahaman Islam kaffah dalam benak kaum muslimin, yang menjadikan mereka bangkit, cerdas politik dan mampu melihat cengkraman imperialisme yang dilakukan Kapitalisme atas dunia. Islam ritual tidak akan pernah menakutkan musuh-musuh Islam.
Setelah berhasil meruntuhkan Khilafah, Lord Curzon –agen Inggris- mengatakan “Kita harus mengakhiri segala apapun yang akan dapat membuat persatuan di antara anak-anak umat Islam. Oleh karena kita telah berhasil menghabisi Khilafah, kita harus memastikan pula bahwa tidak akan pernah bangkit lagi sebuah kesatuan di antara umat Islam, baik itu berupa kesatuan intelektual maupun kesatuan budaya.”
Dan benarlah, akibat ketiadaan Khilafah sebagai junnah (pelindung) umat, penjajahan dunia -terlebih di negeri-negeri muslim- telah dimulai. Kaum muslimin menjadi bahan bancakan yang dimisknkan dan dikerdilkan dalam berbagai sisi, liberalisasi massif di segala bidang, umat Islam dibantai, diadu domba, dll, jauh dari karakter mulianya dan tidak tampak kerahmatannya.
Namun saat ini kita mulai melihat bibit-bibit kesadaran umat mulai muncul, diantaranya kita telah menyaksikan indahnya persatuan umat dalam Aksi Bela Islam 212. Ingatlah bahwa umat islam satu tubuh, jangan terjebak dalam ‘jebakan batman’ Islam moderat dan terikut arus dalam upaya pecah belah dan politik adu domba. Musuh bersama (common enemy) kita hanyalah sekulerisme baik yang berwujud kapitalisme maupun sosialisme. Hanya islam kaffah identitas kita, Islam yang akan benar-benar menghadirkan rahmatan lil ‘alamin. No moderate, no secularism, no radicalism, just islam kaffah!
“Katakanlah, Yang haq telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”. (QS. Al-Isra': 81) [syahid/voa-islam.com]