View Full Version
Kamis, 15 Mar 2018

China dengan Perpustakaan 'Mata Binhai', Khilafah Punya Apa? (Jejak Khilafah di Jagat Literasi)

Oleh: Alga Biru

Belum lama ini, Tianjin (China) meresmikan perpustakaan yang menarik pengunjung dan juga perhatian dunia. Tak hanya menarik dari sisi koleksi, yang mencapai 1,2 juta item, Perpustakaan Tianjin Binhai memiliki bentuk unik yang memanjakan mata. Luas keseluruhan perpustakaan ini mencapai 33.700 meter persegi. Jutaan buku disusun di setiap rak yang meleok-leok. Di tengah-tengah ruangan, dibangun serupa bola putih menyerupai mata, sehingga orang-orang menyebut tempat itu sebagai “Mata Binhai”.

Penggagas Perpustakaan Tianjin Binhai adalah Pemerintah Kota Tianjin Binhai juga. Perpustakaan yang terletak berdekatan dengan taman itu merupakan proyek paling cepat yang pernah dikerjakan MVRDV. Dengan jadwal yang padat, satu bagian konsep yang esensial terpaksa dibatalkan, yakni akses menuju rak bagian atas dari atrium.

"Perubahan ini bertentangan dengan saran MVRDV karena akses menuju rak bagian lebih atas menjadi tidak mungkin dilakukan. Visi penuh perpustakaan kemungkinan dapat direalisasikan di masa yang akan datang," ungkap MVRDV. 

Dari sisi jumlah koleksi, Binhai belum sebanyak Rusia. Russian State Library memunyai total koleksi 44,4 juta item. Dibangun sejak 1795, perpustaan ini sangat tersohor di negeri beruang merah tersebut. Soal keunikan ruang dan tata kelola, sepertinya Jerman masih jadi juaranya.

Perpustakaan Kota Stuttgart (Stuttgart City Library) di Jerman, yang dirancang Yi Architects, dianggap salah satu perpustakaan paling unik. Bentuknya kubus, rasanya tidak begitu menarik. Sisi unik perpustakaan ini pada material bangunan. Yi Architects menyatakan, "batu bata" yang digunakan terbuat dari kaca yang membeku. Bentuk dan simetri lorong masuknya juga terinspirasi dari Cenotaph for Newton karya Etienne Boullee. Adapun area tengahnya mengikuti rancangan panteon kuno. 

Bila negara-negara tersebut memunyai perpustakaan dengan koleksi dan tata ruang sedemikian hebat, lalu Khilafah punya apa?

Perpustakaan ala Khalifah Al-Ma’mun : Terbesar dan Terloyal

Perpustakaan Baghdad merupakan wadah ilmiah keislaman yang paling terkemuka hingga hari ini. Tidak diragukan lagi, Perpustakaan Baghdad yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah disinyalir yang termegah di zamannya. Pendirinya yakni Khalifah Abbasiyah Abu Ja’far Al-Manshur. Mercusuar peradaban dan keilmuan yang terpancar darinya bertahan selama lima abad, sebelum koleksi perpustakaan ini ditenggelamkan akibat invasi kaum Tartar yang terkenal kejam.

Pengkajian (madrasah), penerjemahan dan pengistimewaan manuskrip, merupakan sumbangan besar peradaban Islam. Baitul Hikmah dibangun megah dan bertabur koleksi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Kegemilangan literasi ini dilanjutkan pada masa Al-Ma’mun dengan penambahan penelitian dan khazanah ilmu falak (astronomi).

Kekhilafahan Islam menjalin hubungan diplomatik dengan Romawi. Pada zaman Khalifah Al-Ma’mu, dikirimlah utusan untuk mengurai ilmu-ilmu kuno yang menjadi warisan Bangsa Yunani. Hari ini kita mengenal ilmu Filologi yang mempelajari, menggali, mengkritik, meniliti nilai linguistik dari suatu kenaskahan kuno atau manuskrip. Hebat ya, sepertinya hanya orang bergengsi saja yang punya wawasan filologis. Dan uniknya, kaum muslimin sudah lebih mandiri melakukan pendekatan literat ini padahal itu sekitar tahun 960-an Masehi.

Eropa pada masa itu jauh tertinggal. Satu penggal kisah tentang hal itu, salah seorang duta keilmuan Khilafah berkunjung ke benteng kuno di Paris. Dia heran melihat koleksi kitab yang lapuk dan berbau busuk. Maka dibawalah kitab itu ke Baghdad untuk diteliti, hingga kering dan disiangi. Maka hilanglah bau busuknya, dan siap untuk dikaji isinya.

Inilah salah satu warisan apik literat Khilafah, yaitu berkembangnya pusat penerjemahan. Kita tahu, bahasa menjadi gerbang tersibaknya ilmu. Penerjemah dan Pensyarah jadi profesi yang menggiurkan di masa itu. Al-Mu’in melakukan revolusi besar-besaran untuk pengkajian keilmuan yang lebih mendalam. Sebanyak 500 dinar (setara dengan dua kilogram emas) digelontorkan bagi penerjemah handal. Diantara mereka yang tersohor yakni : Yohana bin Masuwiyah, Jibril bin Bakhtisyu dan Hanin bin Ishak.

Tersebarlah naskah-naskah keilmuan aneka bangsa seperti Nibtiyah, Qibtiyah, Suryaniyah, Persia, India dan Yunani. Boleh dibilang, para ilmuwan Yunani banyak berhutang budi pada keloyalan orang-orang Islam dulu pada ilmu pengetahuan. Jalur penerjemahan dan kritik kenaskahan itu bahkan melingkupi nama-nama yang hari ini lebih banyak dikenal orang seperti : Plato, Aristoteles, Abqirath, Jalinus, Euclides, Bathlemus, dan kalangan filsafat lainnya.

Observatorium Astronomi juga salah satu fasilitas yang dibangun di Baitul Hikmah. Menara astronomi ini banyak digunakan para ahli geografi, astronomi dan matematika, yang ilmunya turut memberi sumbangsih hingga saat ini.

Baitul Hikmah hanya secuil kisah dari tanah Baghdad, dari sekian luas wilayah Kekhilafahan Islam. Itu belum termasuk keistimewaan yang juga meluas di Perpustakaan Cordova yang didirikan Khalifah Al-Umawi Al-Hakam Al-Muntashir. Belum cerita-cerita manis dari Andalusia oleh Al-Qadhi Abu Matraf. Belum pula keunikan lain yang terpancar di Perpustakaan Bani Imar di Tripoli Syam. Juga jejak lain yang terkubur zaman.

Penutup

Barangkali kurang pas kalo Si Mata Binhai kita versuskan dengan Baitul Hikmah. Ini seperti mempertarungkan Muhammad Ali dan Mike Tyson yang beda zaman. Pergiliran peradaban salah satunya adalah dengan mempergilirkan pengetahuan. Siapa yang paling loyal pada ilmu, boleh jadi mereka lebih pantas memegang peradaban.

Terlepas dari gesekan ideologi yang terus terjadi hari ini, ilmu dan pengetahuan terus mencari muara untuk hidup. Yang lebih berilmu dan menghargai ilmu, yang lebih berkah dan menyemai keberkahan, lebih pantas untuk menjadi mercusuar peradaban.

Bagi sebagian orang, Khilafah sudah mati. Sebagian yang lain meyakini, dia akan hidup kembali. Literasi adalah secuil segmen yang dinaungi suatu sistem hidup. Apalagi kalau kita berbicara perpustakaan. Ia jadi persinggahan ideal bagi orang-orang yang rindu bercengkrama dengan ilmu dan segala turunannya. Manusia membuahkan kreativitas, perpustakaan yang menyimpannya. Ayo ke perpustakaan! Keren kok. (rf/voa-islam.com)

Kepustakaan : 
1. Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. 2009. Pustaka Al-Kautsar
2. Library Congress (Instagram Account)
3. SindoNews
4. Wilkipedia

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version