Oleh: Anastasia
Selamat datang keberkahan di tanah Ibrahim, kelak berhala-berhala itu akan punah, sirna bersama pembesar kaum congkak yang sombong dengan agama Allah.
Setelah bersabar dengan ujian, Allah berikan kemenangan kepada umat islam, sejarah peradaban umat manusia segera mulai di langit madinah, sungguh luar biasa Allah telah menyempurnakan risalah para nabinya dengan menutup masa kenabian dengan lahirnya Muhamad Rosul Allah, sang pemimpin umat manusia.
Jihad atas nama menyebarluaskan cahaya Allah telah membakar pemuda berlomba-lomba bermimpi menjadi jendral perang di barisan utama, kemenangan umat islam atas kaum kafir, membuka tabir, bahwa islam di bawah kepemimpinan Rosulallah sudah bukan kaum yang lemah, justru menjadi bagian umat yang patut diperhitungkan. Tiga minggu setelah penaklukan kota Mekkah, sebagian orang kafir telah mengakui kekalahannya, tidak ada pilihan ataukah terpaksa tunduk di bawah kekuasaan islam, dan sebagian orang kafir memeluk islam.
Seorang lelaki Malik bin ‘Auf al-Nashriy diam termenung dalam kecemasaan, kakinya tanpa mampu menopang tubuhnya yang diselimuti kepedihan melihat pasukan islam mengepung Mekkah, bagaimana nasih bani-bani di sekitaran Mekkah akankah mereka masuk menjadi bani yang ditaklukan Rosulallah.
Bukankah aku bagian dari mereka? Akhirnya Malik mengumpulkan oarang-orang Hawazin dan Tsaqif ke lembah Authas. Malik bergegas ke Hunain mengakomodasi perang dan memobilisasi pasukan untuk menyerang pasukan Rosulallah, benar saja dipenghujung malam pasukan Malik menyerang pasukan umat islam, para sahabat yang ada di barisan Rosulallah terdesak dihujani anak panah di tengah kegelapan malam, padahal saat itu pasukan umat islam membawa 10.000 tentara, dan 2000 tentara Mekkah yang saat itu baru saja masuk islam.
Malik bin Auf bersorak memberikan arahan untuk terus menyerang umat islam, pasukan umat islam kacau, panik, binggung hingga lari terlunta-lunta tidak ada komondo sedikit pun, mereka benar-benar tidak bisa bertahan, mereka pun lari meninggalkan Rosulallah, umat islam berlomba-lomba menyelamatkan diri. Tidak ada yang tersisa di tepat kecuali Rosul dan Abbas dan sekelompok kecil dari kalangan muhajirin dan anshar.
Rosul terus memanggil-mangil pasukannya untuk kembali ke medan perang melawan orang Hawazin dan Tsaqif, namun sayang tak satu pun dari pasukan yang menjawab seruan Rosul, sampai akhirnya 2000 pasukan yang baru islam, mereka bersorak bersenang-senang melihat pasukan Muhamad akan mati kalah hari ini. Suasana saat itu sangat kritis dan menakutkan, sautan kebencian kepada islam terus terulang-ulang mereka tak sabar melihat pembalasan dendam kaum kafir kepada Rosulallah.
Tak ada pilihan Rosulallah maju ke medan perang dengan bagal putihnya beliau hanya disertai Abbas bin Abdul Muthalib dan Abu Sufyan bin Harrist. Abu sufyan bin Harrist memegang tali kendali bagalnya, Abbas ikut pula memanggil-manggil dengan suaranya yang lantang agar pasukan umat islam yang bersembunyi keluar dan kembali berperang “Hai kaum Anshar, hai orang-orang telah berabait di bawah pohon!”.
Sautan Abbas mengema ke penjuru Hunain, pasukan umat islam termenung dan berfikit tajam seandainya kaum musyrik itu menang tentu nasib mereka akan lebih hancur, tak ada yang lebih menakukutkan dari kehancuran agama, apabila mereka kaum musyrik bisa menguasai bumi ini, tentu itu akan lebih hina dari pada sakitnya perang ini, maka dari ini kaum muslim bangkit bergegas memutar badan, mengambil pedang medekat kepada Rosulnya.
Jumlah pasukan pelapis Rosulallah lambat laun bertambah, Api jihad telah membakar jiwa mereka, dengan keadaan ini Rosul menjadi tenang. Pasukan islam terus mendesak mereka menikmati peperangan sebagai jalan kemulian ibadah yang paling tinggi di jalan Allah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, pasukan Rosulallah berhasil mendesak orang Hawazin dan Tsaqib mundur dari perang, mereka benar-benar kalah dan terhina.
Pada saat yang bersama umat islam berhasil menguasai ghonimah yang banyak, jumlahnya 22.000 ekor unta, 40.000 ekor kambing dan 4000 auqih perak, gadis-gadis dan wanita-wanita Hawazin yang tertawan sebanyak 6000 orang. Ada dua kabilah muslim yang musnah dalam peperang, Rosul dan pasukan pun melakukan sholat ghaib.
Untuk bisa menguasai benteng orang Tsaqif memang tidak mudah, segala usaha telah Rosul lakukan namun orang Tsaqif adalah orang yang pintar dalam teknik pertahanan perang. Sehingga Rosul merubah taktik Rosul berjanji kepada Malik apabila dia datang dalam keadaan islam maka Rosul akan mengembalikan ghonimah 100 ekor unta.
\Berita tersebut terdengar kepada para sahabat, timbullah rasa kecemasaanbahwa hasil ghonimah akan berkurang karena Rosul telah membagi kepada Malik, apalagi dalam pendistribusian ghonimah Rosul membagi menjadi lima bagian, seperlimanya dibagikan kepada orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap beliau di masa lalu yaitu Abu Sufyan dan anaknya Mu’awiyah., Harrist bin Harrist dll, dan Malik bin Auf daan Shafwan bin Umayyah berupa 100 ekor sebagai strategi Rosul untuk melunakan hatinya. Namun sayang para sahabat belum bisa menangkap maksud hikmah ini.
Para sahabat yang telah ikut berperang merasa telah dilupakan, mereka merasa Rosul telah condong kepada mereka. Desas desus ini pun telah sampai ke telingga Rosul sampai akhirnya mereka dikumpulkan dalam sebuah pertemuan. Hingga Rosul berkata dan menasehati sahabat dan berkata
“Kalian telah menemukan hal yang baru kalian karena aku, bukankah aku telah mendatangi kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberi kalian hidayah , dan dalam keadaan kekurangan, lalu Allah menjadikan kalian kaya serta dalam keadaan bermushuan Allah melunakan di antara kalian. Hai kaum Anshar apakah kalian menemukan dalam diri kalian kecendrungan pada dunia, padahal aku telah melunakan suatu kaum agar mereka masuk islam, sedangkan kepada kalian aku telah mewakilkan keislaman kalian. Apakah kalian tidak Ridho wahai masyarakat Anshar terhadap orang-orang yang pergi dengan kambing-kambing, unta-unta lalu mereka kembali bersama Rosul ke tempat tinggal kalian? Seandainya tidak ada hijrah, pasti aku menjadi salah seorang di antara kaum Anshar. Seandainya orang-orang berjalan ke suatu bukit dan orang-orang Anshar ke bukit lain, pasti aku berjalan ke bukit Anshar. Ya Allah sayangilah kaum Anshar juga anak-anak cucu mereka”. Para sahabat yang mendengar perkartaan Rosulallah menanggis sejadi-jadinya, air mata mereka berlinang hingga membasahi pipi jengot mereka, tak tahan mereka pun berucap
“Kami ridha kepada Allah Rosul sebagai bagian kami.
Akhirnya mereka kembali ke tempat tinggalnya bersama Rosulallah ke Madinah. Wallahu’Alam. [syahid/voa-islam.com]