View Full Version
Kamis, 05 Jul 2018

Waspada 2019, Jangan Salah Memilih Pemimpin

 
Oleh: AB LATIF (Direktur Indopolitik Wacth)
 
Pilkada serentak memang telah selesai, tapi suasana tegang masih berlanjut. Lihatlah ulah dari dari sebagian masa dari partai yang kalah dalam pilkada.
 
Walaupun hasil resmi pilkada belum diumumkan, tapi sebagian kita sudah dapat membaca siapa yang diperkirakan menang dan kalah melalui hitung cepat quick count.
 
Dari hitung cepat inilah yang akhirnya bisa dilihat sejauh mana pasangan calon yang didukungnya dapat suara yang memunculkan respon yang luar biasa. Anarkisme, radikalisme, dan intoleran telah diperlihatkan secara nyata oleh sekelompok partai peserta pilkada.
 
Kalah dan menang adalah hal yang lumrah dalam suatu permainan. Seharusnya yang menang tidak membanggakan diri sehingga membuat kesal yang kalah. Demikian juga yang kalah seharusnya bisa menahan diri sehingga senantiasa damai dan tentram.
 
Kekalahan hendaknya menjadi bahan evaluasi sejauh mana tingkat kepercayaan umat dan mengapa masyarakat tidak memilihnya. Sebesar apapun dari kekecewaan akibat kekalahan hendaknya menjadi bahan renungan dan instropeksi diri tidak malah berbuat anarkis dan radikalis. Justru dengan tindakan inilah yang akan menambah buruk deretan rapot merah dan citra partai.
 
Mengapa partai yang cukup besar dengan slogan partai wong cilik malah jatuh terkapar dan bahkan mampu ditenggelamkan partai-partai kecil? Bukankah dukungan masyarakat begitu besar ditahun 2014 saat pemilu? dan menagpa kini banyak ditinggalkan pendukungnya ? seharusnya inilah yang menjadi bahan evaluasi dan intropeksi diri.
 
Banyak dari kalangan masyarakat baik kalangan bawah maupun kalangan atas yang menilai bahwa partai yang selama ini mengklaim sebagai partai wong cilik telah banyak membuat masalah dinegeri ini, lebih-lebih dengan umat islam.
 
Banyak dari kalangan umat ini yang sangat kecewa dan bahkan anti pati terhadap partai ini karena dianggap anti islam, intoleran, radikal dan sumber kegaduhan. Dan semua jejak rekamnya atau track recordnya yang senantiasa mendiskriditkan islam secara terang-terangan telah dibaca umat. Selain itu pula, banyak kader dari partai ini yang telah berhasil menjadi Kepala Daerah kini diamankan oleh KPK karena Korupsi.
 
Ada banyak fakta yang menunjukkan betapa jeleknya track record  yang selama ini mereka tunjukkan kepada masyarakat lebih-lebih umat islam. Kita tentu tahu bahwa pemimpin negeri ini adalah bagian dari kader partai ini dan kita bisa membaca bagaimana kebijakan-kebijakan yang dijalankannya. Masyarakat awam pun menilai kebijakannya sangat banyak menguntungkan asing dan para pengusaha atau pemodal.
 
Contoh kecil adalah bagaimana impor beras ditengah panen raya, siapa yang diuntungkan? Ketika impor garam, ubi, jagung, bahkan puluhan ton narkoba, siapa yang diuntungkan? pembangunan jalan tol, kereta api cepat, bandara, lowongan kerja, dll siapa yang diuntungkan? Tak satupun kebijakan yang menguntungkan rakyat kecil. Lalu untuk siapa partai ini bekerja ?
 
Umat ini juga sangat ingat, partai apa yang mengusulkan pencabutan TAP MPRS no. 25 tahun 1966 ? anggota partai apa di DPR yang telah mengaku menjadi PKI dan menulis buku “Aku Bangga Menjadi Anak PKI”? Siapa partai yang secara khusus bekerjasama dengan partai komunis China? dengan berbagai pertanyaan ini tentu umat pasti bisa menjawab.
 
Ingatlah pula ketika Panglima TNI perintahkan kepada seluruh anggotanya untuk nobar film pengkhianatan G 30 S/PKI, kader dari partai apa yang ribut dan menolaknya dan bahkan membuat film G 30  S/PKI versi baru? bahkan partai inilah yang sempat menjadi pendukung utama terpilihnya kepala Badan Intelejen Negara (BIN) saat ini yang sudah diketahui publik pernah menjadi inisiator pembelian 5000 senjata api tanpa koordinasi dengan Mabes TNI.
 
Begitu juga ketika ada wacana ALEXIS akan ditutup partai inilah yang tiba-tiba bersuara untuk menolaknya. Dan partai ini pulalah yang selama ini gencar menyerang terhadap Front Pembela Islam (FPI) dan bahkan ngotot ingin membubarkan FPI. Begitu juga pencabutan status Badan Hukum Perkumpulan (BHP) HTI, partai inilah yang paling gentol.
 
Dari sekelumit fakta diatas, masihkah kita akan percayakan negeri tercinta ini dipimpin orang-orang dari mereka ? jika dilihat dari rapot mereka selama ini tak satupun ada harapan kebaikan dari mereka. Saatnya kita sadar dan tidak terlena dengan janji-janji manis mereka. Jika masih ada kepedulian dalam hati kita, 2019 jangan pilih pemimpin yang anti islam.
 
Jangan pilih pemimpin yang senantiasa membuli dan menyerang islam dan kaum muslimin. Jangan pilih partai yang bekerjasama dengan komunis dan berhaluan radikal. Karena tidak aka ada sedikitpun kebaikan bagi negeri kita dan umat islam khususnya. 
 
Ingatlah apa yang pernah disampaikan sang proklamator negeri ini Almarhum Ir. Soekarno “pilihlah pemimpin yang dibenci asing, karena mereka akan bekerja untuk kalian dan jangan pilih pemimpin yang dicintai asing, karena mereka akan bekerja untuk asing”.
 
Maka dari sini umat harus waspada dan berjuang agar 2019 Indonesia dipimpim oleh orang-orang yang amanah, muslim dan senantiasa berkerja untuk agama Allah dan kaum muslimin, yang siap menerapkan syariat Allah dan menjadikan Alqur’an dan As sunnah untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. #waspada 2019, jangan salah sampai salah memilih pemimpin. [syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version