Oleh: Harits Abu Ulya
(Direktur CIIA & Khodim Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al Bayan)
Sebagai muslim, menilai aksi pembakaran bendera tauhid oleh sekelompok oknum Banser di Garut dengan parameter iman (akidah) dan hukum syara maka itu aksi yang lacut, melampaui batas, bahkan bisa haram tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara'.
Bisa jadi pelakunya cacat akidahnya, apakah benar ia seorang muslim dengan senang hati sambil senyum bangga membakar bendera tauhid tanpa merasa bersalah.
Jadi tidak ada seorang muslim dengan nalar sehatnya akan membenarkan dan mentolerir aksi bakar bendera Tauhid. Apalagi aksi tersebut di lakukan orang yang dzahirnya muslim, andaikan itu dilakukan oleh kaum ateis, komunis , musrik atau orang Yahudi Israil masih masuk akal sebab kebencian mereka pada agama dan Islam. Tapi menjadi sangat paradoks jika yang melakukan justru kaum muslimin sendiri.
Hanya orang-orang muslim nifaq karena sebab ashobiyah (fanatik cinta golongan) yang akan membela, membenarkan dan mencari pembenaran dengan segala argumentasi atas aksi pembakaran bendera tauhid.
Jika membakar dianggap ingin mengamankan bendera tauhid, memang tidak ada cara yang lebih elok dan beradap untuk mengamankan bendera tauhid?Kenapa harus dirampas dari pemiliknya kemudian dibakar bahkan dengan bangganya kemudian dipertotonkan di publik? Apa motifnya?
Jika alasannya yang dibakar bukan bendera tauhid atau kalimat tauhid tapi membakar alat politik, karena diasumsikan itu bendera kelompok tertentu dari kaum muslimin. Coba kita tanya; apakah mereka pernah membakar bendera Israil, bendera sepataris OPM, bendera separatis RMS, atau bendera apapun yang disitu menjadi simbol dari kelompok atau negara yang punya kepentingan politik untuk menjajah merampok Indonesia? Atau bahkan membakar bendera kelompoknya sendiri ketika ia jumpai benderanya berkibar karena sebuah kepentingan dan menjadi alat politik kekuasaan?
Kalau mereka menuduh itu bendera HTI, adakah di dalam bendera tauhid itu tertulis HTI? Yang pasti cuma ada kalimat tauhid.
Andai saja mereka mau belajar lebih dalam soal akidah, hukum syara' dan sejarah maka pasti mereka tidak akan mendemonstrasikan intoleransi dan kedunguan dengan membakar bendera tauhid.
Jadi aksi bakar bendera tauhid adalah manifestasi kesesatan nalar.
Kalau dipetakan, motif yang mendorong aksi pembakaran bisa jadi karena;
1. Penyakit nifaq dan kebenciannya kepada simbol-simbol Islam seperti bendera tauhid dan semisalnya.
2. Kecintaannya kepada golongan atau kelompok melebihi kecintaannya kepada Islam dan semua simbolnya.
3. Nasionalisme yang kebabalsan, yang lebih dominan adalah kooptasi kepentingan dan sikap politik yang alergi kepada syariat Islam.
4. Orang komunis yang menyusup di Banser untuk menghancurkan kaum muslimin melalui adu domba.
Semoga pelakunya taubat, sadar bahwa aksinya telah menyakiti seluruh kaum muslimin di dunia, tidak pantas umat Rasulullah saw membakar bendera tauhid yang di wariskan beliau, menjadi simbol dan pemersatu kaum muslimin seluruhnya. Bahkan kelak di akhirat akan dijadikan penanda barisan dari umat Rasulullah Muhammad SAW.
Dan menjadi pelajaran penting bagi semua komponen umat Islam lainnya; kita layak sedih, prihatin dan marah tapi harus tetap bersikap waras.
Umat Islam jangan mencontoh kedunguan seperti yang didemonstrasikan oleh oknum Banser, jangan intoleran, jangan mengoyak persatuan dan keyakinan kaum muslimin.
Siapapun kalian, semua harus sadar bahwa hari ini umat Islam pada level kesadaran iman dan kecintaannya kepada Islam sangat baik.
Mereka tidak lagi peduli dengan cap radikal atau fundamentalis atau semua cap yang mendiskriditkan. Umat Islam hari ini siap bangkit bersatu menanggalkan identitas kelompok mereka selain sebagai seorang muslim dan kapan saja akan bangun dan siap berkorban jiwa dan raga jika akidahnya di nista atau syariatnya di lecehkan. [syahid/voa-islam.com]