Oleh: Dina Dwi Nurcahyani, S.S., S.Pd.
Menjadi pemimpin itu adalah tugas yang berat. Apalagi kalau tidak punya kapasitas dan pegangan dalam memimpin. Menjadi pemimpin adalah pekerjaan yang serius, bukan main-main.
Bukan untuk mendapatkan kesenangan apalagi kemewahan. Bukan untuk mendapatkan sanjungan dan pujian. Tapi bekerja untuk rakyat sebagai pelayan. Memastikan tak ada rakyatnya yang kekurangan. Tercukupi segala kebutuhan.
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Menjadi pemimpin itu susah. Berat dan tanggung jawabnya besar. Banyak yang diurusi. Banyak yang harus dikerjakan. Semua urusan harus mendapatkan perhatian dan proporsi yang sesuai. Tidak boleh ada yang terlewatkan.
Jangan ada rakyat yang tidak mendapatkan perhatian, apalagi sampai terdzalimi. Semua rakyat harus mendapatkan apa yang menjadi haknya sebagai warga Negara. Tidak boleh ada ketidakadilan. Tidak boleh ada kesenjangan sosial. Semua sama di mata hukum.
Menjadi pemimpin harus memastikan bahwa kebutuhan seluruh rakyatnya tercukupi. Tidak boleh ada yang kelaparan atau kekurangan gizi. Jangan sampai ada rakyatnya yang tidak bisa makan dengan layak akibat harga bahan makanan pokok yang tak terjangkau.
Jangan ada rakyat yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan karena miskin, tak punya uang untuk membeli obat atau membayar biaya rumah sakit. Jangan sampai ada rakyatnya yang hidup menyedihkan di bawah kolong jembatan, di pinggiran kali, di tempat pembuangan sampah atau di gang-gang sempit nan kumuh yang jauh dari layak sanitasi atau bahkan di emperan toko akibat tak mampu mengontrak rumah apalagi membeli rumah sendiri. Menggelandang terhinakan haknya sebagai manusia.
Pemimpin harus menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas untuk semua warganya. Pendidikan harus merata dan adil untuk semuanya. Mendapatkan pendidikan bukan hanya hak untuk mereka yang mampu. Apalagi untuk golongan kaya, yang punya banyak pilihan untuk mengakses pendidikan berapapun ongkosnya.
Bagi mereka yang miskin, pendidikan juga sangat penting dan harus diutamakan. Jangan sampai potensi anak yang luar biasa terabaikan, tersia-siakan akibat tak mampu membayar biaya pendidikan yang mahal. Akses pendidikan harus bisa dijangkau oleh setiap warga. Jangan ada yang untuk ke sekolah saja harus menempuh kiloan meter atau bertaruh nyawa melewati sungai beraliran deras dengan sarana yang sangat seadanya. Jalan, jembatan dan sarana prasarana menuju tempat pendidikan harus bisa memudahkan setiap anak mendapatkan haknya untuk menuntut ilmu.
Pemimpin juga harus bisa mengayomi setiap warganya. Terutama mereka yang lemah. Jangan terbalik, malahan lebih melindungi dan mengistimewakan rakyat yang punya banyak duit. Karena takut kehilangan dukungan, akibatnya manut saja disetir oleh para kapitalis serakah. Sementara mereka yang lemah dan miskin terabaikan hak-haknya.
Hukum harus adil bagi setiap rakyat. Jangan sampai mereka yang punya uang atau dekat dengan simpul kekuasaan bisa mempermainkan hukum seenaknya, mendapatkan keringanan hukuman atau bahkan lolos dari jeratan hukum. Hukum tumpul bagi mereka yang diatas. Sementara bagi mereka yang di bawah, rakyat biasa yang tak punya kekuasaan apapun dan lemah, malahan hukum sangat keras dan pedih. Jangan menjadi pemimpin dzalim yang dibenci oleh rakyatnya sendiri.
Pemimpin sejati tak boleh berbohong, menipu rakyat demi mempertahankan kekuasaan dan popularitas. Tak boleh obral janji apalagi mengingkari. Pemimpin sejati harus sesuai antara perkataan dan perbuatan. Jangan mengatakan apa yang tidak sesuai dengan kenyataan. Berbohong demi pencitraan. Semua yang dilakukan harus tulus untuk menjalankan amanah.
Jangan demi populariras dan elektabilitas, menghalalkan segala macam cara. Munafik dan manipulatif. Apalagi sampai menabrak aturan hukum dan norma agama. Jangan berjanji jika tak bisa menepati. Karena, jika tak bisa menepatinya akan terus ditagih sampai hari akhir nanti. Pemimpin sejati tak akan seperti itu dan tidak boleh seperti itu.
Pemimpin sejati juga harus paham politik dengan benar. Agar tahu bagaimana mengatur Negara dan rakyatnya dengan amanah. Menjalankan tugas-tugasnya secara profesionalitas menurut aturan. Memimpin dengan kesadaran bahwa suatu saat akan dimintai tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Kekuasaannya adalah amanah yang dititipkan sementara dan akan diambil kembali olehNya. Semua yang dilakukannya ketika menjadi pemimpin akan diperhitungkan, akan ditanyai tak terlewat satupun.
Pemimpin sejati juga harus paham dan taat pada aturan agama. Pemimpin sejati harus punya ketakwaan yang kuat pada Sang Maha Kuasa. Memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Sang Khalik yang harus menerapkan hukum-hukumNya secara total. Jangan hanya mau menerapkan Islam jika ada manfaat baginya.
Namun jika aturan itu mengancam kekuasaannya, akan ditinggalkan sejauh-jauhnya. Kalau perlu dikriminalisasi tanpa takut azab Allah sama sekali. Malahan menjadi pemimpin yang anti terhadap Islam. Mengaku muslim tetapi menjauhi bahkan membenci aturan Islam. Tidak suka dan menghalangi dakwah syariah kaffah. Mempersekusi para aktivisnya tanpa hati.
Pemimpin juga harus bisa menjaga kekayaan alam negerinya dengan baik. Memanfaatkannya untuk kesejahteraan rakyat tanpa mengeksploitasi dan merusaknya. Sumber daya alam adalah milik umat dan pemimpin berkewajiban untuk mengelolanya secara tepat demi kepentingan rakyat dan negara. Harus dipastikan bahwa harta milik umat dan Negara terjaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Jangan sampai jatuh ke pihak yang tidak berhak.
Apalagi sampai jatuh ke tangan asing, aseng atau korporasi tertentu. Dikuasai kapitalis rakus yang menghisap kekayaan Negara tanpa ampun. Sementara kita yang punya cuma bisa gigit jari. Hanya mendapat ampas-ampasnya saja.
Pemimpin sejati juga harus wajib memelihara keamanan Negara dan warganya. Juga harus mampu memastikan kedaulatan Negara agar tidak dikangkangi oleh asing dan kaki tangannya. Menutup segala celah yang memungkinkan terjadinya neo-kolonialisme oleh Negara maupun korporasi asing.
Menolak segala pinjaman, bantuan, investasi atau dana dalam bentuk apapun dari luar yang mengandung riba atau kepentingan tertentu yang bisa melemahkan kedaulatan Negara. Yang membuat Negara dengan mudah didikte segala kebajikannya dengan mengatasnamakan bantuan luar negeri. Sehingga ‘orang luar’ dengan mudahnya berkuasa atas negeri ini. Mengacak-acak kedaulatan Negara demi tercapainya tujuan dan keinginan mereka.
Pemimpin sejati bukannya tidak pernah salah. Tetapi mau mengakui kesalahan yang dibuat dan segera bertobat sebelum terlambat. Pemimpin sejati bukannya yang selalu sukses. Tetapi belajar dari kegagalan, memperbaiki dan meramunya untuk kesuksesan yang hakiki. Keberhasilan yang bukan hanya diukur dari sudut pandang materi belaka. Tetapi yang utama adalah keberhasilan dari sudut pandang aturanNya. Keberhasilan yang diridhoiNya.
Sangat berat beban dan tugas menjadi seorang pemimpin. Tidak segampang membalikkan telapak tangan. Sangat sulit. Meski sulit, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bisa, asalkan ikut aturan. Bukan aturan manusia, karena manusia itu lemah dan terbatas sehingga apapun yang dibuatnya juga memiliki sifat yang sama dengan manusia itu sendiri.
Yang benar adalah dengan memakai aturan Yang Punya Kuasa atas manusia, yang tahu dengan pasti seluk beluk manusia. Bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sejati? Islam punya jawabannya. Islam memiliki pedoman bagaimana menjadi pemimpin yang baik dan amanah. Yaitu, dengan mengikuti Kitabullah dan As sunah. Tidak hanya menjadi pemimpin yang baik, tetapi juga yang dicintai umatnya.
Islam sudah punya panduannya. Kitab yang lengkap dan komplit. Semua pertanyaan, semua permasalahan hidup dan kehidupan ada jawaban di dalamnya. Mulai dari masalah keluarga sampai Negara. Dari sejak dalam rahim sampai kematian, semua diatur di dalamnya. Mulai dari masalah ibadah, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya dan keamanan semua sudah ada tata caranya dalam Islam.
Dimana aturan itu semuanya langsung berasal dari Yang Maha Agung. Tak pernah dirubah-rubah atau direvisi karena selalu terjaga keaslian dan kebenarannya. Aturan yang akan membawa kebaikan dan keberkahan bagi seluruh alam semesta. Yang membawa keselamatan tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Hendaklah firman Allah Ta’ala berikut ini menjadi panduan bagi pemimpin dalam menjalankan amanahnya di dunia;
“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 45)
Dan juga sabda Rasulullah SAW berikut ini;
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi).
Islam juga sudah punya teladan pemimpin terbaik. Bahkan dunia mengakuinya. Meski tak punya facebook, instagram, twitter atau akun medsos lainnya, namun dia memiliki follower yang luar biasa banyak. Tercatat sampai 2015, jumlah pengikutnya di seluruh dunia sebesar 1,8 milliar. Bahkan masih akan terus bertambah. Dialah Rasulullah Muhammad SAW, pribadi mulia yang tak tertandingi.
Sosok terpercaya dan berwibawa. Sangat dicintai umat dan ditakuti musuh-musuhnya. Manusia yang sangat jujur dan amanah. Al-amin yang sangat terpercaya. Sosok sederhana dalam artian sebenarnya, bukan pencitraan seperti kebanyakan pemimpin jaman sekarang. Apa adanya, namun memiliki pemikiran yang revolusioner.
Mampu merubah masyarakat yang berada dalam kegelapan jahiliyah menjadi masyarakat dengan peradaban yang luar biasa kontribusinya pada dunia. Pribadi yang lemah lembut tapi tegas. Penyayang keluarga, namun tak segan menghukum putrinya sendiri jika memang berbuat salah. Pemimpin yang adil tanpa diskriminasi. Tak pandang bulu pada kemaksiatan. Selalu menegakkan kalimat Tuhannya. Menjadi panutan para sahabat dan umatnya.
Seperti beliaulah. Mencontohlah beliau, Muhammad SAW. Itu kuncinya jika ingin menjadi pemimpin yang sukses, yang baik, yang dicintai umatnya. Yang dengan kepemimpinannya umat menjadi terpelihara urusannya, terjaga keamanannya. Pemimpin sejati yang berakhlak mulia dan taat pada tuhannya. Mencintai dan dicintai umatnya. Hingga keberkahan datang dari langit dan bumi bagi negerinya.
Aturan yang hakiki itu ada disini. Bukan di tempat lain. Bukan dalam kapitalisme. Bukan pula pada sosialisme. Tapi di dalam Islam. Aturan yang menyeluruh dalam segala aspek kehidupan umat manusia. Bukan hanya untuk muslim saja tetapi juga membawa kebaikan bagi mereka yang nonmuslim. Aturan yang tidak hanya membawa keberkahan bagi manusia tetapi juga bagi seluruh makhluk hidup, bagi seluruh alam semesta. Maka, kembalilah kepada Islam. Dari Abu
Teladan terbaik juga ada disini, di dalam Islam. Dialah Muhammad Rasulullah. Manusia dengan kepribadian dan prestasi luar biasa yang bahkan sampai melampaui masa dan generasi. Kemuliaan dan keagungannya yang tak pernah lekang oleh waktu. Pemimpin sejati dalam arti yang sesungguhnya. Maka, ikutilah jalannya, contohlah dia, Muhammad Rasulullah SAW. Teladan terbaik yang akan membawa manusia pada jalan yang diridhoiNya.
Maka, wahai para pemimpin ingatlah dalam hati dan pikiran kalian serta amalkan dalam perbuatan nyata, sabda Rasulullah Muhammad SAW jika kalian masih mencintai dan menganggapnya sebagai uswah terbaik umat manusia berikut ini:
“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i) Wallahu ‘alam bish-showab. [syahid/voa-islam.com]