Oleh:
Asyari Usman*
PRABOWO Subianto telah mengambil tindakan yang tepat dalam menyatakan kemenangan paslonpres 02 berdasarkan quick count (QC) sendiri dengan sample 5,000 (lima ribu) TPS. Dalam penjelasan di depan para wartawan dan pendukungnya, Prabowo mengatakan agar QC di televsii tidak usah dihiraukan.
Prabowo sudah benar mengatakan bahwa proses pilpres 2019 ini dinodai banyak masalah. Dan masalah-masalah itu menunjuk pada kesimpulan bahwa pilpres ini diwarnai kecurangan-kecurangan serius.
Berdasarkan catatan keanehan yang dapat disebut sebagai kecurangan yang masif itu, kubu Prabowo-Sandi harus melawan setiap usaha kubu Jokowi untuk mengklaim kemenangan. BPN Prabowo-Sandi harus berkeras untuk hanya menerima hitungan real. Tidak perduli seberapa lama diperlukan waktu untuk menyelesaikan penghitungan suara.
Jokowi tidak memiliki legitimasi untuk melanjutkan jabatan presiden ke periode kedua. Dia tidak punya landasan moral untuk menyatakan kemenangan dirinya. Banyak indikasi ‘abuse of power’ (penyalahgunaan kekuasaan) dan tindakan tercela yang skalanya cukup besar untuk menegasikan kemenangan.
Ingat kasus satu juta amplop. Juga kasus coblos ilegal surat suara dalam jumlah besar di Malaysia. Ada pula pengerahan berbagai lembaga negara untuk kepentingan capres 01 ini. Kemudian, secara kasat mata penolakan terhadap Jokowi di seluruh Indonesia membuat klaim kemenangan menjadi sangat aneh. Sangat ‘immoral’. Tidak beretika.
Klaim kemenangan Jokowi tidak memiliki legitimasi, khususnya legitimasi moralitas. Klaim kemenangan adalah sikap arogansi dan sewenang-wenang. Tidak hanya itu, klaim kemenangan juga sangat melecehkan kedaulatan rakyat. Jokowi menghina aspirasi mayoritas rakyat negara ini.
Jokowi tidak bisa lagi seperti pilpres 2014, ketika semua orang percaya 100% pada klaimnya. Kali ini, semua orang tahu persis perbedaan atmosfir 2019 dan 2014. Perbedaan yang sangat kontras.
Siapapun yang memiliki integritas, pasti tidak akan ceroboh mengklaim kemenangan dalam suasana seperti hari ini. Karena itu, klaim kemenangan Jokowi untuk pilpres hari ini tidak akan masuk ke dalam sistem akal sehat.
Jokowi harus membuktikan secara detail dan terdokumentasi bahwa dia memenangi pilpres 2019. Angka-angka QC adalah pembuktian yang rawan manipulasi. Dan manipulasi adalah landasan moral para penguasa selama hampir lima tahun ini.
Karena itu, Jokowi tidak boleh mengeluarkan klaim sepihak. Sebab, semua orang tahu tentang kualita integritas beliau. Kalau dia memksakan kemenangan yang sangat diragukan itu, itu berarti dia sedang menginjak-injak martabat dan kehormatan puluhan juta rakyat yang telah berkorban dengan tulus untuk memenangkan figur yang tulus pula.
Pemimpin adalah integritas. Klaim kemenangan Jokowi untuk pilpres 2019 ini tidak akan pernah menemukan integritas itu. Itu berarti, Jokowi bukanlah pemimpin yang pantas lahir dari proses demokrasi yang mencapai puncaknya hari ini, 17 April 2019.*Penulis adalah wartawan senior