View Full Version
Rabu, 24 Apr 2019

Nasi Padang dan Orang-orang Minang

 

Oleh:

Syahganda Nainggolan, Pendiri Sabang Merauke Circle

 

BERBAGAI seruan baikot makan nasi Padang viral di dunia maya beberapa hari terakhir ini. Pasalnya Jokowi tidak dipilih hampir 100 persen orang Minang. Orang Padang yang bukan Minang memang menyisakan sekitar 10% ke Jokowi. Dulu, 2014, masih ada orang Minang ke Jokowi, karena faktor Jusuf Kalla orang Sumando (beristri Minang).

Kebencian pendukung Jokowi terhadap orang Minang ditantang di dunia maya. Para nitizen mengatakan, "Silakan kalau tak mau makan nasi Padang, tapi apa gak rindu? "

Dari sejarah politik, orang Minang sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemerdekaan kita. Pengaruhnya ini meliputi spektrum pemikiran sosial ideologis pergerakan anti penjajahan. Kalau di ekstrim Islam, ada Mohammad Natsir, Agus Salim, Buya Hamka, Rasuna Said dsb. Kalau di ekstrim kiri ada Sutan Malaka, alias Tan Malaka. Kalau di tengah ada Mohammad Hatta, Dr. Sutan Syahrir dan Muhammad Yamin.

Orang-orang tersebut di atas bukan soal sejumlah nama dalam pengertian number, namun mereka adalah ideolog-idelog besar bangsa kita. Umpamanya, suatu hari Datuk Anwar Ibrahim, tokoh perjuangan Malaysia, menceritakan, ketika dia mau direkrut menjadi bagian pergerakan Ikhwanul Muslimin, yang didirikan Hasan Albana di Mesir, dia menolak sambil mengatakan, "Guru saya adalah Mohammad Natsir, di Indonesia, dia tidak kalah dengan Hasan Albana".

Di kubu kiri, Tan Malaka malah tak kalah legendarisnya. Suatu hari Bung Karno Menceritakan kepada seorang tamu yang datang dari Banten, dalam situasi pergolakan kemerdekaan. "Bung, kata Sukarno pada dia, seandainya ada orang yang lebih pantas dari saya menjadi presiden di Indonesia, maka orang itu pastinya adalah Tan Malaka". Bung Karno tidak tahu bahwa orang yang dia ajak bicara adalah Sutan Malaka, dalam penyamaran. Tan Malaka adalah manusia yang ditakuti Belanda, dikejar diseluruh dunia. Dia pemuda Indonesia yang berpidato dalam Kongres Komunis International di Soviet Russia, dia ikut mendirikan Partai Komunis China, dia anggota Komintren (Komunis Internasional), yang buku-buku atau klipping pikiran-pikirannya "meracuni" Soekarno dan kaum pergerakan menentang Belanda.

Selain cerita di atas, tentu Mohammad Hatta tak kalah pentingnya. Dia adalah bapak ekonomi kita. Manusia politik yang paling jujur. Hampir bertahun-tahun dia menyisihkan gajinya dalam tabungan untuk membeli sepatu merk Belly, sampai akhir hayat, tidak berhasil dibelinya. Bagaimana Wakil Presiden RI pertama tak bisa beli sepatu?

Lalu Dr. Syahrir apa perannya? Tentu Syahrirlah yang berunding dengan Amerika dan Barat untuk memuluskan kemerdekaan kita. Kita bisa bilang bambu runcing penting melawan Belanda, tapi fakta mengatakan Belanda hanya takut dengan Amerika yang mengalahkan Hitler di Eropa kala itu. Peran Syahrir adalah berunding dengan Amerika untuk kita bisa merdeka.

Orang2 Minang adalah manusia yang berjalan dengan pikirannya.
Falsafah "adat bersandi syarak, syarak basandi Kitabullah" telah membuat hampir semua orang Minang hidup dalam religiusitas. Bahkan, Tan Malaka pun dalam pidato internasional Komunisnya di Moskow menganjurkan agar Komunis menerima Islam. Atau orang-orang menterjemahkan Tan Malaka adalah Komunis yang bertuhan.

Religiusitas orang-oramg Minang dan sifat merantaunya telah menjadikan mereka pusat jaringan Islam di berbagai wilayah-wilayah Indonesia.

Belum lagi professor-professor di kampus-kampus terkemuka, seperti ITB, setidaknya di era 80an, di dominasi orang Minang.

Bagaimana orang-oramg pro Jokowi mau memboikot masakan Padang? Tahukah kalian sejarah orang Minang dan kemerdekaan kita yang saya ulas di atas?

Orang-orang Minang adalah masyarakat rasional. Mereka tidak akan tunduk pada tekanan kekuasaan atau pemboikotan nasi Padang. Kalau mereka 100% kurang sedikit tidak mendukung Jokowi, pastilah pikiran mereka yang membimbingnya. Orang-orang seperti ini hanya bisa ditundukkan dengan kebenaran dan kelembutan.* []


latestnews

View Full Version