Oleh: Hasrianti*
Dari sini terdengar gemuruh senjata berasap kabut sampai memutih di ruang Palestina. Kilat cepat dentuman mengelupaskan bumi setiap jengkalan tanah (Hokaido, penulis puisi).
Penggalan puisi di atas menggambarkan bagaimana kondisi Palestina saat ini, langit menjadi hitam akibat serangan bom disebut sebagai kado ramadan bagi palestina khususnya Gaza. Kaum muslimin diseluruh dunia bersuka cita menyambut ramadan 1440 H, namun tidak bagi rakyat Gaza Palestina. kebahagiaan tersebut ternodai oleh serangan bengis Yahudi, Israel. Tepat pada awal ramadan, muslim Gaza Palestina kembali bersimpah darah untuk yang ke sekian kalinya.
Israel meluncurkan sebanyak 200 roket ke wilayah jalur Gaza. Penyerangan kali ini terlihat membabi buta hingga merenggut nyawa bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Tentara Israel menggempur rumah pemukiman warga dan jalan utama. Dimana jalan-jalan tersebut penuh dengan aktivitas jual beli persiapan ramadan (www.detiknews.com 5/5/2019).
Situasi jalur Gaza saat ini tetap mencekam karena kelompok militan dan Israel masih saling balas serangan. Jumlah korban meninggal akibat bentrokan itu dilaporkan sudah mencapai 23 orang. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda serangan akan mereda (www.cnnindonesia.com 6/5/2019).
Dibalik tragedi mengenaskan ini tak luput dari makar Amerika serikat. Hal ini terbukti dengan pernyataan Presiden Amerika serikat yang tak segan lagi mendukung secara terbuka pihak Israel. Sebagaimana dilansir oleh www.liputan6.com Presiden Amerka serikat Donald Trump mendukung seratus persen Israel (6/5/2019).
Penyerangan yang dilancarkan sebagai pembalasan atas 400 roket yang ditembakkan milisi Gaza ke Israel. Sebanyak 250 dari roket itu berhasil ditangkis oleh sistem anti-rudal Iron Dome. Akibatnya empat orang warga Israel tewas (www.kumparan.com 5/5/2019).
Derita Palestina merupakan tragedi serangan berulang sejak Israel resmi menduduki wilayah Palestina pada tahun 1948. Saat inilah penderitaan kaum muslimin silih berganti. Saat Palestina tengah berjuang mendapat pengakuan internasional, Israel justru memperluas wilayah kekuasaan dengan membangun permukiman baru di tanah Palestina.
Mantan Presiden Amerika Barack Obama di masa-masa akhir pemerintahannya pernah meminta Israel menghentikan langkah tersebut, namun tak pernah berhasil. Terlebih pasca pemilihan presiden AS keadaannya semakin memprihatinkan.
Penyerangan terus dilakukan tanpa melihat waktu, situasi dan kondisi sekalipun bulan ramadan tiba. Tanah yang dikenal senagai tanah para Nabi kini terus dirampas dengan serakah. Saat rakyat melakukan protes atas blokade tersebut hasilnya sia-sia saja. Dunia pun seolah bungkam hanya menjadi penonton terutama Negara-negara yang notabene muslim, kini sebuah pertanyaan besar muncul siapakah yang harus bertanggungjawab ?
Disisi lain HAM terus digaungkan namun tetap saja hal ini tak berlaku bagi Palestina. Keberdaaan PBB terbukti tidak mampu mengatasi konflik Israel-Palestina, harusnya PBB sebagai wadah perdamaian dunia mampu mengatasi hal tersebut. Justru negara adikuasa penggerak PBB yakni Amerika condong kepada Israel memberikan dukungan untuk melancarkan serangan. Lantas apa yang bisa kita harapkan dari PBB untuk menolong rakyat Palestina.
Sesungguhnya negeri kufur Barat tidak akan pernah diam melihat kaum muslimin terbebas dari penderitaan. Sistem kapitalisme yang menjadi ideologi Barat bahkan mendominasi dunia pada dasarnya selalu membawa malapetaka bagi umat. Kapitalisme melahirkan nation state yang melahirkan ketimpangan serta menyebabkan sekat-sekat diantara negara. Tujuan dari nationstate tidak lain untuk memecah belah persatuan Islam dan kaum muslim.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia sudah semestinya menjadi pionir untuk misi pembebasan Palestina. Sementara negeri-negeri kaum muslim lainnya masih terlena berada dibalik layar. Meskipun Komunitas muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk Israel namun tetap saja tidak berdampak apapun.
Derita yang dirasakan rakyat Palestinaterasa lebih berat dibanding masa sebelumnya. Saat ini kita bisa melihat dengan jelas bagaimana kaum muslimin mayoritas di dunia hanya diam tanpa melakukan perlawanan fisik terhadap Israel. Melihat penderitaan Palestina tidak cukup hanya dengan mengutuk, mengirimkan doa dan bantuan. Butuh solusi fundamental untuk mengahiri derita kamu muslimin Palestina.
Tanah Palestina Milik Kaum Muslimin
Melihat kembali sejarah Palestina dikuasai oleh umat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Al-khaththab pada tahun 637 M. Dengan kekuatan Iman, militer dan strategi perang yang gemilang menghantarkan kemenangan kaum muslimin di perang Yarmuk melawan ratusan ribu kaum romawi. Inilah awal kemenangan Al-Quds, setelah dikepung selama 6 bulan oleh Abu Ubaidah, akhirnya kunci kota Al Quds diserahkan kepada Khalifah Umar oleh pemimpin gereja kristen Patriach Sophoronius dengan jaminan perlindungan.
Palestina sempat dirampas oleh pasukan salib pada tahun 1099 Masehi dengan pembantaian, dan dikuasai selama 88 tahun. Tetapi akhirnya tanah Palestina kembali di bebaskan oleh Salahuddin Al Ayyubi pada tahun 1187 Masehi. Beliau kembali memuliakan Al Quds dan mengembalikan masjid Al Aqsa kepada kaum muslimin. Sampai saat ini umat Islam kehilangan institusi politiknya yang dihancurkan oleh kaum barat yang sangat membenci Islam, maka Palestina tidak lagi mempunyai pemimpin yang melindungi tanah kaum muslimin.
Maka lewat deklarasi Balfour orang-orang Yahudi Israel bermigrasi ketanah Palestina yang sudah mendapatkan restu dari Inggris, kemudian PBB mengumumkan pendirian negara Israel di tanah Palestina. Hingga akhirnya mereka terus mengokohkan keberadaannya. Padahal sebenarnya mereka adalah perampok yang merampok wilayah-wilayah di Palestina untuk menjadi tempat tinggal mereka.
Disisi lain memori masa kekhilafan Sultan Abdul Hamid II salah satu bukti bahwasanya dahulu Palestina sangat dijaga.
“Tanah itu bukan milikku, tetapi milik umatku. Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Karena itu, silakan Yahudi menyimpan saja harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Namun, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.”(Khalifah Abdul Hamid II, 1902).
Inilah yang dilakukan oleh khalifah Abdul Hamid II untuk mempertahankan tanah Palestina saat daulah Khilafah islam masih tegak berdiri, tanah yang diklaim oleh presiden Amerika saat ini Donald Trump Baitul Maqdis (Yerusalem) sebagai ibukota Israel. Pernyataan yang dilontarkan presiden Amerika ini memicu kemarahan kaum muslim di dunia karena sejatinya Palestina adalah tanah kaum muslimin yang dimuliakan dan harus dipertahankan.
Sudah saatnya umat muslim dunia bersatu untuk membebaskan Al Quds dari cengkraman zionis Israel dengan mengambil islam sebagai solusi yang akan menolong seluruh muslim Palestina. Solusi yang ditawarkan tentu solusi yang menuntaskan sampai ke akarnya, bukan mengharapkan solusi dari PBB, OKI maupun negara muslim umumnya.
Satu-satunya solusi tuntas bagi Konflik Israel-Palestina dan seluruh muslim dunia ialah sistem Islam Khilafah. Sebagaimana sistem ini telah terbukti pernah berhasil melumpuhkan rencana kafir untuk menduduki Palestina. Dalam kondisi carut marut kaum muslimin butuh khalifah untuk menggerakan umat.
Selama kaum muslimin bersatu maka musuh-musuh Islam akan meredup tak punya nyali untuk melawan ataupun menghinakan kaum muslimin. Penerapan Islam secara kaffah telah dijanjikan langsung oleh Allah Swt akan diraih melalui jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah saw serta para sahabat terdahulu. Maka sudah seharusnya seluruh kaum muslimin memperjuangkannya dalam aktivitas dakwah Islam. Wallahualam bishowab. (rf/voa-islam.com)
*Penulis adalah Mahasiswi P. Kimia UHO.
Ilustrasi: Google