Oleh: Puput Hariyani, S.Si*
Penistaan terhadap Islam kembali terjadi. Bukan sekali bahkan berulang kali. Mulai dari penistaan terhadap agama, ajarannya, juga penyampai risalahnya yakni Nabi tercinta Muhammad SAW. Para ulama pun ikut terseret kriminalisasi. Umat Islam dimata-matai. Gerak geriknya dicurigai. Sungguh menyayat hati. Terasa sakit tak terperi.
Dalam sebuah cuplikan video, disebuah forum yang bertema “Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme” seorang wanita tua bertanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang Mulia Muhammad apa Ir. Soekarno untuk kemerdekaan? Ayo jawab gak ada yang berani? Pertanyaan yang mengundang nestapa, duka yang membara dalam dada. Pantaskah membandingkan Nabi dengan orang biasa? Sungguh tak satupun insan yang setara diperbandingkan dengannya, Nabi yang mulia.
Kini ia pun menangis mengemis maaf. Namun tangisnya seakan tak lagi dipercaya dunia. Engkau tahu kenapa? Karena bukan yang pertama ia sakiti umat Islam tapi sudah yang kesekian kalinya bahkan kesalahannya terlalu fatal. Dulu pernah menista syariat Islam kemudian maaf diberikan, kini kembali diulangi kesalahan yang serupa dan umat menggugat.
Masihkah harus dipercaya meski dengan dalih cinta? Bagaimana jika kelak Nabi tercinta memalingkan muka. Hujjah apa yang akan ia bawa. Entah ia lakukan karena ketidaktahuan atau kesengajaan karena kebencian terhadap Islam.
Keberadaan UU Penodaan agama pun dinilai tidak efektif untuk menghentikan kasus penodaan agama. Terbukti dengan berulangnya kasus penistaan yang tak kunjung usai. Sebut saja penistaan agama beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Komika Joshua, Uus, Ustaz Ambia Dahlan, Ge Pamungkas, Tretan Muslim dan Coki Pardede yang secara nyata mempermainkan hukum Islam.
Juga yang terbaru dilaporkannya Atta Halilintar atas kasus penistaan agama (Medcom.id) dan juga game remi Indonesia yang dinilai hina Nabi Muhammad SAW sehingga membuat warganet ngamuk (Viva.co.id). Menambah panjang deretan penistaan agama di negeri ini yang terus terjadi. Hal ini semakin menegaskan absennya peran negara dalam melindungi agama.
Ditambah lagi penegakan hukumnya seringkali tidak memenuhi rasa keadilan. Berbagai upaya pun dilakukan. Salah satunya upaya PKS untuk merealisasikan janji politiknya yang akan mengusulkan RUU Perlindungan agama dan ulama (Kompas.com). Keberadaan RUU ini diharapkan untuk memperluas cakupan UU yang sudah ada atau menutup celah kekosongan hukum dalam konteks saat ini.
Namun benarkah RUU ini mampu menghentikan penistaan agama? Jika berkaca pada beberapa UU yang diamandemen dengan maksud memperbaiki regulasi yang sudah ada pada faktanya masih menyisakan PR besar bangsa ini. Tambal sulam belum mampu menuntaskan berbagai problem bangsa.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD mengatakan, amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan bangsa. Kita sudah amandemen berkali-kali namun ada saja pihak yang tidak puas (Kompas.com).
Jika pembuat hukum diserahkan kepada manusia yang cenderung lemah, terbatas dan serba kurang pasti tidak akan mampu melahirkan aturan yang sempurna, justru saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan paradigma yang mendasar dan menyeluruh. Sebagai seorang muslim tentu Islam adalah satu-satunya jalan penyelesaian bagi seluruh problem kehidupan.
Islam Jalan Kemuliaan
Islam adalah jalan kemuliaan. Padanya tersimpan berjuta kebaikan. Menebar kerahmatan bagi seluruh alam. Kiranya jalan ini yang membentang untuk ditegakkan. Dengannya berharap tak akan ada lagi yang berani lancang melakukan pencederaan. Negara harus hadir dalam menghantarkan penyelesaian. Tentu dengan menempatkan Islam yang berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai sumber seluruh nilai dan aturan dalam seluruh aspek kehidupan.
Secara tegas negara mengambil seluruh hukum-hukum Islam untuk diterapkan tanpa terkecuali sebagai wujud ketundukan kepada Allah SWT. Semua warga negara wajib memahami dan mempraktikannya. Dan pihak-pihak pendengki Islam juga tidak akan dibiarkan menjalankan aksinya untuk menista. Dengan jalan inilah Islam akan berada pada tempat yang agung dan tak mudah untuk direndahkan. Wallahu‘alam bi ash-showab.
*Pendidik Generasi.