Oleh:
Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
CERAMAH saya pada beberapa tokoh-tokoh muda Islam di Jakarta beberapa waktu lalu dinaikkan Professor Musni Umar, sosiolog yang juga Rektor Universitas Ibnu Chaldun, dalam tweeter nya beberapa waktu lalu sebagai berikut: “Dr. Syahganda Nainggolan dalam diskusi siang ini (20/12) berkata Habib Rizieq Shihab merupakan tokoh yang memiliki pengaruh dan kepercayaan yang tinggi dimata publik. Jika pendukungnya bersama pakar dirikan Trust Fund guna dirikan lembaga keuangan bisa himpun dana triliunan rupiah”.
Sosiolog Musni Umar kebetulan mampir ketempat diskusi ini, bukan sebagai pembicara bukan pula peserta. Namun, ketika mengamati serangkaian ceramah yang saya sampaikan dalam tema “Radikalisme dalam Perspektif Demokrasi”, justru bagian pembahasan bagaimana mem “break down” kekuatan ummat Islam selama ini dari 212 dan Habib Rizieq menjadi kekuatan finansial dan lembaga pembiayaan ummat yang di quote Professor Musni tersebut.
Habib Rizieq dan Kepercayaan
Kepercayaan adalah harta yang paling mahal di dunia. Kepercayaan itu dapat dimiliki individu, kelompok maupun institusi.
Kepercayaan adalah sumber interaksi sosial yang kuat. Dalam sebuah masyarakat, semakin banyak individu-individu yang dipercaya, akan semakin meningkat soliditas masyarakat tersebut. Meskipun, soliditas palsu dapat dilakukan dengan tangan besi oleh rezim otoriter.
Soliditas alami berbeda dengan terpaksa, karena yang alami menciptakan solidaritas sosial. Yang alami akan memunculkan “high trust society”, di mana kepercayaan diantara masyarakat begitu tinggi.
Sebaliknya, soliditas palsu, karena tekanan kekuasaan menyimpan banyak kecurigaan diantara masyarakat. Terjadi fenomena individual selalu mengambil lebih banyak keuntungan dari interaksi sosial (sistem sosial) terhadap individu atau kelompok masyarakat lainnya. Dengan kata lain prilaku curang menonjol dalam masyarakat.
Munculnya orang-orang yang dapat dipercaya masyarakatnya haruslah melalui mekanisme hubungan-hubungan sosial yang terjadi, di mana individual itu disaksikan konsistensinya dalam bertindak. Godaan kekuasaan, harta dan wanita yang datang secara kasat mata maupun dalam bungkus terselubung dapat menghentikan atau mengurangi konsistensi ucapan, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan cita-citanya.
Habib Rizieq adalah orang yang paling dipercaya di Indonesia saat ini. Pernyataan paling bersifat relatif terhadap figur figur lain yang ada. Relatif artinya banyak figur-figur yang dapat dipercaya, khususnya oleh sub-sub kelompok masyarakat, namun secara nasional, sedikit figur yang bisa dipercaya.
Apa bedanya secara nasional versus sub-sub tersebut di atas? Secara nasional maksudnya adalah sebuah skala ketika kita membuat ruang lingkup pada dimensi yang hanya bisa diukur secara nasional. Apa misalnya? Misalnya jika kita ingin berbicara keadilan sosial, hak-hak berpolitik dan berserikat, pembangunan nasional dll. Sedangkan hal-hal menyangkut sub-sub seperti urusan perbedaan mazhab, dimensi tertentu kehidupan, seperti urusan pendidikan, atau lainnya tentu mempunyai tokoh-tokoh sendiri yang dipercaya.
Habib Rizieq adalah satu yang utama dibanding ulama lainnya yang mampu meyakinkan rakyat dalam skala besar, seperti pilgub DKI 2017 dan pilpres 2019 untuk memilih pemimpin.
Dua hal itu adalah gambaran nyata hasil konsistensi Habib Rizieq dalam berucap, bersikap dan bertindak. Habib Rizieq telah mengalami tawaran-tawaran uang “pembangunan” triliunan untuk kompromi tapi dia tolak, lalu di penjara dan terakhir pengasingan (in exile). Semua resiko ini menciptakan kepercayan rakyat sangat besar, sebuah balasan rakyat atas konsistensinya.
Trust Fund
Trust Fund hanyalah salah satu konversi dari kepercayaan rakyat pada Habib Rizieq yang dapat di break down. Ummat Islam tentu telah mencoba mengkonversi 212 menjadi koperasi 212, namun belum mencapai maksimal. Ketika Valentino Dinsi, tokoh koperasi 212, bertandang ke rumah saya berdiskusi bagaimana membangun kekuatan “Syarikat Dagang Islam”, saya mengatakan bahwa semua potensi ada saat ini. Saat ini, dibanding jaman Habibie dan ICMI menggalang dana ummat untuk bangun koran Republika dan Bank Muamalat, jauh lebih hebat saat ini. Baik dari sisi soliditas ummat maupun dari sisi munculnya jutaan urban muslim middle class.
Trust bisa juga merupakan waqaf (lihat : waqaf vs. trust, https://islamicmarkets.com/education/waqf-vs-trusts). Kisah Waqaf Habib Bugak dari Aceh di Madinah ratusan tahun lalu, misalnya, telah berbuah bagi para haji dari Aceh saat ini. Selain Trust Fund, berbagai instrument financial Islam juga dapat dikembangkan seperti Habib Rizieq Insurance, Habib Rizieq Islamic Bank, Habib Rizieq Mutual Fund, dll.
Jika 10 juta massa 212 menjadi pemilik Trust Fund itu dengan rata-rata menitipkan uangnya Rp. 100.000,-, maka Habib Rizieq Trust Fund akan memiliki kekayaan Rp. 1 triliun. Ini adalah langkah kecil bagi Habib Rizieq dan kelompok ulama 212 dalam membangun lembaga pembiayaan Islam ke depan.
Pekerjaan ini bukan pekerjaan susah dijaman internet of things (IOT) saat ini. Meskipun secara teknikal harus dikerjakan praktisi-praktisi keuangan muslim yang muda dan ikhlas.
Penutup
Habib Rizieq adalah manusia yang bisa dipercaya Bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam Indonesia. Tweets Professor Musni Umar mengenai pikiran saya untuk mem “break down” kepercayaan menjadi lembaga pembiayaan ummat harus dapat dikembangkan, dibanding sekedar “show of force” massa jutaan reuni 212.
Deputi Gubernur BI, Dody Waluyo mengatakan pada Juli 2019 total “Islamic Finacial Assets” sebesar Rp. 1.359 T atau 8,7% dari total aset keuangan nasional. (Jakarta Post, 13/11/2019). Kelemahan dalam pengembangan ekonomi syariah terletak pada kekurangan produksi pada produk dan servis halal. Kita malah lebih banyak sebagai konsumen. lalu, dalam sumber yqng sama, Ventje Rahardjo, ketua KNKN (Komite Nasional Keuangan Syariah) mengatakan pungutan amal dan Zakat hanya 8 Triliun, sedangkan potensi yang dihitung the Islamic Development Bank berkisar Rp. 200 T. sangat memprihatinkan.
Kelemahan sektor keuangan Syariah di atas tentu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pada institusi keuangan resmi yang ada. Pertanyaan masyarakat saat ini berkisar pada 1) kehalalan produk keuangan dan pengelolaannya 2) kepercayaan atas manajemen institusi keuangan yang ada. Hal ini akan mempunyai dampak keinginan rakyat mencari lembaga keuangan baru yang menjamin kehalalan dan jaminan resiko harta mereka. Apalagi di sektor finansial non Islamic, seperti isu korupsi melanda dan mengguncang asuransi Jiwasraya dan Bumiputra, baru baru ini, di mana Jiwasraya dikaitkan dengan dana politik, begitu menghancurkan kepercayaan masyarakat pada institusi dan prilaku/moral/akhlak kaum profesional yang ada.
Saatnya Habib Rizieq dan ulama 212 mengembangkan kekuatan umat disektor keuangan untuk membiayai pembangunan umat Islam di luar sektor negara.*