Oleh:
Ana Nazahah, Revowriter Aceh
MENCEKAM, China tengah dihantui virus mematikan. Tidak tanggung- tanggung, diperkirakan virus ini akan menjadi ancama global. Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih menunda mengumumkan keadaan darurat global karantina raksasa.
Bisakah Anda bayangkan? Di jalan- jalan, trotoar, bus, sekolah dan wahana rekreasi tiba- tiba ada orang yang roboh. Begitu saja dan meregang nyawa?.
Pria, wanita, anak- anak dan lansia menjerit. Ketakutan. Khawatir. Mereka diisolasi. Dijaga ketat. Layaknya di film- film zombi yang kita lihat di Tivi. Diawasi oleh orang- orang berkostum lengkap, baik tim militer maupun medis. Siapapun dicegah keluar dari area karantina.
Hingga jumat, 24 Januari 2020. Tiongkok telah mengisolasi sebanyak 13 kota dan 41 juta penduduk. 41 jiwa itu kini tengah gelisah, tak hendak pasrah. Kalut. Ketakutan yang sangat. Ajal mereka ada di depan mata. Sementara mereka terkurung di sana.
Berbagai perayaan Tahun Baru Imlek 25 Januari 2020 ini, telah dibatalkan. Beijing menjadi kota terlarang. Disneyland Shanghai, dan bagian dari Tembok Besar diumumkan serentak ditutup. Virus Corona tengah menghantui kota. Jumat 24 Januari 2020 (pikiranrakyat.com)
Prihatin. Dunia kini sedang berduka. Naluri kemanusian terkesiap. Sementara pemerintah masing- masing negara di dunia menghimbau tidak boleh mendekat. Ini situasi yang gawat. Bagaimana jika virus ini terbang dan menyebar ke negara lainnya? Dunia pun ikut mencekam.
Tiba- tiba saja kita ingat perlakukan China pada Uyghur. Mereka juga tengah dan masih di Karantina. Lebih dari satu juta manusia tak berdosa disiksa secara keji di kamp Konsentrasi Xian Jiang. Situasi tak kalah mencekam.
USA menyatakan berbagai catatan kelam HAM di abad ini. Sebuah dokumen yang berisi kebijakan China atas Uighur telah bocor ke ruang publik. The New YorkTimes melangsir isi dokumen tersebut. Tentang berbagai siksaan terkeji. Sungguh perlakuan biadab. Melukai seluruh Muslim dunia. Meski mereka tak terjangkiti virus berbahaya. Apalagi mematikan Corona. Hanya karena mereka Muslim, mereka dianiaya.
Dulu sekali, pernah ada suatu kaum yang juga zalim. Berlaku bengis pada nabi dan pengikutnya. Mereka memiliki teknologi untuk membangun gedung-gedung bertingkat. Maju sekali di masanya. Sama seperti China. Namun kehandalan dan kehebatan mereka menjadikan mereka sombong dan membuat mereka berlaku semena- mena. Kaum itu bernama kaum 'Ad. Dan Nabi yang diutus adalah Nabi Hud as.
Akibat kedustaan-kedustaan yang dilakukan bangsa ‘Ad, Allah SWT menurunkan azabnya sangat pedih. Alquran mengabadikan kisah mereka.
“Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.” (al- Haaqqah : 6-8).
Kaum Muslim percaya, tidaklah musibah atau azab yang terjadi jika bukan atas kehendakNya. Termasuk musibah virus Corona yang tengah menimpa China.
Lalu apakah Muslim hilang simpati pada China? Kutukan itu berubah menjadi rasa syukur karena China kini mendapat balasannya? Lalu dunia Islam beramai- ramai tertawa bahagia? Ternyata tidak. Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kemanusian. Setiap Muslim sadar ini adalah azab yang datang dari Allah akibat kezaliman manusia. Agar setiap manusia mengambil pelajaran.
Penyiksaan terhadap bangsa Uyghur Allah menyaksikannya. Setiap penderitaan mereka akan Allah balas meski hanya satu goresan. Hanya saja, kadang Allah segerakan datangnya azab itu sebagiannya di dunia. Ada juga ditangguhkan secara penuh hingga hari kiamat tiba.
Corona yang menimpa China adalah sebagian kecil tanda kekuasaan Allah. Kuasa yang bahkan tak bisa dibaca oleh akal terbatas manusia.
Tak ada yang mampu menghalangi kehendak Allah, jika Allah sudah berkehendak. Bahkan jika seluruh manusia mengerahkan seluruh kekuatan, daya upaya, teknologi yang super canggih dan segala peralatan muthakir untuk menghadang. Takkan bisa!
Pun kelak jika tiba waktunya Allah memenangkan agamaNya. Bagi Allah cukup "Kun!" Maka, jadilah!
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia." (an- Nahl : 40).*