Oleh:
Yusuf
Dosen PAI dan Guru SMK Farmasi Al Falah Queen Berau
DATA per 27 Maret 2020, berdasarkan keterangan juru bicara pemerintah dalam penanganan Corona Achmad Yurianto, total keseluruhan pasien yang dinyatakan positif Covid-19 di Indonesia adalah 1.046 orang dan total kematian adalah 87 orang (detik.com).
Adapun di Kalimantan Timur, jumlah ODP adalah 1661, jumlah PDP adalah 27 dan pasien positif terjangkit Covid-19 adalah 11 Orang. Sementara di Berau, jumlah ODP adalah 46, jumlah PDP adalah 8 dan pasien positif terjangkit adalah 0 (liputan6.com).
Data menunjukkan ada pertambahan dari hari ke hari. Maka, tidak heran hal ini membuat kekhawatiran bahkan kepanikan ditengah masyarakat. Di beberapa daerah melakukan lockdown dan terjadi panic buying.
Kekhawatiran kian bertambah, mengingat lonjakan kasus di Italia. Pada 21 Februari 2020 tercatat 20 kasus Corona di Italia. Dalam tempo 18 hari hingga 9 Maret 2020, kasusnya melonjak berkali-kali lipat hingga 9.171 orang. Semoga saja, lonjakan seperti ini tidak terjadi di negeri ini.
Ada pepatah mengatakan: “tuntutlah ilmu hingga ke negeri china”. Pepatah ini Sepertinya relevan dalam kasus ini. lebih tepatnya dalam mengamati penyebab dan rekam jejak virus COVID-19.
World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi nama resmi virus corona yang berasal dari Wuhan, China. COVID-19 adalah singkatan dari Corona Virus Disease 2019. WHO memberi rincian atas singkatan itu. CO mengacu pada corona, VI mengacu ke virus, lalu D adalah disease atau penyakit, dan 19 adalah tahun ketika wabahnya pertama kali diidentifikasi pada 31 Desember 2019. Pemberian nama COVID-19 dinilai lebih mudah diingat ketimbang penyebutan Novel Coronavirus Pneumonia (NCP) atau 2019-nCoV (msn.com).
Sebelum virus ini menjadi pandemi, tepatnya bulan Februari 2019, Peng Zhao, peneliti di Wuhan Institute of Virology mempublikasikan artikel tentang potensi wabah yang diakibatkan oleh virus corona yang berasal dari kelelawar. Alasannya, coronavirus penyebab SARS dan MERS berasal dari kelelawar yang sudah berubah genetiknya akibat rekombinasi. Cina memang dikenal memiliki biodiversitas kelelawar yang tinggi dan habitat mereka pun dalam radius yang terjangkau manusia. Mengonsumsi kelelawar yang merupakan tradisi di Cina menunjukkan dekatnya interaksi antara manusia dan kelelawar disana. Artinya, resiko untuk paparan memang tinggi, apalagi membunuhnya untuk konsumsi pun dalam kondisi sesegar mungkin. Sangat mungkin terjadi wabah seperti SARS atau MERS akibat infeksi coronavirus yang bersumber dari kelelawar di Cina (helpsharia.com)
Bandingkan dengan umat Islam. Bagi umat Islam, hukum membunuh kelelawar tidak dianjurkan, dan mengkonsumsinya haram. Dalam Hadist yang Shahih disebutkan: “Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbiih. Dan jangan kalian membunuh kelelawar, karena ketika Baitul Maqdis roboh ia berkata: ‘Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy)
Uniknya, kalau kita memperhatikan ayat Al Qur’an yang berbunyi: “...dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqon: 3). Fenomena virus menggambarkan ayat ini. Masing-masing virus memiliki ukuran, struktur gen dan dampak yang berbeda. Menurut Ahmad Rusydan, peneliti HELPS, Corona virus SARS dan MERS berbeda dengan COVID-19, apalagi jika dibandingkan dengan virus HIV atau influenza. Mereka punya ukuran, gen dan dampak fisiologis yang berbeda. Mereka pun tidak pernah tertukar sifat dan penyakit yang dihasilkannya satu sama lain walau sama-sama virus.
Hubungan hal ini dengan keimanan kita adalah bahwa Allah yang menciptakan seluruh makhluk dengan beragam jenis, ukuran dan fungsinya. Allah yang menciptakan penyakit sebagai ujian untuk manusia dan Allah menciptakan pula obat dari penyakit tersebut. Itu artinya, kita jangan hanya pasrah tanpa usaha menghadapi takdir-Nya. Tetapi, harus ikhtiar yang maksimal dibarengi dengan tawakkal kepada-Nya serta memohon doa hanya kepada-Nya dan menjauhi perkara kesyirikan dalam mencari pengobatan. Tidak sedikit masyarakat, ketika menghadapi musibah dan situasi yang serba sulit melakukan perilaku syirik, padahal cukuplah Allah tempat meminta dan memohon perlindungan dengan cara yang diridhoi-Nya.
Melihat dampak Covid-19 yang terus berkembang, maka perlu untuk mengatasinya agar kita, keluarga dan lingkungan kita tidak terkena dampaknya sebagai wujud ikhtiar kita.
Dalam hal ini, lockdown dapat dilakukan pemerintah dengan bersinergi dengan aparat keamanan dan masyarakat, agar dampaknya tidak lebih parah dan menekan penyebaran yang lebih luas lagi, sebagaimana pandangan-pandangan para ahli.
Bagi masyarakat, dengan menjaga kebersihan tangan, badan, pakaian, rumah dan lingkungan. Sebisa mungkin tidak menyentuh wajah, mata, hidung dan mulut sebelum membersihkan tangan. Melakukan social distancing (pembatasan sosial) berupa pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum dan keramaian. Kenapa hal ini penting?, karena virus Corona sangat mudah menular. Cara penularan utama adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Virus ini juga mampu bertahan pada tempat-tempat tertentu selama beberapa jam, sehingga tidak menutup kemungkinan bisa menyebar melalui media tempat tersebut.
Tidak kalah penting, menjaga sistem imun tubuh kita agar terhindar dari virus dan efek virus. Hal yang dapat kita lakukan adalah mengonsumsi makanan bergizi yang kaya akan antioksidan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Perbanyak konsumsi daging tanpa lemak, kacang-kacangan serta biji-bijian. Bawang dan jahe juga baik untuk dikonsumsi karena kandungannya diyakini dapat membantu tubuh melawan infeksi dan meredakan peradangan. Berolahraga dengan rutin setidaknya 30 menit setiap hari. Mengelola stres dengan baik misalnya dengan tidur cukup setiap harinya dan melakukan hal-hal yang menyenangkan supaya tubuh dan pikiran rileks. Beristirahat yang cukup. Orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam setiap harinya, sedangkan anak-anak memerlukan waktu tidur 10 jam atau lebih.
Mengonsumsi herbal dan suplemen penunjang daya tahan tubuh. Kandungan vitamin dan mineral seperti vitamin C, B3, B5, B6, E, zinc picolinate, dan sodium selenite, dapat meningkatkan kinerja sistem imun dalam melawan infeksi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Di sisi lain, vitamin B3, B5 dan B6 dapat memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak akibat sakit. Sebelum mengonsumsinya, penting untuk mendiskusikan terlebih dahulu dengan dokter. Vitamin-vitamin tersebut bisa juga didapatkan pada buah dan sayur. Vitamin C, bisa didapatkan pada tomat, jeruk, cabe, jambu dan sebagainya. Vitamin E, bisa didapatkan pada toge, brokoli, daun kelor dan sebagainya. Selain itu, hal penting yang dilakukan adalah hindari rokok dan alkohol (alodokter.com dan halodoc.com).
Semoga kita terhindar dari virus ini dan semoga wabah ini segera berlalu sehingga kita dapat beraktifitas kembali dengan perasaan tenang tanpa rasa was-was dan kepanikan.*