Oleh
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Pek... Pek... Pek... Jatuh dan mati. Sebagian ada di jalanan. Puluhan kasus kematian ala covid-19 yang divideokan warga persis prediksi saya dalam lima tulisan di awal. Judulnya: "Telat Lock Down, Apakah Indonesia Akan Seperti Itali?" (17/3), "Satu Persatu Mati Di Jakarta, Siapa Yang Salah?" (20/3), Stop! Jangan Jadi Agen Covid-19" (22/3), "Siapa Yang Tahan, Dialah Yang Hidup" (23/3), "Murahnya Nyawa Di Negeri Ini" (25/3).
Semoga anda tidak termasuk. Tapi, apakah ada jaminan bahwa anda tidak terinveksi Covid-19? Belum tentu! Mereka yang meninggal di jalanan tidak tahu kalau mereka terinveksi. Ada juga yang baru sampai di depan meja pendaftaran rumah sakit, pek... mati. Ada yang baru masuk ruangan, mati juga. Sebagian ada yang sudah ditest Swab, mati sebelum hasil testnya keluar. Sebagian belum ditest sudah keburu meninggal duluan.
Lebih dari 400 warga Jakarta meninggal dikubur ala covid-19. Tanpa diantar oleh keluarga dan tetangga. Sementara data yang terpublis oleh Satgas Nasional hanya 155 dari total kasus 1719 orang di DKI.
Dari fakta-fakta ini menyimpulkan bahwa data Satgas "belum" akurat . Dan itu diakui oleh Satgas sendiri. Sedang dalam proses upaya mendekatkan data itu ke angka yang sesuai dengan fakta sebenarnya.
Apakah Satgas dan pemerintah pusat sengaja memanipulasi? Jangan buru-buru menuduh! Keterlambatan mengantisipasi penyebaran covid-19 dan keterbatasan alat test menjadi faktor utamanya. Mari kita Support Satgas dan pemerintah untuk bekerja lebih optimal lagi.
Jadi jelas, antara fakta dan laporan data gak singkron. Artinya, warga yang positif Covid-19 diprediksi angkanya berlipat dan jauh lebih besar dari data yang diumumkan.
Riset gabungan sejumlah universitas dalam dan luar negeri mengungkapkan bahwa data yang dimiliki satgas itu hanya 2,3 dari jumlah kasus yang sesungguhnya. Jakarta misalnya, Diprediksi ada 32 ribu warga yang sudah terinfeksi covid-19. Mungkin diantaranya termasuk anda. Ini gak nakuti-nakuti. Hanya menyadarkan anda.
Semoga tidak, pasti itu jadi doa anda. Doa saya juga. Doa semua orang. Jangan lupa doakan orang tua anda, juga orang-orang terdekat anda. Sebut juga nama bangsa yang sedang berduka ini.
Faktanya, kita juga gak tahu apakah terinfeksi atau tidak. Kenapa? Karena seseorang yang terinfeksi covid-19 mayoritas tak bergejala. Panas, batuk dan sesak napas gak ngalami. Hidung tetap normal. Masih bisa cium bau rendang. Mungkin sesekali ada masalah, tapi gak dirasa. Sebab, imun anda masih bagus.
Mengingat kita gak tahu bagaimana keadaan kita, terinfeksi atau tidak, maka sebaiknya ikut SOP-Covid-19. Ada tiga langkah untuk menghadapi situasi sekarang. Ini sesuai anjuran pemerintah dan saran dokter. Patuhi aja!
Pertama, jaga kesehatan. Tingkatkan imun dengan istirahat cukup, mau beolahraga, minum vitamin dan makan makanan bergizi. Bergizi itu tidak harus mahal. Telur, kacang dan bayem itu bergizi. Begitu kata dokter.
Kedua, isolasi diri di dalam rumah. Bahasa kerennya: stay at home. Kumpul keluarga, baca buku, dengerin you tube untuk nambah pengetahuan, sesekali tonton hiburan. Jika merasa nyaman kumpul keluarga dan menikmati aktifitas produktif di rumah, daya tahan tubuh akan meningkat. Sebab, ia bahagia. Kalau bini dua, tiga atau empat di tempat yang berbeda? No comment! Karena saya belum berpengalaman.
Ketiga, social distancing. Jaga jarak ketika anda harus sesekali keluar rumah. Belanja kebutuhan, urus bisnis sembako, atau hal sangat urgent lainnya. Ini tak bisa dihindari. Karena, tak semuanya bisa online.
Jangan lupa pakai masker. Gubernur Jakarta mengharuskan warganya pakai masker ketika berada di luar rumah. Sebab, saat bicara, seseorang bisa menerbangkan virus hingga 1,5 meter. Bukan hanya bersin dan batuk. Ini ada penelitiannya.
Tiga langkah ini perlu dilakukan. Harus disiplin sangat ketat. Sayang nyawa, sayang anak dan sayang pasangan hidup. Ikhtiar sudah kita lakukan, setelah itu, doa dan serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Ialah yang menggenggam takdir kehidupan kita.*
Jakarta, 11 April 2020