Oleh:
Dr. Basrowi*
LEBARAN 1441 H kali ini kita rayakan dengan sedikit berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Kali ini mohon maaf tidak menerima tamu. Selain itu, tidak ada shalat ‘Ied di masjid, pulang kampung, bersilaturahmi langsung, makan-makan bersama, jabat tangan, dan tidak ada kegiatan kumpul-kumpul lainnya. Semuanya tetap dari rumah (3B, bekerja, beribadah, bersilatuhami) dan menerapkan protokol kesehatan lainnya.
Betul, silaturahmi mempunyai manfaat yang sangat besar mulai diperluas rezekinya, diperpanjang umurnya, dijauhkan dari siksa api neraka, dijaga kerukuranannya, dieratkan hubungan dengan Allah SWT, dijaga kesehatan mentalnya, dan manfaat besar lainnya. Namun demikian, untuk saat ini tidak dilakukan secara langsung tetapi cukup secara virtual.
Dalam Islam sendiri, hukum menjalin tali silaturahmi adalah wajib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR.Bukhari).
Dengan demikian, silaturahmi memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. meskipun dilakukan secara virtual, hubungan antar keluarga dan masyarakat tetap akan terjaga dengan baik.
Hubungan hablum minannas sangat perlu disambung melalui tali silaturahmi sebagaimana hadits Nabi, “Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Seseorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari)
Manfaat Silaturahmi
Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa berbuat baik, termasuk menjalin tali silaturahmi. Silaturahmi dalam Islam merupakan salah satu cara untuk membangun ukhuwah Islamiyah (baik insaniyah maupun wathaniyah).
Jadi, silaturahmi merupakan konsekwensi iman kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”
Silaturahmi juga merupakan salah satu cara untuk memperluas rizki dan memperpanjang umur. Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa ingin diluaskan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi.” (HR. Bukhari-Muslim).
Selain itu, silaturahmi juga merupakan salah satu cara untuk menyambung hubungan dengan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu.”
Selain itu, silaturahmi juga merupakan salah satu sebab seseorang dimasukkan ke dalam Surga dan dijauhkan api neraka. Di dalam hadits yang lain disebutkan, orang yang menyambung tali silaturahmi maka menjadi sebab dimasukkan surga dan dijauhkan dari neraka. “Engkau menyembah Allah SWT, dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (H.R. Bukhari-Muslim)
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî: “Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Orang yang menyambung tali silaturami juga akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Rasulullah saw menjelaskan bahwa menyambung tali silaturahmi pahalanya jauh lebih besar daripada memerdekakan budak.
Dalam Shahih al-Bukhari, dari Maimunah Ummul-Mukminin, dia berkata: “Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya.”
Selain itu, barang siapa menyambung tali silaturahmi juga akan dicintai oleh keluarganya. “Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (HR. Bukhari)
Di luar masa pandemi covid-19, banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi seperti saling berziarah (berkunjung), tetapi di saat pandemi seperti ini cara itu ditiadakan, karena kita harus melakukan gerakan tutup pintu, dan mohon maaf tidak menerima tamu.
Semua bentuk silaturahmi dapat diganti dengan saling memberi hadiah atau dengan pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi, meskipun secara on-line.
Bahaya memutus Tali Silaturahmi
Dari Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, (memutus tali silaturahmi)”. [Mutafaqun ‘alaihi].
Memutus tali silaturahmi yang paling besar dosanya ialah memutus tali silaturahmi dengan kedua orang tuanya. Termasuk dengan saudara terdekat dan kerabat terdekat selanjutnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para sahabat menjawab: “Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Hukum memutuskan silaturahmi dalam Islam adalah haram atau tidak diperbolehkan. Pernyataan tersebut didasarkan pada Al-quran yang artinya.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa ayat 1)
Begitu juga di dalam hadits disebutkan bahwa, Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari).
Diriwayatkan, telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].
Begitu pula firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25].
Tetap bersilaturahmi meski virtual
Meskipun di era Covid-19 ini kita harus tetap menyambung tali silaturahmi, berlemah lembut terhadap mereka saat bermedia sosial, selalu tersenyum tatkala berkomunikasi virtual, selalui memuliakan dan menghormati orang tua, saling menyapa meski lewat HP, saling membantu atau meringankan kebutuhan mereka.
Meskipun secara virtual, kita harus tetap bisa memandang dan menganggap sanak kerabat kita sebagai keluarga. Selalu berkomunikasi dengan karib kerabat dan selalu bertegur sapa serta selalu melakukan perbuatan yang bisa menjalin hubungan silaturahmi.
Oleh karena itu, meskipun secara virtual tetap sambungkanlah tali silaturahmi, jangan sampai memutuskannya, agar kita tetap bisa membawa pahala dari proses menyambung tali silaturahmi
Dengan demikian, di saat 3B ini, kita tetap mempunyai keharusan untuk menyambung silaturahmi. Dalam Islam menjaga hubungan kekerabatan termasuk perbuatan seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Apabila kita mengingkari hal tersebut tentu saja kita akan berdosa. Wallahualam.
*Pengamat Kebijakan Ekonomi Syariah. Alumsi PPs Ekonomi Syariah di UIN Raden Intan Lampung, S3 Sosiologi Uniar, & S3 UPI YAI.