View Full Version
Senin, 25 May 2020

Penerapan Nilai Kefitrian Menuju New Normal

 

Oleh:

Basrowi*

 

ALHAMDULILLAH, pasca menunaikan ibadah puasa, bersama-sama kira rayakan lebaran virtual. Lebaran unik dibandingkan lebaran-lebaran sebelumnya, karena dilakukan gerakan tutup pintu, tidak menerima tamu, dan tetap 3B. Semoga pasca lebaran  dapat segera hidup dalam new normal, dengan tetap hati-hati dan disiplin, sehingga tidak terjadi second wave yang berdampak lebih buruk.

Lebaran sebagai waktu tepat untuk sejenak merenungkan nilai-nilai kefitrian, meskipun masih dalam suasana pageblug. Semua harus berlaku arif, tidak ceroboh, dan tetap waspada sehingga penyebaran covid-19 tidak semakin meluas.

Nilai fitri atau kesucian, sudah selayaknya kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tetap terjaga dari paparan virus Corona. Ketika budaya suci ini dapat dimulai dari individu, keluarga, kelompok masyarakat kecil, hingga masyarakat luas, sudah dapat dipastikan, semua warga akan terbebas dari virus tersebut.

Nilai silaturahmi yang terkandung dalam suasana fitri dapat juga diaplikasikan melalui wahana saling mengingatkan untuk selalu mentaati himbauan pemerintah. Tetap mentaati social distancing meskipun nanti masuk new normal. Protokol itu penting dilakukan tanpa mengurangi makna ukhuwah Islamiyah (baik insaniyah maupun wathaniyah).

Nilai kefitrian juga tidak lepas dari nilai keimanan yang diwujudkan dalam keistiqomahan berdoa, berusaha, dan bertawakal agar seluruh anggota keluarga dan seluruh warga bangsa tetap diberi kesehatan dan kekuatan dalam menerapkan protokol kesehatan di new normal. Pun, tenaga kesehatan pasca ‘idul fitri tetap diberikan kekuatan iman, kekuatan lahir dan batin, tidak menyerah di tengah banyaknya masyarakat yang masih membutuhkan bantuan.

Nilai kefitrian dalam suasana silaturahmi juga sangat berkaitan dengan kelapangan rizki. Dalam suasana new normal pasca’idul fitri nanti rizki seluruh warga bangsa insya Allah semakin membaik, sejalan dengan kembalinya beroperasi seluruh roda ekonomi. Ya Rozzaq, Dialah Allah sang pemberi rizki, yang tetap rahman dan rahim bagi seluruh umatnya, meski patuh 3B. 

Nilai kefitrian terkait juga dengan kecintaan terhadap keluarga. “Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.”  (HR. Bukhari). Jadi, nilai kefitrian juga tidak lepas dari kecintaan keluarga kepada kita dan sebaliknya. 3B dalam suasana fitri sebagai momen tervalid dalam menjalin keakraban antaranggota keluarga.

Nilai kefitrian dalam silaturahmi juga bermanfaat dalam memanjangkan umur. Dengan saling berdoa dan mendoakan, semoga seluruh warga bangsa selalu diberikan umur panjang, sehat jasmani dan rohani. Saudara yang terpapar Corona semoga segera diangkat penyakitnya dan dapat kembali bersilaturahmi bersama.

Nilai kefitrian juga akan menjadi sebab kita dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari siksa api neraka. New normal nanti hendaknya secara ikhlas seluruh warga bangsa dapat menjauhi berbagai kegiatan maksiat sehingga terhindar dari dosa dan siksa api neraka. Tanpa maksiat, tumbuh taufik dan hidayah untuk selalu beriman dan bertaqwa kepada Nya.

Nilai kefitrian juga terkait dengan sifat lemah lembut, kasih sayang, dan saling memberi. Nilai ini sangat tepat untuk selalu diterapkan apalagi di era pandemi ini. Banyak saudara kita yang membutuhkan uluran tangan. Dampak ekonomi yang begitu memukul mereka yang kekurangan, perlu segera dibantu dalam berbagai bentuk, termasuk zakat yang dapat menambah kefitrian muzaki dan mustahik.

Nilai kefitrian juga terkait dengan sikap untuk selalu menjauhi hal hal yang dapat membuat kerusakan bumi. Dengan menjaga kelesatarian lingkungan hidup, niscaya bumi tetap indah berseri. Tercipta keseimbangan yang dapat menghambat berbagai bentuk penyakit baru. New normal yang insya Allah dapat diterapkan pasca lebaran, membuat semuanya semakin sadar akan manfaat kelestarian lingkungan dalam menghambat munculnya wabah baru.

Nilai kefitrian juga bertalian dengan kerukunan umat beragama. Ketika seluruh umat Islam rukun tentu tidak seperti buih di lautan yang jumlahnya banyak tetapi tidak mempunyai kekuatan sama sekali. ‘Idul fitri menjadi moment tertepat untuk memperkokoh kerukuman umat dalam ranka mencapai rahmatan lil ‘alamiin.

Mari kita jalin silaturahmi menuju kefitrian semoga new normal segera diijabah, semuanya dapat kembali berkarya, belajar, dan beribadah dalam suasana bahagia dan penuh keberkahan. Aamiin. *Dr. Alumni PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung. 


latestnews

View Full Version