Oleh
Buya Anwar Abbas || Wakil Ketua Umum MUI
TENGKU Zulkarnain adikku. Kini engkau telah pergi tanpa memberi tahu dan itu jelas-jelas sangat mengejutkan serta meninggalkan duka yang dalam di hatiku.
Aku masih ingat bagaimana engkau masuk ke ruanganku kemudian kita mengobrol tentang berbagai persoalan menyangkut umat dan agama serta bangsa ini, masih terbayang olehku bagaimana sopan dan santunnya engkau kepadaku.
Tapi semua itu kini hanya akan menjadi kenangan dan cerita yang telah berlalu karena engkau sudah pergi dan sudah menuntaskan tugasmu ke dunia yang diembankan Allah SWT kepadamu. Pak Tengku, begitu aku suka dan biasa memanggilmu.
Aku juga masih ingat tentang sikap dan pandangan-pandanganmu dalam masalah-masalah tertentu. Terkadang untuk tidak menyakitkan dan menyinggung perasaan orang lain engkau hiasi penyampaian sikap dan pandanganmu itu dengan canda-candamu yang bermutu. Sehingga aku sangat sering engkau buat menjadi tersipu-sipu.
Karena di samping kata-katamu banyak menyentuh dan mengaduk-aduk otak dan hatiku. Engkau juga telah mengimbanginya dengan membuat aku tertawa yang benar-benar mengocok perutku.
Pak Tengku, engkau adalah adik dan sekaligus sahabatku. Aku tidak hanya akan mendengar dan mengingat kata-katamu karena engkau aku lihat adalah juga orang yang sangat suka membantu.
Saya lihat engkau sangat suka meringankan hidup orang lain tidak hanya dengan ilmumu tapi juga dengan tangan dan hartamu. Hal ini tentu saja sangat patut untuk ditiru tidak hanya oleh anak-anak dan handai tolanmu tapi juga oleh semua orang yang percaya bahwa mereka juga akan pergi untuk menghadap Tuhanku dan Tuhanmu.
Pak Tengku, selamat jalan , semoga kita bisa kembali nanti bertemu. Mudah-mudahan kita sama-sama dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga yang telah menjadi idamanku dan idamanmu serta para sahabat dan jamaahmu. Aamiin.*