View Full Version
Rabu, 07 Jul 2021

Pesantren Bani Yasin Cantayan: Monumen Sejarah Awal Dakwah Islam di Sukabumi (Bagian-1)

Oleh: Tatang Hidayat (Pegiat Student Rihlah Indonesia)

Kamis, 17 Juni 2021 sebuah episode kehidupan kembali diperjalankan Allah Subhanahu Wata’ala dan bertemu ragam manusia, tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Sukabumi tidak menyempatkan berkunjung ke salah satu pondok pesantren yang ada di dalamnya, salah satunya Pondok Pesantren Bani Yasin Cantayan yang memiliki nilai sejarah yang sangat berharga namun tak banyak dikenal, khususnya oleh anak-anak muda saat ini. 

Rasanya sangat betah dan terasa berharga ketika saya diberikan kesempatan yang mulia bisa menginjakkan kaki pertama kalinya di kawasan Cantayan, Sukabumi. Rasanya ingin berlama-lama di sini, salah satu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang besar dalam perjalanan dakwah Islam di Sukabumi, Jawa Barat bahkan Nasional. Pesantren yang biasanya diramaikan oleh aktivitas para santri, namun karena wabah pandemi sekarang keadaannya sunyi, saya sangat bersyukur bisa banyak belajar dan mendapat begitu banyak faidah ketika berkunjung ke sini. 

Sukabumi merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang memiliki jaringan Ulama, atau  dalam istilah Sunda disebut dengan Ajengan, yang berjasa besar dalam pengembangan Islam yang sudah sepantasnya mendapatkan perhatian (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).

Dari Pesantren Bani Yasin Cantayan telah melahirkan banyak ulama besar yang memiliki kontribusi dalam pengembangan Islam di Sukabumi, Jawa Barat bahkan Nasional. Sebut saja ada KH. Dadun Abdulqohar  (w.  2006) atau lebih dikenal dengan sebutan Ajengan    Dadun, beliau adalah salah satu Ulama lokal yang telah berkontribusi dalam konteks pengembangan  Islam  di  atas.  Tentu  saja  di masanya  beliau  tidak  mengembangkan  Islam sendirian,  tercatat  ada  KH. Masturo  yang  juga berdakwah dengan membangun    lembaga pendidikan pesantren Al -Masturiyah atau dikenal Pesantren Tipar di daerah  Cikaroya, Cisaat, Ajengan Acun Mansur yang mengembangkan Islam di daerah Tegallega, Ajengan Ahmad Sanusi, pendiri Pesantren Syamsul  Ulum  sekaligus  pendiri  organisasi Al-Ittihadul Islamiyah (AII) di wilayah Gunung Puyuh (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013). 

Ulama-Ulama  di  atas  merupakan  Ulama yang giat mengembangkan Islam di Sukabumi pada   abad   ke-20. Beberapa Ulama paling terkemuka di Sukabumi terlahir dari garis keturunan  yang  sama,  belum  ditambah  tokoh lain  yang  pernah  belajar  kepada  Ulama  dari garis keturunan di atas yang pasti turut berjasa dalam  pengembangan  Islam  yang  membuat jaringan pengembangan Islam di wilayah Sukabumi kuat. Hingga saat ini, garis keturunan keluarga  tersebut  dikenal  dengan sebutan “Keluarga Cicantayan” (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).

Keluarga Cantayan merupakan istilah yang tidak asing di telinga masyarakat Sukabumi, terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia dakwah, pesantren, dan pemerintahan. Istilah ini merujuk  kepada  keluarga  besar  yang  diakui  oleh    berbagai    kalangan, terutama tokoh  masyarakat  dan   ulama   Sukabumi   sebaga keluarga   “alim  ulama”   yang   memiliki pengaruh  kuat  dalam strata sosial dan keagamaan di wilayah Sukabumi,   hal   ini  dikarenakan    banyaknya    anggota    keluarga Cantayan yang menjadi tokoh terkemuka. Dua di  antaranya,  KH.  Ahmad  Sanusi  dan  KH.Dadun  Abdulqohhar  bahkan  sangat  berpengaruh  di Sukabumi dan Jawa Barat (M. Syahru Ramadhan dalam Ajengan Dadun Abdulqohhar Tokoh Ulama Kesohor di Sukabumi (1936-2006), Jurnal Al-Turas, Vol. XIX, No. 1 tahun 2013).

Sejarah berdirinya Pesantren Bani Yasin Cantayan berdasarkan cerita dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, akibat timbulnya pertentangan dengan pemerintah Belanda, Haji Yasin –ayah KH. Abdurrahim dan kakeknya KH. Ahmad Sanusi— yang berasal dari Soekapoera (Tasikmalaya) pindah ke Sukabumi dan mendirikan pesantren sambil menjadi amil di desa cantayan Sukabumi. H. Yasin masih ada hubungan sebagai keturunan Raden Anggadipa, ketika memegang Jabatan sebagai Bupati Sukapura, Raden Anggadipa dikenal sebagai Raden Tumenggung Wiradadaha III yang dikenal sebagai Dalem Sawidak (Miftahul Falah dalam Buku Riwayat Perjuangan KH. Ahmad Sanusi, 2009:12). Bersambung...

[syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version