Oleh:
KH. Bachtiar Nasir || Ketua Umum DPP Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI)
ANCAMAN krisis pangan global bukan isapan jempol. Baru-baru ini Organisasi Pangan Dunia (FAO) membeberkan data. Disebut FAO, pada tahun ini terdapat 181 juta jiwa di 41 negara yang terancam kelaparan. Jumlah warga dunia yang kekurangan gizi pada 2022 juga diperkirakan bertambah 7,6 juta orang akibat perang dan kekeringan. Bahkan angka itu bisa naik menjadi 19 juta orang pada 2023.
Mengutip data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan African Union (AU) menyatakan saat ini terjadi peningkatan kelaparan, kelangkaan pangan hingga kekurangan gizi di Afrika. Dari data terbaru yang diliris, menunjukkan bahwa satu dari lima orang di Afrika menghadapi kelaparan.
PBB menyakini sebanyak 310 juta orang di seluruh Afrika kemungkinan akan menderita kelaparan pada akhir dekade ini, naik dari 278 juta, atau hampir 20 persen dari total Afrika tahun lalu.
Ancaman krisis pangan meningkat setelah perang Rusia dengan Ukraina berkobar. Perang di Ukraina menyebabkan harga pangan melonjak 40% lagi pada kuartal pertama tahun ini. Kondisi itu diperburuk oleh kegagalan panen di berbagai belahan dunia akibat perubahan iklim. Sebelum Rusia menyerbu Ukraina pun, harga pangan sudah mencapai rekor tertinggi.
Laporan The State of Food Security and Nutrition in the World (Sofi) 2022 mencatat angka kelaparan penduduk dunia mencapai 828 juta orang pada 2021. Angka tersebut meningkat 46 juta orang dibandingkan pada 2020, yaitu 782 juta orang. Jumlahnya juga naik sebanyak 150 juta orang jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memprediksi jumlah angka kelaparan pada tahun 2030 mendatang mencapai lebih dari 670 juta orang.
Bagaimana dengan Indonesia? Kendati Indonesia di beberapa komoditas mengalami surplus, tetapi pemerintah dan masyarakat jangan terlena. Indonesia masih mengalami defisit sejumlah komoditas pangan. Menurut prediksi Kementerian Pertanian, sampai akhir 2022, kedelai, bawang putih, daging, dan gula konsumsi diperkirakan defisit masing-masing 2,59 juta ton, 367 ribu ton, 134 ribu ton, dan 234 ribu ton.
Ancaman krisis pangan harus terus dimitigasi. Mitigasi yang terencana, tidak kenal lelah, dan memiliki efek solusi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang yang melaksanakan pekerjaannya dengan itqan (tepat, terencana dan optimal).” (Riwayat at-Thabrani).
Ancaman krisis pangan global adalah peluang bagi masyarakat Indonesia, khususnya para petani, untuk meningkatkan produksi pangan lokal. Masyarakat bahkan bisa memulainya dari rumah masing-masing dengan menanam cabai, tomat, sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Bisa juga aksi ketahanan pangan ini menjadi gerakan kolektif yang dilakukan komunitas atau pun organisasi Islam.
Seperti apa pun mengerikannya krisis pangan yang kian mendekat, sebagai kaum muslimin, kita harus tetap meyakini bahwa Allah-lah yang akan melindungi orang-orang yang beriman akan pertolongan-Nya; seburuk apa pun kondisi yang tengah dihadapi. Yakinlah bahwa krisis pangan ini akan mampu diantisipasi, asalkan kita senantiasa taat menyembah-Nya, meyakini pertolongan-Nya, dan berikhtiar sesuai dengan aturan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam surat As Sajdah ayat 27,
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَسُوْقُ الْمَاۤءَ اِلَى الْاَرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهٖ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ اَنْعَامُهُمْ وَاَنْفُسُهُمْۗ اَفَلَا يُبْصِرُوْنَ
"Dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanam-tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak memperhatikan?" *