Pemerintah Cina melarang seluruh masjid di kota Urumqi melaksanakan ibadah shalat Jumat. Larangan ini diterbitkan beberapa hari setelah kekerasan etnis antara warga Muslim Uighur dan suku Han. Sejauh ini kerusuhan tersebut telah menewaskan 156 orang.
Ribuan tentara masih menjaga ketat di setiap sudut Urumqi, ibukota Provinsi Xinjiang, untuk mencegah terulangnya kerusuhan. Pemerintah Cina menegaskan telah memerintahkan hukuman tegas bagi mereka yang terlibat kekerasan.
Seorang pejabat pemerintah yang enggan disebutkan namanya kepada AP menganjurkan agar masyarakat melakukan ibadah di rumah daripada berkumpul di masjid-masjid. Pejabat itu menambahkan larangan berkumpul di masjid-masjid diterbitkan demi terjaminnya keamanan publik.
Jaringan Al-Qaeda
Kerusuhan itu terjadi hari Minggu lalu saat warga suku Uighur menggelar unjuk rasa mengecam bentrokan antara suku Uighur dan Han beberapa pekan sebelumnya di sebuah pabrik mainan di Provinsi Guangdong.
Laporan resmi pemerintah menyatakan 156 orang tewas dan sebagian besar dari korban tewas adalah suku Han. Kelompok suku Uighur mengatakan korban tewas jauh lebih banyak. Mereka mengklaim 90% korban tewas adalah suku Uighur. Kerusuhan itu juga menyebabkan lebih dari 1.400 orang ditahan.
Kemarin, pemerintah Cina mengatakan telah memperoleh bukti-bukti kuat bahwa beberapa orang yang terlibat kerusuhan itu pernah menerima pelatihan dari kelompok-kelompok teroris asing termasuk Al-Qaeda.
Sayangnya, Menteri Luar Negeri Cina Qin Dang tidak menyebutkan apa saja buktu-bukti tersebut, namun dia mengatakan kelompok-kelompok tersebut sangat kuat terkait dengan tiga kelompok teroris luar negeri.
Ketegangan telah berlangsung selama bertahun-tahun di Provinsi Xinjiang. Kondisi itu dipicu saat suku Han pindah secara besar-besar ke kawasan yang merupakan pusat warga minoritas Uighur. Sebagian besar suku Uighur merasa mereka tidak merasakan kemajuan ekonomi dan mereka juga merasakan diskriminasi dalam berbagai hal. (sumber: bbc/karin dwi rizky