Amerika Serikat khawatir para teroris bakal mengambil kesempatan masuk ke Kamboja karena buruknya pemerintahan di negeri itu.Dalam laporan baru-baru ini, Washington menyatakan akibat korupsi, kemiskinan dan buruknya penjagaan di perbatasan, Kamboja sangat rentan dengan kejahatan internasional.
Ketika kata terorisme muncul, pemerintah Kamboja kerap menuding komunitas kecil Islam Cham.
Komite Hak Azasi Manusia Kamboja dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Pnom Penh, telah menanggapi tudingan itu, dengan mengadakan beberapa seminar untuk meningkatkan pemahaman Islam oleh penegak hukum seperti para polisi.
Serangkaian seminar itu diadakan di Pnom Penh, Kampong Cham dan provinsi Kampot daerah mayoritas komunitas Islam Cham.
Untuk Asia Calling, Khortieth Him reporter muslim juga mengikuti seminar itu.
Theodore Allegra adalah pejabat kuasa usaha kedutaan besar Amerika Serikat yang menggelar seminar ini.
“Kami semua punya tujuan yang sama. Pemerintah Kamboja dan Amerika Serikat ingin mencegah Kamboja menjadi markas terorisme dan kegiatan ekstrim lainnya. Semua bidang ini sangat luas, dan menjadi peluang bagi kedua negara untuk bekerjasama, karena masalah ini berdampak pada Kamboja, wilayah Asia dan dunia.”
Pemerintah Kamboja mengaku membutuhkan bantuan internasional untuk melindungi perbatasan negaranya. Seperti yang dijelaskan Khieu Sopheak, jurubicara kementerian dalam negeri.
“Kami mengalami banyak keberhasilan setelah kami menangkap Hambali. Tapi kami membutuhkan bantuan, untuk mengatasi tindakan anti terorisme ini. Tak ada satu negara pun yang bisa melakuannya sendiri, tanpa batuan baik dari tingkat kawasan Asia maupun internasional.”
Menurut laporan Amerika Serikat, Kamboja kekurangan pelatihan serta sumber daya lainnya untuk menumpas terorisme. Seperti yang dikatakan Khieu Sopheak.
“Kami kadang lemah karena tidak punya alat dan senjata modern. Tapi kami punya kemauan untuk bekerjasama dengan para pejabat di semua tingkatan.”
Para pembuat kebijakan Amerika Serikat prihatin dengan keamanan Kamboja, setelah negeri Asia itu, beberapa wakil dari Kuwait dan Qatar berjanji untuk memberikan pinjaman lunak sebesar 700 juta dollar atau 7,2 trilyun rupiah lebih, dan investasi untuk memperbaiki infrastruktur negeri itu.
Dalam pidatonya pada bulan Augustus, duta besar Amerika Serikat menyatakan, para kelompok militan berlomba-lomba mempengaruhi orang Islam Cham di Kamboja.
Oleh karena itu, Theodore Allegra ingin para polisi dan komunitas Islam bekerja sama dengan lebih baik lagi.
Pada 2003, aparat keamanan Kamboja menangkap tiga lelaki yang diduga terlibat dengan kelompok teroris Jamaah Islamiah yang dituding terkait dengan Al-Qaida. Namun Perdana Menteri Hun Sen menjelaskan, warga lokal Islam tidak terlibat.
“Orang Islam Kamboja hanya perlu hidup damai dan bahagia demi pembangunan negeri ini. Mereka adalah orang yang lemah lembut dan tidak boleh dituding seperti ini.
Di Kamboja ada sekitar 600 ribu umat Islam. Kelompok yang terbesar adalah orang Cham yang 90 persen di antaranya memeluk agama Islam. Komunitas Islam Cham, tak senang dengan tudingan Amerika Serikat. Mohammad Aly, 31 tahun, adalah salah satu dari komunitas orang Cham di Pnom Penh.
“Para lelaki Islam tidak tahu dan tidak memikirkan soal para teroris. Dunia mengatakan dan selalu mengatakan orang Islam Cham melakukan teroris dan menghubungkan kami dengan terorisme, ini tidak benar. Dalam hati kami, kami tidak pernah berniat melakukannya. Dan melalui seminar ini kami berupaya menyampaikan bahwa orang Islam Cham bersih dari terorisme dan orang yang baik.
Shurifa Zuhur adalah salah satu pelatih lainnya dalam seminar ini.
“Masalah dalam Islam sekarang ini adalah bagaimana ekstrimisme berkembang dalam agama Islam dan juga di negara lain. Jadi orang-orang bisa membandingkan beberapa isu dan bagaimana isu ini bisa berdampak pada Kamboja serta negara lainnya di Asia Tenggara. Saya melihat persamaan di beberapa negara lainnya ketika selama beberapa dasawarsa tidak mau menjalankan pendidikan Islam, dan sekarang malah sudah sangat berkembang.”
Pemimpin warga Islam lokal, Zakariya Adam 56 tahun, mengatakan seminar ini bermaanfaat.
“Saya meminta semua orang Islam di Kamboja supaya terus hidup damai dan aman. Kami harus menghormati tata negara Kamboja juga hukum agama kami.”