Jakarta (voa-islam.com) - Umat Islam sedunia diminta berdoa bagi keselamatan umat Islam Uighur dan mengusahakan memberi bantuan yang diperlukan.
Seruan tersebut dicetuskan Din Syamsuddin, Wakil Sekretaris Jenderal World Islamic Peoples's Leadership (WIPL) atau Kepemimpinan Rakyat Islam Sedunia (KRIS).
Seruan tersebut dilontarkannya, sehubungan dengan pembantaian brutal terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang oleh tentara China, dan larangan bagi umat Islam untuk menunaikan salat Jumat.
"Kami mengutuk keras pembantaian tersebut dan menganggapnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat," tegas Din yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah, yang disampaikan pada Minggu (12//7/2009).
Pembantaian tersebut, menurut Din, merupakan genoisida dan pembersihan etnis dan agama (ethnic and religion's cleansing).
"Kami mendesak Pemerintah RRC untuk menghentikan pembantaian tersebut dan memberi kebebasan beragama bagi umat Islam khususnya untuk menjalankan ibadat sesuai dengan prinsip-prinsip HAM dan hak-hak sipil rakyat," serunya.
Din pun meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengambil tindakan tegas guna menghentikan pembantaian tersebut, dan memberi sanksi atas Pemerintah China agar tindakan biadab tersebut tidak terulang lagi.
"Menyerukan kepada OKI dan pemerintah negara-negara cinta damai dan lembaga-lembaga kemanusiaan internasional untuk mendesak RRC memghentikan pembantaian tersebut dan memberi kebebasan kepada umat Islam Uighur untuk menjalankan ajaran agamanya," tegas Din.
Sementara itu, Pembantaian Kaum Muslim Uighur dari Xinjiang, China, pada 5 Juli lalu di Urumqi mendapatkan reaksi dari penganut agama Islam di dunia, termasuk di Indonesia. Forum Umat Islam (FUI) mengutuk pemerintahan China atas pembantaian tersebut.
Dalam keterangan pers-nya yang dikirmkan ke meja redaksi okezone, Senin (13/7/2009), FUI memprotes tindakan represif tersebut, dan menuntut agar tindakan tersebut dihentikan.
Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath mendesak pemerintah Indonesia dan dunia Islam agar menekan pemerintah China untuk memberikan hak-hak hidup serta kemerdekaan bangsa Uighur.
"Menyerukan kepada umat Islam agar memberikan solidaritas kepada Kaum Muslim Uighur dan membacakan qunut nazilah untuk keselamatan mereka," seru Al Khaththath.
Pada 5 Juli lalu, pemerintah China telah menculik lebih dari 1.434 Muslim Uighur. Dalam peristiwa penculikan tersebut jumlah korban tewas mencapai 184 jiwa. Sementara ribuan lainnnya luka-luka.
Pemerintah China juga menutup masjid-masjid yang ada di Kota Urumqi, sehingga umat Islam di Urumqi tidak bisa menjalankan ibadah, termasuk salat Jumat.(sumber: www.suaramedia.com)