(voa-Islam.com)-Konflik antara muslim Uighur dan kelompok mayoritas Etnik Han bukan terjadi begitu saja. Inti masalahnya bisa ditelusuri dari beberapa dekade yang lalu, bahkan sejak penjajahan wilayah yang sekarang disebut Xinjiang oleh dinasti Qyng dari Manchu pada abad ke-18
Konfllik ini juga memiliki akar pada keyakinan. sebagaimana yang Allah beritakan bahwa 2 kelompok yang memiliki permusuhan besar kepada umat Islam, yaitu Yahudi dan musyrikin (QS. al-Maidah: 82).
Kedua kelompok ini, secara umum, paling benci terhadap Islam dan kaum muslimin. Paling besar permusuhannya. Paling aktif melakukan pembantaian kepada mereka. Semua itu dikarenakan besarnya kebencian dan kedengkian dalam dada mereka kepada kaum muslimin. Ditambah lagi penentangan dan kekufuran mereka kepada Islam.
Pembantaian Etnis Han yang notabene Komunis China masuk dalam kategori kelompok ke dua, kaum musyrikin.
Tahun 1940-an
- Dideklarasikan sebuah gerakan independen bernama Republik Turkistan Timur sebagai bagian dari Xinjiang.
- Banyak masyarakat Uighur merasa kemunculan gerakan ini sebagai bagian dari hak lahir mereka sebagai sebuah bangsa merdeka.
Tahun 1949
- Republik Turkistan tak terbentuk, sebaliknya wilayah ini malah menjadi bagian dari Cina.
- Xinjiang kemudian dideklarasikan sebagai daerah otonomi mengingat mayoritas masyarakat di sana saat itu adalah muslim Uighur.
Otonomi Nihil
- Otonomi yang diberikan Xinjiang sebelumnya nihil, hanya akal-akalan Pemerintah Komunis Cina.
- Pihak yang memiliki kekuasaan riil di Xinjiang tetap Sekjen Partai Komunis Cina (PKC), yang dikuasai etnik Han.
Migrasi Besar-Besaran
- Cina memang membangun ekonomi setengah hati di Uighur, namun demikian kehidupan semakin sulit dirasakan kaum Uighur.
- Terjadi migrasi besar-besaran suku Han ke tanah air bangsa Uighur yang kemudian membuat mereka tak lagi mayoritas.
- Migrasi massal dalam rentang 20-30 tahun pasca masuknya wilayah itu ke Cina.
- Para imigran itu fasih berbahasa Cina dan diberikan posisi ekonomi-politik yang menguntungkan.
Islam dan Kebijakan Lain
- Jumlah masjid saat ini jauh lebih sedikit dibandingkan sebelum 1949.
- Anak-anak di bawah 18 tahun tidak diizinkan untuk shalat di masjid-masjid.
- Sekolah-sekolah Islam mendapat kontrol ketat.
- Semua agama di Cina mendapat kontrol ketat, tetapi terhadap muslim Uighur jauh lebih kasar.
- Menyuruh pemuda-pemuda Uighur mencari kerja di wilayah lain, meninggalkan tanah mereka.
- Mendesark wanita-wanita Uighur bekerja di Klub malam dan tempat-tempat prostitusi di bagian Cina lain.
- Orang tua dan kerabat pemuda dan para wanita itu tak mendapat kesempatan mengawasi anak-anak mereka.
Populasi
- Di Xinjiangada sedikitnya 20 juta jiwa tinggal, 8 juta di antaranya. Kalau diprosentasikan, Muslim Uighur berjumlah 45 %, Etnik Han 40 %, lain-lain 15 %.